1 tahun kemudian...
Wooshh...
"Regu C!."
"Kami disini pak, mana Aletha?."
"Aku disini."
"Baguslah."
Ketika bendera hijau dilambaikan, aku, Elina dan Zeline bergerak dengan kecepatan tinggi. Kami melompati pohon-pohon dan menyerang beberapa target yang terbuat dari boneka kayu.
"Aletha awas!."
Mendengar peringatan dari Elina aku langsung melakukan salto ke arah belakang. Ya bola api menyerangku dari arah belakang. Zeline membuat perisai dan perisai itu menjadi pijakanku. Kaki ku tepat berdiri di perisai yang ia buat. Ia merampalkan mantra dan aku terdorong ke atas. Ku aktifkan kemampuan radarku. Tiga boneka kayu di lontarkan ke atas secara bersamaan. Mereka mengeluarkan elemen yang berbeda. Tanah, air dan udara. Aku menghindari serangan dengan berada di bawah mereka. Elina menembakan panah untuk menggugurkan satu boneka. Zeline mengeluarkan elemen tanah untuk meremukan satu boneka. Aku mengeluarkan kekuatan petir untuk menyambarnya.
Setelah menghabisi ketiga boneka kayu itu, kami melesat menuju rintangan yang sudah disiapkan. Berbagai macam jenis jebakan terpasang disana. Namun kami dapat menghindarinya seolah hal itu biasa. Jebakan terakhir dengan anak panah elemental besi. Aku menghindari anak panah itu seakan menari. Elina berlindung dibelakang Zeline yang mengaktifkan kemampuan perisainya. Kami tiba di pos terakhir ujian. Hal ini benar-benar menguras tenaga ditambah lagi aku baru saja tiba setelah istirahat 1 tahun.
"Regu C bisa beristirahat sekarang."
Mereka nampak kelelahan. Elina dan Zeline menatap tajam ke arahku. Mungkin mereka kesal karena aku mendahului mereka. Aku hanya bisa menatap ke arah lain karena tatapan mereka.
"Ayo pergi ke kantin, rasanya tenggorokanku tidak bisa bertahan." Elina langsung menarikku untuk mengikuti langkahnya.
Setibanya di kantin aku mendengar apa yang mereka pikirkan. Lagi. Kekuatan ini menyiksaku. Huh...tunggu apa ini?.
'Selama 3 hari setelah kedatangan Aletha, aku tidak melihat kebersamaan Eric dan Aletha apa mereka putus?.'
'Apa mungkin karena hubungan Eric dan Crystal yang semakin mesra saja?.'
'Entahlah bukankah Aletha tak pernah bersikap acuh pada Eric, apa ia berniat untuk membalas dendam? atau jangan-jangan selama satu tahun itu dia mencoba melupakan Eric?.'
Sudah cukup. Aku langsung mengontrol kekuatanku. Kenapa semenjak kedatanganku ada saja yang mempertanyakan hubunganku dengan Eric?. Bukankah sudah jelas sikapku padanya sekarang menandakan aku berhenti untuk bersamanya. Aku menertawakan perasaan 6 tahun ini yang jelas hanya aku yang berusaha sedangkan dia tidak. Aku juga curiga pertunanganku dengan Eric hanyalah rencana kakaku untuk mengikatku di kota ini. Sebenarnya apa yang ia inginkan dariku?!. Aku akan mengakhiri perasaan 6 tahun yang tak terbalas ini dan jangan harap aku kembali bersikap seperti dulu. Bahkan semenjak tragedi itu aku memilih untuk memperlihatkan jati diriku. Ya bukan lagi Aletha bocah kecil yang ada hanya Aletha sang pembunuh.
"Al kenapa kau berdiri disini ayo, Zeline sudah mengambil makanan untuk kita."
"Oh iya Elin, ayo pergi."
"Kenapa kalian lama sekali?."
"Maaf Zel, Al melamun tadi." Aku memilih untu duduk dan memakan makananku.
"Al aku ingin bertanya, apa hubunganmu dan Eric berakhir?."
"Entahlah..."
"Apa kau tidak marah dengan Crystal?, semakin lama hubungan mereka semakin lengket saja bahkan aku tidak pernah melihat wajah sebahagia itu dari seorang Eric." Elina terus mengoceh dengan makanan dimulutnya.
