Jakarta, 12:00 WIB
Syifa dan Jun sudah berada di rumah sakit, untuk memeriksa kandungan istrinya. Perawat keluar dari ruangan dan memanggil nama Syifa agar masuk ke ruang periksa. Jun menggandeng istrinya dan mereka pun masuk ke ruangan tersebut. Dokter tersenyum manis pada mereka berdua, Jun sedikit risih melihat senyuman Dokter yang akan memeriksa istrinya.
"Selamat datang Nyonya Syifa dan Tuan Jun, silahkan duduk," sapa Dokter dengan ramah.
"Terima kasih Dok," balas Syifa dan langsung duduk di kursi depan Dokter kandungan.
Jun ikut duduk dan sedikit risih saat Dokter tersebut menatap Syifa tanpa henti. Ia menggenggam tangan istrinya dan Syifa tersenyum pada Jun.
"Ayo naik ke ranjang, kita periksa bagaimana kandungan Nyonya," ucap Dokter dengan sopan.
Gadis itu pun naik ke ranjang dengan di bantu oleh Jun. Dokter pun membuka sedikit baju Syifa agar perutnya terlihat dan memudahkan untuk di periksa kandungannya. Jun menahan kesalnya saat Dokter tersebut menyentuh perut Syifa, ia mengepal tangan dan menatap sinis ke arah Dokter.
"Janin anda sehat, lihat lah ke monitor. Dia bergerak dengan sempurna, letaknya pun sangat bagus, dan usia kandungan anda hampir memasuki 4 minggu," jelas Dokter.
Syifa dan Jun menatap ke monitor dengan senyuman bahagia melihat calon anak mereka baik-baik saja. Jun menggengam tangan istrinya dan membantunya untuk berdiri saat Dokter selesai memeriksa kandungan Syifa. Dokter duduk dan mereka pun ikut duduk.
"Ingat jangan terlalu banyak bergerak, karena Nyonya masih hamil muda. Kurangi perkerjaan berat dan berhubungan intim," jelas Dokter sambil menulis resep vitamin untuk Syifa.
Jun dan Syifa menatap Dokter dengan tatapan malu saat mendengar perkataan kurangi hubungan intim. Dokter menatap sepasang suami istri tersebut dan meletakkan pena-nya kembali ke tempat pena.
"Boleh berhubungan, tapi jangan terlalu kasar atau terlalu agresif. Karena kasihan calon anak kalian, nanti terguncang kalau ayah dan ibu nya bermain kasar," jelas Dokter sambil tersenyum dan memberikan resep vitamin kepada Jun.
Sepasang Suami dan Istri itu hanya mengangguk. Jun mengambil resep tersebut dan menyimpannya di saku jaket yang ia pakai.
"Kapan lagi kami bisa kontrol kandungan istriku?" tanya Jun.
"Tanggal 20, bulan depan," balas Dokter.
"Baiklah Dok, terimakasih dan kami pamit dulu," sambung Jun membantu istrinya berdiri.
Mereka pun keluar dari ruang periksa menuju tempat parkir, dan akan pergi ke sebuah restauran untuk makan siang. Selama di perjalanan Jun tidak henti-henti nya memegang tangan Syifa dengan erat. Gadis itu tersebut dan bersandar di bahu suaminya.
Sepuluh menit perjalanan menuju restauran, akhirnya mereka tiba di depan parkiran dan keluar dari mobil untuk masuk ke restauran tersebut. Saat mereka tengah duduk di kursi, Daniel masuk dan menghampiri mereka.
"Mau pesan apa Syifa?" tanya Daniel senyum ke arah Syifa.
"Bentar ya, aku pilih dulu," balas Syifa menatap buku menu.
Jun sedari tadi menatap datar ke arah Daniel yang fokus menatap Syifa. Pria itu cemburu dan memahan kesalnya saat istrinya di tatap oleh Daniel dengan tatapan seperti menyukainya. Syifa memegang tangan Jun dan seketika Daniel kesal, lalu menatap ke arah suami Syifa.
"Mas mau pesan apa? Aku ikut Mas saja," ucap Syifa menatap Jun.
"Kepiting saus tiram saja sayang, kaya nya enak. Walau Mas belum pernah makannya, tapi hari ini Mas mau makan itu," balas Jun yang ingin memakan Kepiting saus tiram.
