Saat Jun dan Syifa tengah beristirahat karena kelelahan. Tiba-tiba ada yang menekan bel apartement mereka, secepat mungkin Jun membukakan pintu dan telihat Daniel sedang tersenyum ke arahnya.
"Kenapa kau kemari?" tanya Jun yang menatap Daniel dengan tatapan kesal.
"Apa aku tidak boleh berkunjung ke rumah teman lamaku?" tanya Daniel kembali.
Syifa berjalan menghampiri suaminya yang berdiri di pintu apartement. Ia terkejut saat Daniel berada di depan pintu apartement suaminya. Daniel tersenyum dan memberikan makanan pada Syifa.
"Apa aku boleh masuk?" tanya Daniel menatap Syifa dengan tatapan bahagia.
Syifa menatap ke arah Jun dan pria itu hanya diam, lalu masuk ke dalam kamar. Tanpa aba-aba Daniel masuk ke apartement tersebut dan duduk di sofa ruang tamu. Ia menatap Syifa dan menarik tangan gadis itu agar duduk disampingnya.
Namun, wanita itu memilih untuk menjauh dan menatap ke arah kamar. "Aku ambilkan minum dulu," ucap Syifa dengan singkat. Daniel mengangguk dan menghidupkan televisi, dan bertingkah seperti ia pemilik apartment ini.
Bukannya berjalan ke dapur, malah wanita itu masuk ke dalam kamar dan menghampiri suaminya yang tengah duduk di atas kasur. Wanita itu duduk di depan Jun, dan menggenggam tangan pria yang ia cintai itu.
"Temani aku di ruang tamu, aku takut jika hanya berdua dengan Daniel," ucap Syifa yang memohon.
"Aku muak melihat wajahnya, pergi saja sana temani dia," jawab Jun datar.
"Mas, aku takut jika berdua dengan Daniel. Dia bisa saja berbuat sesuatu padaku, dulu bagian tubuhku sempat disentuh olehnya dan dia itu pria cabul," jelas Syifa menatap suaminya.
"Apa?! Dia pernah menyentuh bagian tubuhmu?" tanya Jun yang kaget mendengar ucapan Syifa.
Gadis itu memang ketakutan jika berada di dekat Daniel, karena pria itu pernah membawanya ke ruangan yang kosong dan mengelus paha mulus Syifa. Jun mengangguk dan menggandeng tangan istrinya keluar kamar.
Ia berjalan ke arah ruang tamu dan duduk di depan Daniel yang tengah menonton. Sedangkan Syifa pergi ke dapur untuk mengambil minum, lalu membawanya ke ruang tamu.
Daniel tersenyum ke arah Syifa dan matanya tertuju pada kaki putih milik gadis cantik itu. Jun membuka kardigan yang ia pakai dan berdiri menutupi kaki mulus istrinya. Syifa mulai takut dan duduk di sebelah suaminya sambil memeluk lengan Jun.
"Ada urusan apa, kau ke apartemen kami?" tanya Jun.
"Aku hanya berkunjung," jawab Daniel yang menatap gundukan Syifa yang semakin besar.
Syifa menutup dadanya dengan kardigan yang ia pakai, karena merasa tidak nyaman saat Daniel menatap ke arah dadanya. Jun menatap tajam Daniel dan pria itu menutupi dada istrinya dengan punggungnya. Posisi Syifa sekarang berada dibelakang tubuh suaminya.
"Oo untuk berkunjung," jawab Jun.
"Iya, apa tidak boleh? Aku kan teman Syifa saat berada di sekolah dasar," sambung Daniel.
Jun hanya mengangguk dan masih menutup istrinya, agar tidak dipandang oleh Daniel. Pria itu sedikit kesal karena tidak bisa melihat tubuh seksi milik Syifa. Ia meminum minuman yang dibawa oleh Syifa dan menatap Jun dengan tatapan kesal.
"Syifa kau ingat waktu kita berada ditempat yang begitu indah," ucap Daniel.
"Tidak," balas Syifa singkat.
"Ah, baiklah kalau tidak ingat," sambung Daniel yang kecewa melihat sikap Syifa. Ia mulai kesal dan mengepal tangannya.
"Ada lagi yang mau dibicarakan?" tanya Jun.
"Ah, tidak. Aku hanya mau meminum minuman ku," jawab Daniel.
Kring!
Kring!
