"Kalo tidak bisa minum jangan memaksakan diri," ujar Snapp sambil terus mengawasi jalanan dari balik kemudinya, Silia duduk di sebelahnya dengan kepala tersandar, mata nya setengah terpejam, kepalanya terasa berat akibat alkohol yang di minumnya.
"Iya..."
"Kalau seperti kau yang tak bisa menolak ajakan orang lain, bisa menolak menolak sambil tersenyum, itu juga salah satu cara bersosialisasi."
"Iya..."
Silia tidak ingin berdebat, keadaanya sedang tak memungkin kan, namun Snapp menanggapinya berbeda, ketika mata nya tanpa sengaja melirik ke arah gadis itu. Dia merasa jika Silia sangat menggoda saat menurut, seperti puding yang lembut dan ia tak sabar ingin mencicipinya.
Perlahan Snapp mulai menepikan mobil nya, di pandangi nya wajah Silia yang sudah tertidur nyenyak, tatapan nya jatuh pada bibir merah muda gadis itu, jakun nya seketika naik turun menahan segala gejolak yang ada, nalurinya membawa nya mendekati wajah gadis itu.
Mata Silia terbuka di saat yang tidak tepat, ia terkejut mendapati jarak wajah nya dan Snapp yang nyaris bersentuhan, sekujur tubuh nya seakan membeku, namun dia seolah tak rela jika harus kehilangan semua kesadarannya. Sebelum semua nya terjadi, Silia mengeluarkan cup cake coklat pemberian ayah nya dari dalam tas. "Terimakasih," benda itu tepat menempel di bibir Snapp. "Kue ini untuk tuan muda saja, sebagai ucapan rasa terimakasih ku.
Snapp yang merasa bingung segera bertanya, "Terimakasih untuk apa?"
"Terimakasih karena telah membantuku saat rapat, juga telah mengantarku dan teman ku tadi siang, dan... telah mengantar ku juga sekarang."
Snapp mengangkat sebelah alisnya, masih merasa bingung. Sedangkan Silia beringsut untuk segera keluar dari dalam mobil.
"Hati-hati di jalan," Silia memasang senyum mengiringi kepergian Snapp. "Huh... apa yang bmtadi ku pikir kan? Apa aku mengira tadi dia hendak mencium ku?" Wajah Silia merona, namun ia segera teringat akan kejadian saat beberapa hari masuk kerja, ingatan nya terputar saat dirinya memergoki Snapp sedang bercumbu dengan kekasih nya di ruangan dekat tangga darurat.
"Playboy seperti dia, kenapa aku harus memikir kan nya dengan serius!" Silia menggeleng sekuat tenaga, mencoba menahan perasaan nya sendiri yang tiap hari semakin sulit di kendalikan, dia tidak mau jadi korban berikut nya.
***
"Snapp, aku ingin pergi bersama mu, bagaimana kalau kita jalan-jalan ke Jepang?"
"Yasudah... pergi saja."
Silia merasa sangat syok ketika membuka pintu untuk masuk ke ruangan kerjanya, mata nya yang suci dan polos terpaksa di suguhi pemandanga kurang mengenakkan, Snapp terlihat sedang bersama wanita yang kini bergelayut manja di pelukan nya seperti seekor monyet, ah... ralat, simpanse, ah masa bodo... pokok nya sejenis kera. Mood Silia mendadak menjadi buruk. "Tuh... benar kan? Bajingan ini suka merayu wanita yang di lihat nya."
Hati Silia terasa panas, namun sekaligus bersyukur, semalam dia berhasil menghindar dari terkaman kadal darat itu.
"Snapp, bentuk cup cake ini lucu sekali, apa boleh aku mencicipinya?"
