Setelah beberapa menit dalam perjalanan, Jun dan Syifa tiba di RS Medistra Jakarta. Jun menggendong Syifa dan masuk ke dalam rumah sakit. Para Perawat mendorong brankar dan memasuki ruang periksa. Syifa langsung di periksa oleh Dokter dan dipasangkan infus pada tangan kirinya oleh Perawat yang ada di dalam ruangan itu.
Jun masih setia menunggu Syifa di depan ruang periksa, ia duduk di kursi panjang depan ruangan. Pria itu mulai gelisah dan memegang kepalanya karena merasakan pusing, ia terus menggerakkan kedua kakinya dan menunggu kabar dari Dokter tentang Syifa.
Sepuluh menit berlalu, akhirnya Dokter keluar dengan wajah cerah dan memegang bahu Jun. Pria itu pun menjadi bingung dan menatap Dokter yang tengah tersenyum padanya.
"Selamat Pak, sebentar lagi anda akan menjadi Ayah," ucap Dokter sambil tersenyum.
Jun terkejut dan senyuman pun terukir di bibirnya, setelah mendengar ucapan Dokter yang memeriksa sang Istri.
"Masuk lah, Istri anda sedang menunggu Ayah dari anaknya," sambung Dokter.
Tim medis pun meninggalkan ruang periksa dan Jun masuk ke dalam ruangan tempat istrinya berbaring. Syifa tersenyum bahagia saat melihat suaminya masuk ke dalam ruangan. Tanpa basa basi Jun langsung memeluk Syifa sangat erat, wanita itu membalas pelukkan suaminya tersebut.
"Benarkah kita sebentar lagi memiliki anak? Ini tidak mimpikan?" tanya Jun yang masih belum percaya.
"Ini nyata, sebentar lagi akan ada malaikat kecil di keluarga kita," balas Syifa meyakinkan suaminya atas kehamilan anak pertama mereka.
Jun begitu bahagia dan tak mau melepas pelukkannya dari Istrinya. Syifa tersenyum dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang Jun.
"Kita pulang ya, aku bosan disini.." ucap Syifa.
"Iya kita pulang, pegang tanganku nanti jatuh.." balas Jun membantu istrinya turun dari ranjang rumah sakit.
Mereka berjalan menuju meja administrasi untuk membayar biaya periksa Syifa. Jun menyuruh Syifa untuk duduk di kursi tunggu dan pria itu mengurus pembayaran di meja administrasi.
Sesekali Jun menatap istrinya yang asik mengelus perut yang masih sangat rata. Ia bahagai dan tersenyum kecil, karena sudah di berikan anugerah yang paling indah di dalam pernikahannya. Setelah selesai, ia menghampiri sang Istri dan berjanji akan selalu menjaga Syifa agar tetap baik-baik saja.
.
Di perjalanan menuju apartement,
"Mau makan sesuatu?" tanya Jun.
"Mau cium kamu," balas Syifa menatap Jun.
Jun menepikan mobilnya di sebuah taman yang cukup sepi, lalu ia mengecup bibir istrinya sekilas. Syifa menatap Jun dengan tatapan kesal karena bukan ciuman itu yang ia inginkan.
"Lah kenapa kesal? 'Kan udah di cium..." ujar Jun yang bingung.
"Bukan ciuman ini, tapi..."
Wanita itu langsung mencium bibir suaminya dan melakukan lebih dari ciuman biasa. Sontak pria itu terkejut melihat istrinya yang menciumnya secara tiba-tiba, ia melayaninya dan membalas ciuman tersebut. Jun menurunkan tirai mobil dan mereka semakin menikmati ciuman tersebut. Syifa melepas tautan mereka dan menatap manik mata suaminya sangat dekat. Jarak wajah mereka hanya 1 senti, Jun menangkup wajah istrinya dan tersenyum.
"Jangan tinggalkan aku, paham?" ucap Jun membalas tatapan istrinya.
"Aku tidak akan meninggalkanmu," balas Syifa dan kembali menautkan bibirnya ke bibir suaminya. Entah kenapa saat ini Syifa begitu agresif dalam berciuman, dia pun menikmati ciuman ini.
