Setelah pulang dari tempat Wisata Kawah Putih, Jun, Syifa, Cindy dan Daffa memilih untuk double date malam ini. Mereka telah tiba di sebuah restauran yang terkenal di Bandung. Dua pasangan ini tengah asik berbincang, menceritakan hal-hal yang menarik untuk mereka bicarakan.
"Kalian kemarin bulan madu kemana?" tanya Cindy.
"Di apartemen saja," jawab Syifa.
"Lo gak ngajakin dia bulan madu?" tanya Dimas yang menatap ke arah Jun.
"Dulu gue memang benar-benar sibuk, makanya belum sempat mengajaknya bulan madu di luar kota. Jadi saat ini waktu gue senggang, maka dari itu gue mengajak istri gue berlibur kesini," jawab Jun.
"Wkwkwk, terlalu sibuk. Ya seperti itulah pria, jika sudah memiliki tanggung jawab. Beh, memang harus extra dalam bekerja," sambung Daffa.
Jun hanya membalas dengan senyuman dan Syifa menggenggam tangan suaminya dengan erat.
"Yasudah lebih baik habiskan makanan ini, tidak baik untuk Syifa dan kandungannya, kalau pulang terlalu malam," sambung Cindy.
Mereka pun melanjutkan makan, dan kembali saling berbincang-bincang. Melepas rindu antara Cindy, Daffa dan Syifa, karena mereka sudah lama sekali tidak bertemu. Setelah selesai, dua pasangan itu keluar dari restauran dan berhenti di parkiran.
"Kami pulang dulu ya. Kapan-kapan kita ketemu lagi," ucap Syifa memeluk sahabatnya.
"Iya, kalau ada waktu kita ketemu lagi. Kabari kami ya," jawab Cindy memeluk erat Syifa.
Jun dan Daffa hanya tersenyum melihat keakraban dua gadis yang ada di hadapannya. Syifa melepaskan pelukkannya dan menggenggam tangan suaminya. Ia melambaikan tangan pada Cindy dan Daffa yang sudah menjauh dari mereka.
"Kita pulang?" tanya Jun.
"Ayo, aku sudah lelah," jawab Syifa menatap Jun.
"Oke sayangku," sambung Jun memeluk istrinya dari belakang. Mereka pun berjalan ke arah mobil dengan posisi saling berpelukkan.
Saat telah sampai di depan mobil, Jun dan Syifa langsung masuk. Mereka pun pulang ke hotel, karena sudah lelah berjalan-jalan seharian ini. Di sepanjang perjalanan, Syifa tertidur pulas karena lelah. Jun hanya tersenyum melihat istrinya yang tengah tertidur. Ia menggenggam tangan Syifa tanpa henti dan memberhentikan mobilnya di sebuah taman yang cukup indah.
Jun mengecup singkat kening istrinya dan tak henti-hentinya menatap Syifa yang tengah tertidur pulas.
"Aku pria bodoh yang mau menyiksamu dulu. Padahal kamu wanita yang baik dan tulus padaku," gumam Jun menatap sendu ke arah Syifa.
"Karena aku, tubuhmu sempat dipenuhi memar. Karena aku juga mau harus terkurung di dalam apartemen. Maafkan aku Syifa," sambung Jun mengusap surai milik istrinya.
Syifa menggeliat karena merasa terganggu, ia merebahkan kepalanya di bahu Jun sambil memeluk tangan suaminya. Jun hanya tersenyum dan kembali mengecup kening Syifa. Setelah beberapa menit, Jun memilih menghidupkan kembali mobilnya dan menuju ke hotel tempat mereka menginap.
.
Setelah setengah jam mereka diperjalanan. Jun memarkirkan mobilnya di basement hotel, ia membuka pintu mobil dan menggendong Syifa di punggungnya. Jun berjalan memasuki kamar hotel dan menidurkan istrinya di atas kasur.
"Selamat tidur, mimpi indah." ucap Jun mengecup singkat bibir pink milik istrinya.
Syifa membuka matanya dan mengalungkan kedua tangan ke leher Jun. Ia tersenyum ke arah suaminya dan menautkan bibirnya ke bibir Jun. Setelah beberapa detik ia melepaskan tautan itu dan mengusap rambut Jun.
"Kamu tidak perlu minta maaf tentang kesalahanmu dimasa lalu. Lupakan semua yang sudah terjadi dan buka lembaran baru bersama anak kita kelak. Jangan pernah mengingat kejadian itu lagi," ucap Syifa tersenyum pada suaminya.
