Rumah kediaman keluarga Widodo,
Beberapa hari kemudian, pernikahan mereka pun di selenggarakan. Harusnya di hari pernikahan ini semua pasangan tentunya berbahagia, karena di hari pernikahan mereka akan menyempurnakan cinta dalam ikatan sah. Namun, tidak dengan Jun, pria itu menatap datar ke arah kaca tempat ia duduk sambil mengepal tangannya.
"Setelah acara ini selesai, aku bebas melakukan apa pun dan fasilitas ku tidak akan di cabut oleh Papa," ungkapnya.
Salah satu Pelayan masuk ke dalam kamar dan menyuruh Tuan nya untuk secepat mungkin masuk ke dalam mobil. Karena sudah saatnya ia untuk datang ke rumah pengantin wanita. Jun langsung keluar kamar dengan senyuman manis, lalu menghampiri kedua orang tuanya yang sedang menunggu di depan rumah.
"Sudah siap nak?" tanya Tuan Widodo.
"Siap Pa," balas Jun sambil tersenyum.
"Sebentar lagi kamu akan menjadi seorang suami nak, jaga istrimu dengan baik ya, sayangi dia..." ujar Nyonya Risa mengecup pipi sang Anak.
"Pasti Ma, aku akan menjaga Syifa dengan baik," balas Jun.
'Bukan menjaga malah aku akan menyiksa nya. Tidak sudi aku menikah dengan wanita sialan itu. Sangat tidak sudi, tunggu saja penderitaan mu wanita sialan... wanita murahan yang mengobral miliknya padaku," batin Jun.
Mereka pun masuk ke dalam mobil menuju rumah keluarga Roy Kusuma. Nyonya Risa setia mengenggam tangan anak satu-satunya dengan tersenyum bahagia.
.
Di kediaman keluarga Roy,
Syifa sedang dirias oleh perias pengantin, gadis itu terlihat semakin cantik. Nyonya Sonia tersenyum dan mencium wajah anak perempuannya yang tengah di rias.
"Kamu semakin cantik nak," ucap Sonia memeluk anaknya.
"Terimakasih Bu," balas Syifa dengan sendu.
"Cepat selesaikan, keluarga pengantin pria akan tiba, ijab kabul akan dimulai..." sambung Nyonya Sonia dan pergi keluar kamar.
Syifa hanya pasrah dan mengikuti kemauan orang tuanya. Walau ia sudah tau apa konsekuensi jika menikahi Jun, ia akan sabar menjalani apa yang akan dia terima kedepannya. Agar kedua orang tuanya tidak bertengkar karena dirinya.
Jun dan keluarganya tiba di rumah keluarga Roy, para tamu undangan sudah duduk di tempat yang sudah disediakan oleh keluarga Roy. Jun duduk di depan penghulu dan membalas uluran tangan penghulu, ijab kabul pun dimulai. Acara ijab kabul berjalan sangat lancar, Jun hanya membutuhkan 1 kali percobaan untuk mengucapkan kalimat ijab kabul tersebut.
Syifa keluar dari kamar pengantin dan tidak berani menatap pria yang sudah menjadi suaminya. Jun memegang tangan Syifa dan memasang cincin di jari manis gadis itu. Sebaliknya Syifa juga memegang tangan Jun dan memasangkan cincin ke jari manis suaminya. Setelah acara selesai, Jun memilih untuk membawa Syifa ke apartemen miliknya dengan alasan tidak mau merepotkan keluarga mereka.
"Hati-hati di jalan dan selamat atas pernikahan kalian ya. Terus beri kabar pada kami, jangan asik berdua saja..." ucap Nyonya Risa menatap Syifa.
"Terimakasih Bu, kami pergi dulu," balas Syifa membalas senyuman mertuanya.
"Selamat nak," sambung Nyonya Sonia memeluk putrinya, "Baik-baik di apartemen suamimu, layani suamimu dengan baik. Jangan pernah melawan suami kamu ya..." ujar Nyonya Sonia.
Syifa hanya mengangguk pelan dan masih belum berani menatap wajah Jun. "Baiklah kami pulang dulu ya Ibu, Ayah, Mama, Papa." gumam Jun menggengam tangan Syifa dan membawanya masuk ke dalam mobil.
.
Di sepanjang perjalanan menuju apartemen. Pria itu asik mengelus paha mulus istrinya. Membuat Syifa sedikit tidak nyaman, ingin rasanya menjauhkan tangan suaminya. Namun ia tidak ingin membuat Jun marah, cukup saat malam itu Jun memukulnya.
