"Kenapa kau memanggilku mate, kenapa mereka juga selalu menunduk setiap melihatmu?."
"Apa kau tidak mengenaliku?." Didalam gendonganku aku terus tersenyum ke arahnya. Aroma manis vanila terus menusuk ke hidungku dan membuatku candu.
"Bagimana bisa aku mengenalimu bukahkah kita baru tiga kali bertemu?"
Polos sekali. Wajahnya membuatku ingin mencubit kedua pipinya. Meski dia menyadari aku menggendongnya tetap saja ia tidak berpindah. Unik sekali mateku ini. Aku meminta Zeline dan Elina pergi meninggalkanku berdua bersama Aletha.
"Kemana kau akan membawaku?"
"Karena kau tidak mau turun jadi aku membawamu" aku terus tersenyum ke arahnya. Melihatnya selalu membuatku tersenyum bahagia. Ini adalah kebahagiaanku setelah akhirnya menemukan dirinya. Pindah ke akademi Victoria adalah keputusan terbaik.
Swoshh
"Tenang saja aku bisa turun kapan pun aku mau" aku terkejut karena teleportasinya begitu cepat. Aku bisa merasakan ada kekuatan yang luar biasa yang tersegel di dalam dirinya tapi apa itu.
Ia berjalan menjauh dariku aku terus mengikutinya dari belakang. Aura dingin terpancar darinya. Tunggu kebencian sebesar ini kenapa ia bisa memilikinya. Aku terus memperhatikannya, seketika aku berlari mendekat saat melihat ia berjalan tidak seimbang. Ku pegang tangannya. Ia menepis begitu keras dan tidak mau menghadap ke arahku. Ia menggunakan kekuatan teleportasinya lagi. Namun ia tidak mengetahui kekuatanku. Aku bisa dengan mudah menemukannya karena saat aku mulai menyembuhnya, aku memasukan darahku kepadanya. Apa ini karena darahku sehingga ia seperti itu.
Dug...
Ia terduduk di tanah dan terus memegangi tengkuknya. Aku mendekatinya, memegang bahunya. Sekali lagi ia menepis. Dengan paksa aku membuatnya berdiri menghadap kearahku. Aku terkejut melihatnya pucat pasi. Sekilas ku lihat sebuah tanda hitam menjalar ke arah wajahnya. Ia mengeluarkan keringat dingin. Aku meraih pinggangnya saat ia hampir merosot jatuh.
"Aletha kau tidak apa-apa?"
"Sa-sakit"
Ia terlihat begitu menahan rasa sakit. Aku bingung melihat keadaannya. Aku belum pernah melihat ini sebelumnya. Ia menyandarkan kepalanya di dadaku. Aku memeluknya dan mengeluarkan kemampuanku untuk mengurangi rasa sakitnya. Hening. Aku melihat kearahnya. Matanya menatap kosong, tanda yang menjalar di lehernya mulai menyebar. Apa yang terjadi padanya. Apa dia benar-benar setengah demon. Aku tidak pernah melihat ini sebelumnya.
Boom!
Aku mengangkat tubuh Aletha yang masih setia dengan tatapan kosongnya ke atas pohon. Seseorang menyerang kami disini tapi siapa. Saat ku penglihatanku menangkap Kevin. Healer terkuat yang ada di kerajaannya ini. Tapi kenapa ia menyerangku?
"Maafkan aku tuan, tapi bisakah anda menyerahkan Aletha kepadaku?"
"Kenapa kau menginginkannya?"
"Karena aku healer pribadinya, ia dalam kondisi sakit, sebaiknya aku menyembuhkannya secara cepat"
Aku menaruh curiga pada Kevin. Pasalnya healer terkuat ini tidak pernah menerima tawaran sebagai healer kerajaan atau pun orang lain. Ia hanya memilih orang-orang tertentu yang tentu saja menarik perhatian baginya.
"Tidak"
"Tuan akan lebih berbahaya jika kau tidak menyerahkannya kepadaku" Kabut hitam menyelimuti keadaan Aletha. Ia menghilang dari pelukanku.
"Maafkan aku tuan, aku harus mengambil adikku kembali"
"Alex...baiklah, bersiaplah...aku akan datang ke tempatmu, ada hal yang ingin ku bicarakan padamu" setelah mengatakan hal itu mereka menghilang dari hadapanku.
"Tuan terlalu berbahaya berurusan bersama mereka"
"Justru sebaliknya Kio, Aletha adalah mateku dan aku akan terus berurusan dengan mereka, selidiki lebih jauh tentang Aletha, ada banyak hal yang mereka sembunyikan tentangnya"
"Baik tuan"
"Sejak kapan kau memanggilku tuan?"
"Kau terlalu fokus memperhatikan mereka, aku hanya ingin bersikap sebagai bawahan."
"Kurasa kau tidak pernah bersikap seperti itu" aku memandang sinis ke arah Kio. Ia adalah kaki kananku sekaligus sahabat kecilku. Kami tumbuh besar bersama dan di didik dengan pendidikan terbaìk untuk menjadi yang terbaik saat pertempuran.
"Kapan kau akan memberi tau mereka kau sudah memiliki mate?"
"Tidak sekarang, terlalu berbahaya"
Keadaan Aletha membuatku ketakutan seperti terjerat sesuatu. Aku yakin jika dia bukan setengah demon. Lalu siapa dia?
***
"Sebaiknya kau putuskan pertunangan Eric dengan Aletha sekarang juga."
"Kenapa kau berkata seperti itu Alex?"
"Sepertinya Aletha adalah mate Xander. Aku bisa merasakan ada kekuatan Xander yang mengalir di tubuh Aletha" Alex hanya terdiam saat mendengar penjelasanku. Kekuatan Xander bisa meredam dan membangkitkan segel Aletha. Ditambah lagi Xander merupakan matenya. Aku tidak tau apa yang terjadi kepada mereka jika bersama, yang jelas kurasa rencana Alex akan gagal dan berhenti sampai disini saja.
"Baiklah jika itu keinginanmu"
Aku tau kau tidak akan berhenti Alex, tapi jika kau terus menyiksa Aletha seperti ini kau hanya akan terus menyiksa dirimu sendiri. Aku tau kau begitu menyayanginya. Tapi kau terus menyembunyikan perasaan itu. Ini lebih cepat dari dugaanku, sepertinya mereka sudah menyadari keberadaan Aletha. Aku tau dia kuat, tapi keadaannya sekarang benar-benar kacau. Arah mana ditubuh Aletha begitu kacau, jika begini terus ia akan kehilangan kontrol dan terluka lagi.
Sesaat sesampainya di mansion. Alex membaringkan Aletha perlahan seolah ia begitu rapuh di tempat tidur. Tanda dilehernya sudah menjalar hampir ke tangannya. Aku meredamnya dan membuatnya kembali menyusut ke arah asalnya. Aku harus menidurkan Aletha selama tiga hari.
"Alex kau sadar mereka mulai menyadarinya bukan?"
"Ya"
"Biarkan dia bersama dengan matenya, ia akan aman dengan kemampuan Xander"
"Entahlah untuk sekarang aku tidak bisa menyerahkanya."