Aprilio duduk bersandar di bangku kelasnya di barisan paling belakang. Ia nampak sibuk memandangi layar handphone, menatap serius sebuah foto berkualitas rendah yang dikirimkan oleh salah satu anak buahnya via online. Buram, namun masih terlihat rupa cantik dari gadis berkucir kuda itu.
Tak ada satu orang pun yang berani mendekati Aprilio, teman sekelasnya pun hanya bisa berdiri menjauh seraya menatap ngeri ke arah sang ketua geng motor 'Heaven Devil' tersebut.
Apriliio tidak pernah menceritakan pada siapapun tentang dirinya yang merupakan seorang ketua geng motor, tapi di kota metropolitan ini berita begitu cepat menyebar dan tiba-tiba saja seisi sekolah gempar mengetahuinya.
Aprilio tidak terusik dengan tatapan sinis orang-orang di sekitar, otaknya sekarang masih dipenuhi oleh bayang-bayang sosok gadis cantik nan bringas yang ia temui kemarin. Gerakannya saat bertarung sangatlah indah, lentur juga ringan seperti kupu-kupu yang menari di atas kebun bunga. Aprilio harap ia basa kembali betemu dengan gadis cantik itu.
Namun, sempat terlintas sebuah pertanyaan dalam pikiran Aprilio, jika dalam suatu keadaan Aprilio dipertemukan kembali dengan karlina, apa yang sebaiknya dia lakukan? Apa dia harus mengajaknya bertarung? Aprilio rasa itu bukan tindakan yang tepat untuk menjalin sebuah hubungan dengan seorang perempuan.
Aprilio bingung, seumur-umur ia sama sekali belum pernah berurusan dengan yang namanya perempuan, mereka selalu saja menghindar jika Aprilio menghampiri, bahkan bertukar pandang pun mereka enggan.
Apa karena tampang Aprilio?
Namu tak ada yang salah dari wajahnya, ibu Aprilio sendiri selalu menyebutnya tampan. Tapi jika bukan karena tampang, lalu karena apa?
Semua terasa sangat membingungkan bagi Aprilio.
Aprilio meletakkan handphone-nya di meja, pandangannya menjelajah ke sekeliling ruangan. Ia sedang memindai, mencari seseorang yang ia pikir pas untuk dimintai tolong.
DAPAT!
Akhirnya Aprilio menemukan orang yang cocok, orang yang dia pikir tepat.
Jika tidak salah namanya Febri, dia dikenal sebagai seorang play boy di sekolah. sudah tidak terhitung seberapa banyak perempuan yang sudah ia kencani. Mungkin Febri bisa membantu Aprilio menemukan solusi mengenai permasalahannya ini.
Aprilio berdiri dari duduknya, melangkahkan kaki menuju bangku Febri yang letaknya tak jauh, hanya berjarak tiga bangku di depan bangku Aprilio.
Sekarang Febri tengah sibuk bercanda gurau dengan kawan-kawannya. Ia tertawa riang kala mendengar satu diantara mereka melontarkan sebuah lelucon. Namun, tiba-tiba saja suasana menjadi sunyi, teman-temannya seketika bungkam tak bersuara, menatap takut ke arah belakang tubuh Febri seakan sedang melihat hantu. Febri heran meliat teman-temannya seperti itu, lantas ia pun memalingkan tubuhnya ke belakang. Terlihat di sana sosok pemuda bertubuh tegap yang tengah berdiri memasang tatapan membunuh ke arah Febri.
"Bisa kita bicara?" Tanya Aprilio pada Febri.
Kawan-kawan Febri lantas pergi berhamburan menjauhi bangku Febri, menyisakan Febri seorang di sana. Sontak saja seisi kelas gempar melihat fenomena langka tersebut. Aprilio yang dijuluki sebagai serigala penyendiri berhadapan langsung dengan siswa terpopuler di sekolah, yaitu Febri.
"Apa mereka akan bertengkar?"
Itulah yang menjadi pertanyaan orang-orang. Bukan hanya teman sekelas Aprilio dan Febri, tapi juga orang-orang yang tidak sengaja melintas di depan kelas pun turut serta menyaksikan ketegangan diantara mereka.
"Bagaimana cara bertarung dengan perempuan?" Tanya Aprilio tanpa basa-basi.
"HAH?!"
Febri memiringkan kepalanya seraya menekuk sebelah alisnya, ia tak pahami dengan apa yang dikatakan oleh aprililo.
"Bertarung? Apa maksudmu?" Febri balik bertanya.
Orang-orang di sekitar yang tak sengaja mendengar kata 'bertarung' langsung histeris dan mulai berpikir yang tidak-tidak.
"Wah mereka benar-benar akan bertengkar." seketika bisikan-bisikan ribut terdengar memenuhi ruangan.
"Aku dengar kau memiliki banyak pacar." Ujar Aprilio.
"Lalu?"
"Beri tau aku bagaimana caranya mendekati seorang perempuan."
"Ooh... sekarang aku paham apa maksudmu."
