Chereads / Aletha : Revenge / Chapter 7 - Chapter 7

Chapter 7 - Chapter 7

Dua hari sudah berlalu aku masih belum mendapat kabar tentang Aletha. Instingku mengatakan bahwa ia baik-baik saja. Seperti tengah tertidur cukup lama. Instingku masih belum terlalu kuat terhadapnya. Aku tidak bisa merasakan rasa sakit atau perasaan apapun dari mateku. Mungkin ini karena aku tidak bisa mengikatnya seutuhnya.

Elina dan Zeline terus mencari kabar tentang Aletha tapi hasilnya cukup buruk. Mereka tidak diperkenankan untuk mendekati mansion Alex. Sebenarnya apa yang disembunyikan olehnya?

"Xander"

"Apa?"

"Ada berita bahwa pertunangan Aletha dan Eric resmi dibatalkan. Sekarang mereka tidak memiliki ikatan apapun"

Aku tersenyum atas kabar itu. Kio benar-benar bekerja keras. Ia memiliki orang dalam untuk menyelidiki Alex. Namun, aku masih penasaran, banyak hal begitu tertutup apalagi tentang Aletha.

***

"Eric ku dengar kau dan Aletha membatalkan pertunangan, kenapa?"

"Haha...aku juga tidak tau"

Setelah kalimatnya waktu itu, aku benar-benar berpikir bahwa ia akan menikahiku tapi ia malah membatalkan pertunangan. Bukan hanya itu setelah ia kembali setelah satu tahun, aura dan sikapnya berubah drastis. Ia bukan Aletha yang ku kenal. Ia terlihat seperti perempuan yang menakutkan. Aura gelap seperti ada disekitarnya bahkan ia memiliki wibawa seorang ratu. Apakah ia mate seseorang?

Ah untuk apa aku memikirkan hal itu. Justru aku harus bahagia karena Aletha memiliki mate. Ia tidak akan pernah merepotkanku lagi dengan tingkahnya seperti anak kecil yang manja.

***

"Kevin bagaimana keadaannya?"

"Tidak sebaik yang kau pikirkan, aku terus bersamanya untuk mengontrol aliran mana yang terus menerus kehilangan keseimbangannya"

"Yah ku rasa ia terus kehilangan kendali, mereka mulai bergerak. Aku mendapatkan informasi dari tangan kananku"

Duaarrr!!!

"Ada serangan, semuanya bersiap!"

"Sepertinya kita kedatangan tamu Alex"

"Kurasa juga begitu"

Aku melangkah tenang menuju asal suara tersebut. Terlihat para petugas pengamanan di mansionku bergerak mengepung mereka. Aku bisa merasakan aura mencekam disini. Saat ku lihat siapa yang datang, ternyata ia adalah anak panglima, Xander.

"Aku kesini untuk menemui mateku"

Ia berjalan mendekatiku. Semua orang siaga. Aku memerintahkan mereka untuk menurunkan semua senjata dan membubarkan diri. Aku tau jika aku menolak keinginannya maka akan berakibat fatal untuk usahaku. Ia dikenal kejam, tanpa belas kasih dan psikopat dalam perang. Bagaimana bisa Aletha memiliki mate sepertinya?.

Aku memintanya untuk mengikutiku. Sesampainya di depan pintu kamar Aletha ia menunjukan aura gelapnya. Kurasa ia marah karena merasakan seseorang di kamar Aletha. Saat pintu terbuka, ia menatap tak suka pada Kevin. Ya pasalnya Kevin menyetuh kening Aletha untuk menstabilkan aliran mana di tubuhnya.

Ia bergerak cepat menyerang Kevin. Aku dan salah satu tangan kanan Xander. Menahan Xander untuk tidak melakuka  hal bodoh. Apalagi saat pengobatan Aletha.

"Singkirkan tanganmu darinya!"

