Chereads / Love Another Me / Chapter 12 - 12

Chapter 12 - 12

Febri mengintip dari balik kaca spion motornya, melirik ke arah sang pujaan hati yang sedang asik menikmati sejuknya udara malam. Pemuda itu sengaja melaju motornya sedang, berusaha menikmati momen-momen saat ini.

"Tante tidak mau peluk pinggang aku? Malam ini dingin lho."

"Tidak ko, sama sekali tidak diWAAHHH!!!"

Jerit Kana seraya memeluk pinggang Febri erat, kala Febri tib-tiba saja menancap gas, mempercepat laju motornya kencang membuat tubuh Kana hampir terjungkal ke belakang.

Febri tertawa terpingkal-pingkal melihat reaksi Kana yang ketakutan, ia senang bisa berhasil menjaili wanita itu. Sedangkan sang korban hanya misuh-misuh sendiri, kesal dengan kelakuan jail pemuda di depannya.

"Anak jaman sekarang sangat handal mengambil kesempatan dalam kesempitan ya?" Sarkas Kana yang dibalas senyuman senang oleh Febri karena mendapatkan pelukan dari sang pujaan hati.

Mereka sudah sampai di tempat tujuan. Febri menghentikan motornya, kemudan memarkirkan motor bebek berwarna merah itu di samping sebuah taman bermain.

Seminggu sekali Febri selalu membawa Kana jalan-jalan berkeliling kota dengan motor bebek kesayangannya, lalu mereka akan singgah di tempat-tempat berbeda sesuai keinginan Febri.

Kana sih hanya mengikuti saja ke mana Febri pergi, ia tidak keberatan asalkan itu tempat yang menyenangkan.

"Taman bermain? Untuk apa kita ke sini?"

"Aku ingat ketika kita pertama kali bertemu, tante pernah bercerita padaku bahwa tante dulu pernah memiliki seorang anak." tutur Febri seraya duduk di salah satu ayunan yang ada di sana.

"sayangnya tante tidak biasa keluar saat siang hari, jadi kita tidak bisa bertemu dengan anak-anak itu secara langsung. Tapi aku harap ini bisa membantu menghilangkan rasa rindu tante padanya."

Kana menggelengkan kepala seraya duduk di ayunan di samping Febri. Terlihat senyuman samar dari ujung bibirnya.

"Sudah kubilang sebelummnya, jika anakku seumuran denganmu. Kau sudah ku anggap seperti anakku sendiri dan bertemu dengan mu saja sudah bisa menghapus rasa rinduku padanya"

"TAPI AKU TIDAK MAU TANTE MENGANGGAPKU SEBAGAI ANAK TANTE!" Bentak Febri yang sontak mengejutkan Kana .

Seketika suasana menjadi canggung, tak ada satupun dari mereka yang berani berbicara. Sunyi senyap dan yang terdengar hanyalah suara angin malam yang berhembus, mengelus lembut tubuh kedunya. Terasa dingin.

"Bagaimana jika ternyata keberadaan tante tidaklah nyata?" Tanya Febri tiba-tiba.

"Semua kenyataan adalah khayalan, dan semua khayalan itu nyata."

"Tidak, maksudku, kehidupan ini nyata dan aku nyata, tapi tante tidaklah nyata. Bagaiman jika aku hanya bermimpi dan dalam kenyataannya tante tidak pernah ada." jelas Febri meninggikan suaranya, dan lagi-lagi suasana menjadi sunyi.

Kana menundukkan kepala, merenung, bergelut dalam pikirannya sendiri, berusaha mencerna setiap kata-kata yang dilontarkan oleh Febri.

Apa yang dikatakan oleh Febri terdengar mengada-ada, tapi pemuda itu tidak sedang bercanda, ia serius. Febri tidak bermaksud menyinggng, ia hanya gelisah setelah tau kebenaran dari sosok Kana yang hanya merupakan seorang alter dari gadis pengidap kepribadian ganda. Febri takut kehilangan wanita itu, ia sudah terlanjur jatuh hati kepada Kana.

***

"MATI?!!"

Teriak Seva, Jan, dan Febri bersamaan. Mereka terkejut kala mendengar penjelasan yang dipaparkan oleh Ferdinan.

"Apakah penyakit ini sebegitu membahayakannya?" Tanya Seva.

"Dissociative identity disoder bukanlah penyakit fisik, tapi merupakan penyakit mental yang juga bisa menggerogoti jiwa dan tubuhmu." Papar Ferdinan.

"Mereka yang menderita gangguan mental ini sering kali mengalami gejala psikologis yang ada pada penyakit mental lain seperti sakit kepala, derealization, depresi, dan lainnya yang bisa mengganggu kehidupan sehari-harimu. Dan parahnya lagi tujuh puluh persen orang yang menderita split disorder pernah melakukan percobaan bunuh diri.