Suaminya pun menikmati ciuman tersebut dan memegang kepala sang Istri agar ciuman mereka semakin dalam, tiba-tiba Syifa melepaskan tautannya dan memeluk Jun.
"Kenapa?" tanya Jun.
"Kepalaku sakit," balas Syifa.
"Ya sudah kita pulang ya, biar bisa istirahat."
Jun menyetir mobilnya, Syifa hanya diam sambil memejamkan matanya, karena tubuhnya sangat lemas saat ini. Jun menatap istrinya dan menggenggam tangan Syifa dengan erat. Ia pun menyetir menuju apartement.
.
Setelah sampai di apartemen, Jun membuka pintu mobil untuk membantu istrinya turun dari mobil. Mereka berjalan perlahan menuju apartement, saat sudah berada di dalam apartement miliknya, Jun membawa istrinya masuk ke dalam kamar untuk beristirahat.
"Istirahat lah, nanti kita makan ya."
"Aku tidak lapar Jun. Tetap disini ya, aku mau memelukmu," balas Syifa melingkarkan tangannya di pinggang suaminya.
Jun naik ke atas kasur dan membenarkan posisi pelukkan Syifa. Ia mengusap surai milik istrinya dan mengecup kening Syifa dengan lembut. Jun merasa kasihan melihat wajah Syifa yang sangat pucat.
"Tidurlah, aku akan tetap disini..." balas Jun.
Syifa mengangguk dan memejamkan kedua matanya, ia begitu manja pada suaminya karena itu keinginan anak yang ia kandung. Jun memahami kondisi istrinya sekarang yang hanya ingin bersamanya saat ini. Ia ikut memejamkan matanya sambil berpelukan dengan Syifa dalam posisi duduk di atas kasur.
Saat ia akan tertidur, Jun terkejut ketika tangan Syifa tanpa sengaja memegang aset miliknya. Bahkan tangan wanita itu bergerak hingga Jun terangsang. Pria itu menelan air ludah dan menahan suara karena kenikmatan saat asetnya di sentuh oleh sang Istri.
'Baru di sentuh oleh Syifa saja, nikmatnya bukan main,-' batin Jun menahan suaranya karena takut istrinya bangun.
Namun, Syifa terbangun dan berlari ke dalam kamar mandi saat merasakan mual. Jun mengejar istrinya yang sedang muntah di kamar mandi. Ia mengusap pelan punggung Syifa dan memberikan air mineral saat istrinya selesai muntah.
"Minum," ucap Jun memberikan minuman.
"Terimakasih," jawab Syifa minum air mineral yang diberikan suaminya.
Setelah air itu habis, Jun mengambil gelas dari tangan Syifa dan meletakkannya di meja dekat kamar. Ia membantu Syifa untuk berjalan ke arah kasur, dan mereka pun duduk di atas kasur miliknya.
"Masih mual?" tanya Jun memegang bahu Syifa.
Wanita itu mengangguk dan memegang kepalanya yang sakit. Ia merebahkan dirinya di atas kasur dan Jun mencari minyak angin agar aroma-nya bisa dihirup oleh Syifa. Setelah dapat, ia mengusap perut istrinya dengan minyak angin dan mengusap punggung Syifa, lalu memberikannya pada Syifa agar aroma-nya bisa dihirup.
"Istirahatlah," ujar Jun mengusap surai sang Istri.
Syifa mengangguk dan memeluk Jun sambil menghirup aroma terapi dari minyak angin. Pria itu setia mengusap rambut istrinya dan menyelimuti Syifa agar tidak kedinginan.
"Mimpi indah sayang," ucap Jun mengecup bibir Syifa dengan lembut.
"Mimpi indah kembali," jawab Syifa dan menarik suaminya agar berbaring di sebelahnya.
Jun pun akhirnya berbaring dan membalas pelukkan Syifa. "Aku mencintaimu," ungkap Jun menatap sang Istri.
"Aku juga mencintaimu," jawab Syifa dengan tulus.
Mereka pun memejamkan mata dan akhirnya tertidur dalam posisi saling berpelukkan satu sama lainnya. Malam ini begitu indah untuk mereka, bulan purnama menerangi langit dan bintang-bintang memenuhi langit indah di malam hari. Mereka tertidur dengan senyuman yang terukir pada bibir mereka berdua. [.]