Febri mengangguk-anggukan kepala seraya menggeserkan kursi di depanya, lalu menepu-nepuk kursi itu sebagai kode agar Aprilio duduk di sana. Aprilio pun menuruti perintah Febri, ia langsung dudu di kursi kosong itu, menghadapkan pandangannya ke arah Febri.
"Kau harus tau 'bertarung' bukanlah kata pengganti yang tepat untuk PDKT." Jelas Febri.
"Aku bukanlah seorang konselor, tapi jika itu urusan cinta, mungkin aku bisa membantumu"
"Cinta? Aku tidak sedang membicarakan soal cinta."
"Seorang lelaki meminta saran mengenai lawan jenisnya, jika bukan soal cinta lalu apa lagi?"
"Entalah aku pun tak paham." Balas Aprilio mengangkat kedua bahunya.
"Tapi ngomong-ngmong handphone-mu sedari tadi bergetar, apa kau tidak mau mengangkatnya?" Tanya Aprilio sambil menunjuk ke arah handphone milik Febri yang tak henti-hentinya bergetar karena menerima panggilan masuk dari seorang bernama Jan.
"Biarkan saja." Ucap Febri seraya menggeser lambang telephone berwarna merah ke atas, menolak panggilan. namun, tak lama panggilan masuk itu datang lagi, membuat Febri jengkel dibuatnya.
"Tidak sopan jika kau mengabaikan panggilan telfon seseorang." tutur Aprilio membuat Febri tercengang mendengarnya.
"Waw! aku tak menyangka orang sepertimu akan membicarakan perihal sopan santun." Sarkas Febri datar, kemudian ia mengangkat panggilan masuk itu dengan malas.
"Kau keras kepala sekali sih!" Itulah kalimat pertama yang dilontarkan oleh Febri sesaat setelah ia mengangkat panggilan tersebut.
Aprilio terus menyimak pembicaraan antara fabri dengan seseorang dari balik sambungan. Ekspresi wajah Febri nampak kesal begitu pula dengan nada bicaranya. Aprilio tak paham dengan apa yang sedang mereka bicarakan, namun sekilas ia mendengan Febri menyebut-nyebut nama seseorang secara berulang-ulang. Jika tak salah itu 'Seva dan Kana'. Entahlah, yang pasti Aprilio tidak mengenal siapa mereka.
Setelah perbincangan yang begitu panjang, akhirnya Febri memutuskan sambungan telefon. Mimik wajahnya masih terlihat kesal, namun perlahan menenang setelah berulang kali mengambil nafas panjang dari hidunngnya lalu membungnya perlahan dari mulut.
"Jadi sampai mana pembicaraan kita?"
"Kita sama sekali belum memulainya." Jawab Aprilio jujur.
"Kalau begitu langsung saja ke intinya, apa masalahmu?"
"Aku bingung, apa wajar jika aku ingin menghabisi seorang perempuan?" Tanya Aprilio memulai pembicaraan.
"Secara sexual? Itu tindakan yang buruk?"
"Tidak. Maksudku bertarung." Jelas Aprilio sembari bergerak meninju-ninju udara.
"Itu lebih buruk lagi.
Tidak seharusnya kau memperlakukan perempuan yang kau suka dengan kasar, jika kau ingin mendapatkan hatinya, maka perlakukanlah dia dengan baik."
"Seperti apa?"
"Seperti mengantarnya kemanapun dia pergi, meberikannya bunga dan coklat atau semacamnya, lakukan apapun yang bisa kau lakukan "
"Apa begitu caramu untuk bisa mendapatkan semua perempuan itu?" Tanya Aprilio polos, membuat Febri terbatuk mendengarnya.
"uhuk! Aku sudah memutuskan mereka semua." Balas Febri malu-malu.
"Wah sayang sekali, padahal aku pun juga ingin memiliki pacar sebanyak itu.
Tapi ngomong-ngomong mengapa kau memutuskan mereka?"
"Aku sudah menemukan cinta sejatiku, jadi aku tidak memerlukan mereka lagi" jelas Febri dengan mata yang berbinar-binar.
"Sepertinya kau sangat mencintainya ya?"
"Ya!" Febri mengangguk setuju "Tante Kana, Dia wanita yang cantik, baik hati dan dewasa. Aku rela memutuskan semua pacarku hanya untuk dia."
"Oh! maaf, aku selalu lupa diri jika sudah membicarakan tentang tante Kana, sampai-sampai lupa jika kau di sini untuk membicarakan tentang pujaan hatimu." Febri kembali ke topik utama.
"Jadi siapa gadis yang sudah mencuri perhatian dari seorang ketua geng motor ternama yang paling ditakuti orang-orang ini?" Tanya Febri dengan nada menggoda.
"Namanya Karlina, dia gadis yang cantik dan kuat, yang baru saja aku temui saat tawuran kemarin." Aprilio mengeluarkan handphone-nya dari saku celana, lalu memperlihatkan foto amatir itu kehadapan Febri dengan malu-malu.
Febri tersenyum senang tak sabar ingin segera melihat siapa gadis cantik itu. namun, seketika senyumannya luntur saat ia melihat foto yang disodorkan oleh Aprilio tersebut.
"Oh my God!"