"Oke kita pilih kepiting saus tiram saja. Daniel kami pilih ini dan minumannya orange jus saja ya," ujar Syifa menatap Daniel.
Pria itu tersenyum dan mencatat pesan sepasang Suami, Istri itu. Ia menatap Jun dengan tatapan sinis, lalu pergi ke dapur untuk mengantar kertas yang berisi pesanan Jun dan Syifa.
Syifa memainkan tangan suaminya yang memiliki kuku dan jari indah. Ia mencubit pelan punggung tangan Jun dan pria itu hanya pasrah sambil tersenyum menatap Syifa.
"Sakit loh sayang," ucap Jun menatap istrinya.
"Ehehe, maaf ya," balas Syifa yang tersenyum.
Daniel datang membawa pesanan mereka, pria itu meletakkan makanan dan minuman di atas meja. Daniel memberikan buah jeruk kesukaan Syifa di samping makanannya.
"Buah kesukaanmu, makan lah." ujar Daniel sambil tersenyum.
"Ah, tidak perlu Daniel. Aku sedang tidak ingin buah," balas Syifa dengan lembut.
"Kau dengar kata istriku kan, dia tidak ingin buah. Bawa buah itu pergi," sambung Jun yang mulai kesal.
Syifa menggengam tangan suaminya agar tetap tenang. Daniel menatap datar Jun dan membawa buah tersebut dari meja tempat sepasang Suami dan Istri itu duduk.
"Mas tenang lah," ucap Syifa menatap Jun.
"Jangan dekat dengan pria itu, membuat Mas kesal saja," balas Jun.
"Mas cemburu ya?" tanya Syifa menggoda suaminya.
"Pasti cemburu lah, mana ada pria yang tidak cemburu melihat istrinya bersama pria lain," balas Jun sambil memanyunkan bibir.
"Eh, bibirnya kenapa tu? Ya sudah ayo makan. Aku benar-benar sudah lapar," sambung Syifa mengusap rambut suaminya.
Jun hanya mengangguk dan mereka pun makan makanan yang dipesan tadi. Setelah makan, Daniel kembali menghampiri Syifa dan tersenyum pada gadis itu. Jun menatap tajam ke arah pria itu dan meminum jus yang ada di dalam gelas.
"Ini kue gratis dari restauran kami," ucap Daniel.
"Ada kue gratis? Tapi kok gak ada pengumumannya di papan depan?" tanya Syifa yang bingung.
"Pihak kami lupa menulis pengumumannya, makanya tidak ada tulisan kue gratis di papan yang ada di depan restauran," jawab Daniel agar Syifa menerima kue yang ia bawa.
"Benarkah? Yasudah berikan pada suamiku saja, jujur aku lagi tidak mau makan kue," balas Syifa meminum jus yang ia pesan.
"Sini, istriku sedang tidak ingin makan. Jadi biar aku yang makan, kasian mubazir kalau dibuang," ucap Jun mengambil kue tersebut dan memakannya.
Daniel menatap tajam Jun dan tersenyum ke arah Syifa, yang tengah minum. "Tubuhmu semakin berisi," ujar Daniel.
"Benarkah? Aku sedang hamil makanya berisi," jawab Syifa.
Deg!
Jantung pria itu terasa ingin berhenti berdetak saat mendengar pengakuan Syifa. Ia kesal saat mendengar Syifa tengah hamil anak orang tua yang berstatus suaminya. Jun tersenyum kecil dan menatap remeh ke arah Daniel yang kesal.
"Kenapa kau menikahi pria tua ini?" tanya Daniel.
"Tua apa nya umurku baru 28 tahun," ucap Jun yang tidak terima.
"Umur kami masih 21 tahun, jadi kau tua 7 tahun dari kami berdua," jawab Daniel yang tak mau kalah.
"Kau--" ucapan Jun terpotong saat Syifa memegang tangannya.
"Sudah takdir kami bersama, jadi tentang umur aku tidak mempermasalahkan nya. Jadi bisa tinggalkan kami berdua disini," ungkap Syifa menatap Daniel.
Pria itu mengangguk dan pergi dari hadapan mereka. Jun tersenyum dan menggandeng istrinya untuk membayar makanan yang mereka pesan, lalu pulang ke apartement. [.]