Tiba-tiba ponsel Jun berdering, pria itu mengambil ponselnya di saku celananya. Ternyata panggilan dari Perusahaaan tempat ia berinvestasi. Jun menatap Syifa dan gadis itu hanya mengangguk. Ia berjalan masuk ke dalam kamar untuk mengangkat telepon penting itu.
Kesempatan untuk Daniel untuk duduk disamping Syifa. Wanita itu mulai ketakutan dan berusaha untuk menjauh dari teman cabulnya. Namun, Daniel menahan pinggang Syifa dengan tangannya. Ia mengelus kaki mulus Syifa, membuat wanita itu sedikit risih dan tidak nyaman. Syifa menjauhkan tangan Daniel, namun pria itu malah menahan tangan Syifa.
"Jauhkan tanganmu dari kakiku Daniel," tegas Syifa.
"Tidak bisa, dan kau tidak akan bisa menjauh dariku karena sekarang aku lebih kuat," jawab Daniel menatap kedua benda kenyal milik Syifa.
Ia meraba kaki mulus Syifa dan akan memasukkan jarinya ke dalam milik gadis cantik itu. Syifa memukul kepala Daniel dan akhirnya pria itu melepaskan tangannya dari Syifa. Wanita itu menjauhkan dirinya dari pria cabul tersebut. Namun, Daniel hanya tersenyum dan menangkap Syifa, sambil membawanya masuk ke dalam kamar mandi.
"Lepas! Jun tolong aku!" teriak Syifa yang ditarik masuk ke dalam kamar mandi dengan paksa.
Jun selesai menelepon dan langsung berlari keluar kamar saat mendengar teriakan istrinya. Ia mencari keberadaan Syifa di ruang tamu, namun mereka tidak ada disana.
Daniel menutup mulut Syifa dan mendorong wanita itu di lantai kamar mandi. Pria itu akan melakukan hal tidak senonoh pada istri, Jun. Syifa memberontak, namun tenaga pria itu sangat kuat. Daniel memegang keras tangan Syifa dan membuat wanita itu meringis kesakitan. Baju Syifa juga sudah tersingkap, dan membuat Daniel tidak sabar ingin memiliki Syifa. Daniel membekap mulut Syifa dan wanita itu langsung menggigit tangan Daniel.
"Jun tolong aku!" teriak Syifa dari kamar mandi saat tangan Daniel terlepas, perutnya mulai terasa sakit akibat dorongan Daniel tadi.
"Diam!" bentak Daniel menampar wajah Syifa.
Pria itu segera mungkin membuka benda berbentuk segitiga gadis itu, namun saat miliknya akan masuk ke milik Syifa, Jun datang dan menendang punggung Daniel sangat kuat.
"Sialan kau!" bentak Jun memukul wajah Daniel tanpa ampun.
"Beraninya kau menyentuh istriku! Mati kau di tanganku!" teriak Jun yang kesal.
Syifa secepat mungkin menutup tubuhnya. Ia menahan Jun agar tidak membunuh orang, karena Syifa tidak ingin suaminya disebut sebagai seorang pembunuh.
"Mas sudah, jangan bunuh dia. Aku tidak ingin kau disebut sebagai pembunuh," ucap Syifa sambil memeluk suaminya dari belakang.
Jun menghentikan pukulannya dan menelepon Polisi, agar Daniel masuk ke dalam penjara. Namun, pria itu malah kabur dari apartement Jun. Pria itu mengejar Daniel dan ia kehilangan jejaknya, Syifa mengejar suaminya dan memegang perutnya yang tiba-tiba kram karena kelelahan dan sempat ditekan oleh Daniel.
"Sayang kau kenapa?" tanya Jun yang panik.
"Perutku kram," jawab Syifa yang menahan sakit.
Jun menggendong istrinya dan membawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Ia takut terjadi sesuatu pada istri dan calon anaknya nanti. Setelah sampai di RS Jakarta yang dekat dari apartemen tempat mereka tinggal. Pria itu langsung membawa istrinya masuk ke dalam ruang periksa. Dokter pun memeriksa keadaan Syifa yang tengah kesakitan.
Jun menunggu diluar ruangan, dan berdoa agar janin yang ada diperut Syifa baik-baik saja. Ia juga berdoa agar istrinya dalam keadaan stabil. Syifa di pasangkan infus kembali oleh Perawat dan alat bantu untuk bernapas, karena wanita itu kesulitan mengatur napasnya. [.]