"Tenangkan dirimu Xander, apa kau tidak melihat Kevin sedang menstabilkan aliran mana matemu"

"Bagaiman kau bisa tau?" Tanya Kevin yang terkejut akan pernyataan dari tangan kanan Xander.

"Ah maaf aku lupa memperkenalkan diri, namaku Kio tangan kanan Xander. Tentu saja aku tau, aku memiliki kemampuan mata khusus yang bisa melihat apa yang orang lain tidak bisa lihat."

Xander mulai tenang. Aku dan Kio melepaskannya. Orang bernama Kio itu memang menakutkan. Kemampuannya sama mengerikannya dengan Xander. Meski Xander lebih kuat dibandingkan dirinya. Dua orang ini membuatku tidak bisa mengambil keputusan dengan gegabah. Memusuhi mereka sama dengan bunuh diri, ditambah Aletha adalah mate Xander. Entah aku harus merasa bersyukur atau tidak yang jelas Xander memang cocok untuk Aletha. Ia memiliki kekuatan yang bisa menahan Aletha. Aku bisa merasakannya saat ia berusaha menyerang Kevin.

Xander berjalan menuju tempat tidur Aletha. Memegang kening Aletha dan meminta Kevin untuk menjauh. Bisa ku lihat kemampuan seorang Xander. Begitu mudah baginya untuk menstabilkan aliran mana Aletha.

Uhuk! Uhuk! Uhuk!

Aletha tiba-tiba saja batuk darah. Aku kaget dan menuju ke arahnya tapi Kevin malah mencekalku. Ku lihat Xander membangunkan Aletha dengan posisi duduk. Menyandarkan kepala Aletha ke dada bidangnya. Aku mengepalkan tinjuku saat melihat apa yang dilakukan Xander. Ia membersihkan bibir Aletha dari darah yang ia keluarkan. Kio yang mendapat tatapan dari Xander langsung merampalkan mantra. Tiba-tiba saja seprai dan pakaian Aletha terganti dengan seprai dan pakaian bersih. Bahkan wajah Aletha terlihat lebih segar karena polesan make up tipis.

Bisa ku lihat Xander tersenyum melihat Aletha yang mulai tenang. Kevin menarikku keluar dari kamar. Kio tangan kanan Xander juga keluar dari kamar. Aku menatap kosong ke arah pintu kamar yang tertutup. Seorang suruhanku datang dan membisikan sesuatu ke telingaku.

"Tuan mereka mulai bergerak"

Deg!

***

Sudahku duga ada sesuatu yang disembunyikan oleh mereka. Saat mereka sudah pergi, aku memilih untuk melihat tekuk Aletha disana ada tanda aneh. Polanya sulit dijelaskan. Aku memegang tanda itu dan tak sengaja membuat Aletha merasakan rasa sakit. Dalam keadaan tertidur ia menggenggam kain bajuku dengan erat. Aku memeluknya dengan menyalurkan kekuatanku. Ia mulai tenang. Ah bisa-bisanya Kio memberi polesan tipis pada wajah Aletha. Ia terlihat begitu cantik dalam pelukanku.

Apa sebaiknya aku harus menandainya?, yah sebaiknya aku harus melakukannya agar aku bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Aletha. Sisi demonku bangkit. Ku alihkan helaian rambut yang ada di lehernya. Perlahan mengeluarkan taringku. Aku mengecup lehernya lalu menancapkan taringku di lehernya. Manis darahnya begitu manis. Aku melepaskan taringku dari leher Aletha. Aku harus sadar jika tidak aku akan membahayakan Aletha. Perlahan bekas taringku dileher Aletha memudar dan membentuk pola bulan sabit.

Setelah itu aku mengigit bibir bawahku hingga darah segar mengalir. Ku cium bibir mungil Aletha dan menyalurkan darahku kepadanya. Manis. Masih setia dengan posisi kami saat ini aku menyandarkan tubuhku di leher tempat tidur dengan Aletha yang masih ku peluk. Aku telah mengikatnya. Sekarang aku bisa tenang.