"Maaf membuatmu menunggu Aletha."
"Tidak apa-apa Zeline, aku ingin ke perpustakaan kalian habiskan saja makanan kalian."
"Ok, kami akan menghampirimu nanti." Aku hanya mengangguk.
Aku penasaran dengan sosok misterius di hutan waktu itu. Ia memberiku pengetahuan mengenai artefak. Beberapa hal yang banyak terlewat adalah artefak tingkat rendah yang bisa menjadi artefak dewa. Huh~rasa-rasanya aku ingin kembali lagi kesana. Yah sebagian waktu setelah tragedi itu ku habiskan untuk menjadi hunter petualang. Banyak hal tak terduga yang ku dapatkan. Sekarang aku penasaran dengan apa yang ia katakan pada ku waktu itu. Duri landak dari alam bawah, jaring laba-laba putih, dan gelang sihir kutukan. Jika ketiga benda itu disatukan menggunakan petir akan membentuk senjata yang bisa dikendalikan dengan mana. Akhirnya aku tiba juga di perpustakaan.
"Hey hey...Aletha bawa pemuda ini bersamamu."
"Ok."
"Dasar, semenjak kedatangannya setelah pergi 1 tahun ia berubah drastis, hey anak muda cepat ikuti dia."
"Jadi buku apa yang kau cari?." Tanyaku padanya. Ia masih setia mengikuti langkahku.
"Aku mencari buku tentang artefak." Suaranya berat dan serak. Ia juga memiliki aura yang berwibawa, calon pemimpin mungkin.
"Pas sekali, kau hanya perlu mengikutiku."
Saat ini aku dan pemuda tadi berada dibagian rak yang sama. Aku langsung mengambil buku mengenai artefak tingkat rendah sedangkan dia mengambil buku tentang artefak langka. Aku berjalan menuju meja dan tak disangka ia juga mengikutiku. Ku acuhkan dirinya dan fokus pada buku yang ku baca.
Sial!
Kenapa benda yang ku cari harus berada di hutan para darkelf. Argh...padahal benda itu hanya artefak tingkat rendah tapi kenapa banyak ditemukan di daerah darkelf. Aku langsung menutup bukuku. Menghela napas perlahan sambil menutup mataku.
"Xander." Aku langsung membuka mataku dan langsung menatap pemuda disampingku. Tanpa pikir panjang aku langsung bertanya kembali padanya.
"Maksudmu?." Ia menatap ke arahku.
"Namaku Xander, kau?."
"Aletha." Ia menaikan satu alisnya. Entah apa yang dipikirkan olehnya.
"Kenapa kau tertarik tentang artefak?." Tanyanya.
"Kenapa kau ingin mengetahuinya?." Aku menatap dingin ke arahnya.
Kali ini ia terdiam. Aku tak punya banyak waktu lagi untuk meladeninya karena waktu ujian berikutnya akan dimulai. Aku bergegas meletakan buku ku kembali dan pergi menuju ruang ujian. Ujian kali ini hanya sebatas teori. Meskipun berupa teori tapi hal itu tidak luput dari ramuan yang berguna saat melakukan misi. Akhir-akhir para goblin lebih sering muncul. Hal itu membuat para hunter di luar sana bersemangat untuk berburu. Goblin selalu memiliki artefak yang memikat dan barang berharga lainnya. Tentunya dengan hal itu akan menambah uang para hunter.
Setelah menjalani ujian teori aku langsung pamit kepada Elina dan Zeline. Aku tak bisa berlama-lama disini. Alfred memintaku untuk pulang cepat hari ini. Saat tiba di mansion, para maid menyambutku. Aku hanya tersenyum pada mereka.
"Nona Aletha, tuan memanggilmu."
"Untuk apa ia memanggilku?." Tidak ada jawaban dari Alfred. Jadi ini maksudmu memintaku untuk pulang lebih awal Alfred?. Cih...
Ku langkahkan kaki ku menuju ruang kerja kakaku yang tidak lain adalah Alex Cavan Roberts. Ia memiliki usaha dagang yang cukup lua bahkan dalam dunia bawah ia merupakan seseorang yang ditakuti karena bakatnya. Ya demon yang memiliki 3 elemental sekaligus. Aku hanya mendengar ia adalah sosok yang tak kenal ampun, kejam dan bengis.
"Kau memintaku untuk memutuskan pertunanganmu dengan Eric bukan?."
"Lalu?."
"Aku memberi waktu 3 bulan untukmu, jika memang kau tidak mencintainya aku akan membatalkannya."
"Biar ku beri tau dirimu kak, ah maksudku tuan muda, aku tidak mencintainya lagi!, untuk apa kau memberi waktu 3 bulan heh!?, memintaku untuk kembali padanya?, jangan harapkan itu dariku!."
"Aletha turunkan nada bicaramu!."
"Dulu aku mematuhimu tapi setelah apa yang kau perbuat padaku, aku tidak akan pernah mematuhimu!!."
Boom!!!
Kekuatan yang ia keluarkan membuatku terpental menabrak dinding. Argh! Punggung ku sakit sekali. Tak peduli aku mengeluarkan darah, aku akan membalas serangannya itu!. Aku menyerangnya mengunakan kekuatan petirku. Ku akui tanpa berkutik dari tempatnya ia bisa menetralisir petirku. Bukan Aletha namanya jika aku menyerah. Aku bergerak cepat mengambil sebuah pisau kecil yang dipajang di lemari. Aku mencoba menyayatnya tapi aku terpental ke belakang. Sial. Ia membangun barier.
"Sudah cukup Aletha!!!."
Bug!
Bagaiman bisa ia berada dibelakangku?.
"Nona!!!."