Nah... Saat aku bilang kematian, inilah yang aku maksud."

"Kita harus sesegera mungkin mengatasi gangguan mentalmu ini. Bukan hanya untuk kebaikanmu saja, tapi juga untuk kebaikan orang lain."

"Lalu apa yang harus aku lakukan?"

"Pertama-tama kita akan melakukan beberapa tes secara beruntun yang akan kita mulai pekan depan--dan untukmu Jan--" Ferdinan menolehkan pandangannya ke arah Jan. "Kuberikan tugas penting untukmu,"

"Mencari alter lain milik Seva kan? Ya, ya, ya, aku sudah tau. Kau tak perlu lagi megatakannya padaku kak." potong Jan ketus.

"Syukurlah jika kau sudah tau" ucap Ferdinan seraya mengacak-acak rambut sang adik.

"Hey! hentikan itu!" Protes Jan tak suka.

Jika Seva perhatikan, perilaku Jan berubah drastis apabila dia sedang bersama kakaknya ini. Sikapnya jadi lebih acuh tak acuh dan mudah marah. Jan jadi seperti anak kecil dan itu sangatlah lucu bagi Seva.

"Kenapa kau lihat-lihat?" Tegur Jan pada Seva yang tak sadar tengah menatap ke arah Jan sambil senyum-senyum sendiri.

"Aku ganteng ya?"

"Ih ke-PD-an" elak Seva seraya memutar bola matanya, namun dalam hati Seva malu karena kepergok tengah memandangi Jan.

Fedinan hanya tersenyum melihat interaksi antara Jan dengan Seva. Sama seperti Seva, ferdinan fikir tingkah adiknya itu sangat berbanding terbalik dengan bagaimana Jan memperlakukan orang lain apa lagi kepadanya. Sepertinya Jan punya rasa kepada sahabatnya itu, jika tidak, mengapa ia mau susah-susah membantu Seva.

"Lalu apa yang akan kalian lakukan jika kalian sudah menemukan semua kepribadian itu?" Tanya Febri mengintrupsi.

"Kita akan melebur mereka semua menjadi satu." Jawab Ferdinan.

"Maksudnya?"

"Kita akan menghapus keberadaan dari alter lainnya."

"Apa itu termasuk tante Kana ?"

"Ya-"

"TIDAK! AKU TIDAK SETUJU! Tidak akan kubiuarkan itu terjadi. Tante Kana tidak akan hilang."

Itulah kata-kata terakhir Febri sebelum ia pergi meninggalkan Seva, Jan dan Ferdinan dengan membanting pintu keras-keras.

***

Febri beranjak melangkahkan kakinya menghampiri Kana yang sedang duduk termenung di ayunan.

Mungkin apa yang dikatakan Febri kepada Kana sudah keterlaluan. Ia tidak tau apakah Kana sadar bahwa dia hanyalah seoang alter atau tidak, tapi dengan seenak jidatnya Febri mengatakan hal yang begitu kejam kepada Kana.

Seharusnya Febri memeriksa hal tersebut terlebih dahulu, lalu menjelaskan kepada Kana apa yang sebenarnya terjadi. Namun, Febri pikir di sini yang paling krusial adalah keberadaan Kana yang bisa hilang kapanpun. Febri terlalu cemas sampai-sampai ia tidak sadar telah melukai perasaan orang yang sangat ia cintai itu dan sekarang ia merasa sangat bersalah.

Febri meraih kepala Kana , lalu menyenderkannya di dada. Membiarkan Kana mendengarkan detang jantungnya yang berdegup kencang.

"Aku mencintaimu tante." ucap Febri tiba-tiba. "Maafkan aku, aku sudah keterlaluan. Aku hanya takut kehilangan tante." ucap febri lirih.

Kana mebelalakan matanya, terkejut mendengarkan ungkapan cinta dari Febri. Dulu ia kira anak SMA ini hanya berpura-pura dan mengatakan cinta hanya karena ia tak mau kalah adu argumen dengan Kana. Tapi setelah mendengarkan secara langsunga detak jantung Febri yang tak karuan, kini Kana sadar seberapa serius perasaan Febri terhadapnya.

"Apa aku benar-benar akan menghilang?" Tanya Kana seraya membalas pelukan dari Febri.

Febri berdehem mengiyakan pertanyaan dari Kana. Febri mendorong pundak Kana ke belakang dan menghadapkan pandangannya ke arah Kana hingga kedua manik mereka saling bertemu.

"Tapi tenang saja. Tidak akan ku biarkan hal itu terjadi." ucap Febri penuh keyakinan.