Syifa mendengar semua perkataan suaminya saat berada di dalam mobil tadi. Jun terkejut dan menatap Syifa dengan tatapan penasaran, kenapa istrinya bisa tau yang dia ucapkan di taman tadi.
"Kamu tidak tidur tadi ya?" tanya Jun.
"Aku tidur, tapi saat mobil berhenti aku terbangun. Saat aku akan membuka mata, Mas meminta maaf. Jadi aku urungkan niatku untuk membuka mata. Aku ingin mendengarkan semua perkataan Mas, karena aku penasaran. Kalau nanti bangun, pasti gak bakal Mas lanjutkan, ya kan?" sambung Syifa yang masih mengalungkan tangannya dileher Jun.
"Kamu sudah pandai berakting ya?" balas Jun tersenyum menatap istrinya.
"Jelas dong, Syifa 'kan kekasih Yoongi," jawab Syifa.
Jun menatap datar Syifa dan menjauh dari istrinya. Ia kesal mendengar ucapan Syifa yang mengaku bahwa dia adalah kekasih Yoongi. Syifa tertawa kecil dan menghampiri suaminya yang duduk di dekat sofa.
"Mas," sapa Syifa.
Jun hanya diam dan menatap ponsel miliknya. Ia mengabaikan Syifa yang ada di sampingnya.
"Mas? jawab dong," sambung Syifa menahan tawanya.
"Apa? Pergi sana, nanti kekasihmu mencari lagi," balas Jun dengan nada ngambek.
Syifa tersenyum dan memeluk Jun dari belakang, ia sangat gemas melihat suaminya yang begitu imut ketika cemburu.
"Cie.. suamiku ngambek," ucap Syifa.
"Sudah pergi sana, kamu kan tidak membutuhkan ku lagi," jawab Jun.
"Eh, jangan bicara seperti itu. Tidak baik, aku sangat membutuhkanmu. Apalagi anak kita, ayolah jangan ngambek," sambung Syifa.
"Tapi kekasihmu hanya Yoongi. Yasudah sana pergi," balas Jun yang masih ngambek.
Syifa melepaskan pelukkannya dan berdiri mengambil tasnya. Ia akan keluar dari kamar hotel, namun Jun menahan tangan wanita itu.
"Jangan pergi," ucap Jun yang langsung memeluk erat tubuh istrinya.
Syifa hanya diam dan tidak membalas pelukkan suaminya. Jun mengambil tangan istrinya dan meletakkannya di pinggang, agar Syifa membalas pelukkannya.
"Jangan marah padaku. Aku minta maaf, sayang," sambung Jun.
Syifa tersenyum kecil dan membalas pelukkan suaminya.
"Aku tidak marah padamu sayangku. Tadi aku hanya bercanda," jawab Syifa.
"Benarkah?" tanya Jun.
"Iya," balas Syifa lagi.
"Jadi siapa kekasihmu?" tanya Jun sekali lagi.
"Aku tidak memiliki kekasih, tapi aku memiliki suami yang akan menjadi ayah dari anak-anak ku," sambung Syifa.
"Benarkah? Siapa suamimu?" tanya Jun.
"Min Yoongi," jawaban Syifa yang ingin menggoda Jun lagi.
Jun melepas pelukkannya dan duduk di kasur dengan wajah sedih. Syifa menghampiri suaminya dan duduk di pangkuan Jun.
"Hei, aku hanya bercanda. Suamiku Teuku Jun Perwira. Ayah dari bayi yang ada di perutku ini," ucap Syifa yang meletakkan tangan Jun di perutnya.
Jun mengusap perut istrinya dan memeluk Syifa dengan erat.
"Kamu benar-benar nakal sayang," jawab Jun menatap Syifa dengan senyuman manisnya.
Syifa hanya tertawa dan mendekatkan mulutnya ke telinga Jun. "Aku mau itu boleh?" bisik Syifa.
"Itu apa?" tanya Jun.
Syifa menggerakkan sedikit pinggulnya dan Jun mengerti apa yang dimaksud oleh istrinya. Pria itu mengangguk dan berbaring di atas kasur. Syifa langsung mencium bibir Jun sang suami tercinta. Untuk hari ini Syifa yang memimpin, karena perutnya belum bisa ditindih.
"Kita mulai?" tanya Syifa.
Jun mengangguk, mereka pun mulai membuka baju dan memulai aktivitas suami-istri pada malam yang begitu indah. [.]