Jun semakin menjadi-jadi dan memasukkan tangannya ke dalam area sensitif Syifa. Ia mengelus area sensitif sang istri. Syifa menggigit bibir bawahnya untuk menahan suara aneh, agar tidak keluar dari mulutnya.
"Hei keluarkan saja suara itu!" bentak Jun menghentikan mobilnya di tempat yang sepi.
Syifa menggelengkan kepalanya, Jun kesal dan semakin agresif untuk mengelus area sensitif tersebut. "Jun." panggil Syifa yang sudah tidak tahan mengeluarkan suara kenikmatan dari mulutnya. Gadis itu merasakan ada yang basah dibagian bawahnya.
Benda tumpul Jun pun menegang, pria itu menancapkan mobilnya agar cepat sampai ke apartemen miliknya. Setelah sampai Jun menggendong Syifa dengan ala bridal style masuk kamar apartemen. Ia merebahkan Syifa yang sudah terangsang olehnya, Jun menindih istrinya dan memulai permainannya.
Terdengar suara kenikmatan dari mulut mereka berdua. Saat mendengar suara kenikmatan dari istrinya, Jun semakin semangat menjalankan aksinya, membuat kasurnya bergerak sesuai tempo gerakannya. Syifa dicengkram sprai dan mengigit bibir bawahnya.
"Pelan-pelan, Jun." ucap Syifa yang tampak terus mengeluarkan suara yang membuat suaminya semakin bersemangat.
"Padahal kita sudah pernah melakukannya. Tapi kenapa masih sempit sih! Tapi ini nikmat," gerutu Jun yang kenikmatan.
"Jun, lebih dalam lagi..." racau Syifa yang benar-benar sudah tidak bisa mengendalikan dirinya.
Jun tersenyum nakal dan mempercepat tempo gerakannya. Syifa mengalungkan tangannya ke leher suaminya dan mengecup benda kenyal milik Jun. Pria itu membalas kecupan tersebut.
"Ini nikmat sekali," racau Jun yang tak mau berhenti melakukan aksinya.
"Jun, aku mau kepuncak." ujar Syifa.
"Kita sama-sama," sambung Jun yang mempercepat permainannya.
Akhirnya mereka pun mencapai puncak bersamaan. Untuk kedua kalinya cairan putih milik Jun menyembur ke dalam rahim Syifa. Pria itu mengeluarkan miliknya dan berbaring di sebelah sang istrinya.
Syifa mengatur napas dan memejamkan matanya, saat akan tertidur ia terkejut saat Jun melahap benda kenyal miliknya dengan rakus. Ia hanya pasrah dan tertidur dengan posisi Jun seperti anak bayi yang saat ini tengah kehausan.
.
Soon and Moon Apartement, pukul 06:00 WIB
Syifa bangun dan mengambil handuk untuk membersihkan tubuhnya yang lengket karena permainan semalam. Setelah selesai wanita itu menuju dapur dan membuatkan sarapan pagi untuk suaminya.
Dua puluh lima menit ia berada di dapur dan sudah selesai masak. Syifa masuk ke kamar dan menghampiri Jun yang masih tertidur pulas. Wanita itu duduk di sebelah Jun dan memegang bahu suaminya untuk membangunkannya.
"Jun sudah pagi, bangunlah." ujar Syifa mencoba membangunkan suaminya.
Plak!
Satu tamparan berhasil membuat wajah Syifa memar. Jun meremas wajah istrinya sambil melemparkan tatapan tajam, karena merasa tidurnya terganggu oleh Syifa.
"Kau mau mati ha?! Kau menganggu tidurku!" bentak Jun dan akan menampar kembali wajah istrinya.
Namun, Syifa menahan tangan Jun dan menangis agar tidak ditampar lagi. "Ampun, aku tidak akan menganggu tidurmu lagi," ucapnya sambil meneteskan air matanya. Jun menjauhkan tangannya dari Syifa dan masuk ke dalam kamar mandi, untuk membersihkan dirinya.
Wanita itu hanya menangis dan memegang pipinya yang memar karena tamparan Jun. Ia memilih menyiapkan baju yang akan dikenakan Jun, dan menuju ruang makan. Setelah rapi, pria itu keluar dari kamar dan duduk di ruang makan. Syifa mengambilkan nasi dan lauk pauk untuk suaminya, lalu ia duduk dalam keadaan diam.
"Tetap di apartemen sampai aku pulang, paham kau? Jika saat aku pulang kau tidak disini, habis kau akan aku siksa!" ucap Jun menatap datar istrinya.
Syifa hanya mengangguk, lalu mengambilkan gelas dan mengisi minuman untuk suaminya, dengan kondisi tangan yang benar-benar sangat gemetar. [.]