"Kalo begitu baguslah." Aku menyelesaikan makananku dan menatap santai ke arah Elina.
"Aku tidak mengharapkan itu dari Aletha yang mencintai Eric, benar juga kemana saja kau satu tahun ini?." Sorot mataku berubah menggelap.
"Elina ayo bantu aku mengambil air minum."
"Kenapa harus aku?."
"Ku bilang cepat!."
Kurasa Zeline menyadari perubahanku. Aku benar-benar tidak menyukai pertanyaan itu. Tentang Eric ataupun tentang kejadian satu tahun terakhir. Bahkan aku tidak bisa memegang pedang untuk sementara waktu. Huh....
***
"Elina untuk sementara berhenti bertanya tentang Eric ataupun kejadian 1 tahun yang dihadapi Aletha."
"Apa kau tidak penasaran Zel, semenjak hubungannya retak ia tiba-tiba saja izin satu tahun dari akademi, sikapnya juga berubah. Ia tidak seperti Aletha bocah kecil kita. Ia lebih terlihat dewasa sekarang."
"Iya aku penasaran tapi sebaiknya kita tidak menggali lebih dalam. Aku merasakan aura berbeda dari Aletha. Bahkan saat ujian tadi ia tidak menggunakan pedangnya. Seolah sesuatu yang buruk sedang menimpanya."
"Aku hanya ingin Aletha ku kembali..."
"Sudahlah..." aku hanya mampu mengusap kepalanya saat ia mengharapkan Aletha kembali seperti yang dulu.
Kami memang berbeda ras. Aletha seorang manusia setengah demon. Elina seorang elf dan ia seorang putri dikerajaannya. Aku seorang demon. Persahabatan kami banyak membuat orang iri. Bagaimana tidak, kami tidak memperdulikan ras kami, penampilan kami, kecerdasan ataupun latar belakang. Kami murni bersahabat dari hati. Diantara kami bertiga Alethalah yang lebih cerdas juga kekanakan. Aku dan Elina seperti memiliki adik kecil yang rapuh untuk itulah aku dan Elina menjaganya bahkan sampai terbilang overprotektif.
Mengenai hubungannya dengan Eric kami selalu memantaunya. Kami tak marah jika Aletha selalu menempel pada Eric. Namun semenjak Eric dan Crystal menjadi lebih dekat aku melihat keretakan dalam hubungan itu. Awalnya Aletha menyukai keberadaan Crystal di antara hubungan mereka, tapi suatu ketika Aletha dan Eric bertemu di taman akademi, Aletha pergi meninggalkan Eric dengan wajah yang muram. Entah apa yang mereka bicarakan saat itu. Semenjak itu Aletha berusaha menghindari Eric.
Masih tergambar jelas dibenakku ketika Aletha menerima sebuah surat. Ia nampak senang dengan isi surat itu saking bahagianya ia sampai memeluk kami berdua. Namun kebahagaian yang terpancar pada wajahnya tak terlihat lagi. Selama 3 bulan Aletha pergi tanpa kabar. Aku dan Elina merasa khawatir akan keadaannya. Tepat pada bulan kelima, surat dari mansion Aletha sampai di akademi. Aletha absen untuk 1 tahun dari akademik. Aku dan Elina menatap bingung atas surat itu.
Kehadirannya tiga hari yang lalu membuat kami bahagia. Namun, Aletha hadir dengan sosok yang berbeda ia lebih dingin dan suram. Sorot matanya menjelaskan kekosongan. Saat ia berpapasan dengan Eric dan Crystal tatapannya masih sama, kosong. Mungkin bukan hanya aku yang menyadarinya Eric yang merupakan tunangannya juga merasakan hal yang sama.
Sehari sebelum ujian ia melakukan tes dengan seorang penyihir tingkat tinggi. Tak ada pedang yang menjadi keahliannya saat itu. Sorot mata itu menggelap dan ia memiliki aura pembunuh. Aku benar-benar terkejut akan perubahannya. Kemampuannya bukan lagi setara dengan kami tapi sudah setingkat para petinggi di akademik.
Sorot mata kelam dan kosong itu akan menjadi miliknya, sebuah perkenalan baru atas Aletha Ava Roberts.