Silia membelalakkan mata nya, kue itu adalah pemberiannya semalam, dia berpikir kenapa Snapp malah memberikan nya pada orang lain. "Maaf, tuan muda Snapp jika aku mengganggu, aku hanya mengantar dokumen yang kau minta dan harus kau tanda tangani." Silia meletakkan dokument yang di bawanya di atas meja Snapp, lalu tanpa menoleh ke arah Snapp, dia buru-buru ke luar ruangan, tangan nya yang terkepal, menarik perhatian Snapp, sudut bibir nya tertarik.
Apa dia sedang cemburu?
"Kue ini adalah pemberian seseorang, kenapa kau mengambil nya sembarangan?" Snapp meraih kue yang ada di tangan wanita di sisi nya.
"Kenapa? Kau kan tidak suka makanan manis, jadi buat aku saja, lagipula aku sudah terlanjur mencicipinya. Rasanya enak." Snapp menggigit di sisi lain bagian, mengunyah dan menelan nya.
"Kau sungguh memakan nya?" Wanita di sampingnya membelalakkan mata terkejut, "sejak kaan kau suka makanan manis?"
Snapp tak menjawab semua pertanyaan, dan malam memakan semua sisa kuenya, dan menyimpan bungkus nya di dalam laci meja kerjanya. "Bukan nya katamu kau ingin kita berlibur ke Jepang?"
"Ah...iya, apa bisa sekarang juga?"
"Tentu saja."
"Ah... Snapp, kau membuat ku senang, kau selalu bisa memberi kejutan tiba-tiba seperti ini."
Di tempat berbeda, Silia mencoba menyibukkan diri dengan pekerjaannya, dia tidak ingin kejadian di ruangan Snapp tadi terus membayang di otak nya, kenapa juga dada nya terasa panas, bukan kah sebelum nya pemandangan seperti itu sudah biasa, bukan kah memang pria itu memang playboy, lalu kenapa juga dirinya harus merasa... marah?
Silia benar-bebar tidak mengerti dengan perasaanya, semakin dia ingin menepis nya, bayangan pria itu malah terus muncul, dan pikiran nya pun menjalar kemana-mana, mengembara dan menerka-nerka, apa yang akan di lakukan Snapp dan wanita itu di Jepang nanti? Tentu saja bukan hanya sekedar bergandengan tangan atau bergelayut manja seperti monyet tadi kan? Pasti lebih, membayangkan nya membuat dada Silia semakin panas, kenapa juga dia harus peduli apa yang akan di lakukan pria itu? Mau berbuat apa saja terserah dia....
Berulang kali Silia menarik napas panjang, mencoba mengembalikan kewarasan otak nya yang sepertinya sudah mulai terkontaminasi pesona Snapp. "Ah... tidak... tidak... ini terlalu berbahaya, aku tidak mau begini!" Silia tidak tahan dan bergumam sendiri dengan suara keras.
"Hai... Silia," suara Jo tiba-tiba mengagetkan nya dari arah belakang, Silia berharap pria itu tak mendengar gerutuan nya tadi. "Tuan muda Snapp menyerah kan tugas proyek nya padaku, karena dia mau pergi berlibur ke Jepang."
"Sudah tahu!" Sahut Silia ketus.
"Silia... kau kenapa?" Jo menyadari wajah Silia yang tiba-tiba berubah tidak senang.
"Ah... tidak, maksud ku, aku sudah tahu tadi, dia juga sudah memberi tahu ku," ralat Silia dengan memasang senyum, dia tidak ingin Jo makin curiga padanya.
"Oh... begitu, tapi biar lah, aku punya berita gembira juga untuk kita."
"Berita gembira apa?"
"Kau belum pernah ke luar negri kan? Kali ini kau akan mendampingiku ke Korea untuk tanda tangan kontrak kerja dengan Popou disana, kita bisa kerja sekaligus jalan-jalan deh."
"Apa?"
Wajah Jo berseri secerah mentari, namun tidak dengan Silia, tentu saja berita itu sangat mengejut kan nya.
"Bersiap-siap lah, kemasi barang mu setelah pulang kerja, besok pagi kita berangkat."
Bersambung.