Marvel ingin sekali menghajar orang - orang yang berdiri di depannya, semuanya tidak ada yang becus melakukan tugasnya mencari satu wanita saja.
Barang - barang di atas meja sudah berserakan di lantai karena Marvel. Tidak ada yang berani melihat ke arah Marvel saat ini, semuanya tertunduk dan hanya berani melihat ubin.
"Kalian sebenarnya masih ingin bekerja atau tidak? HAH?!" bentak Marvel, suaranya melengking membuat semuanya terkejut dan merasa takut.
"Aku tidak mau tau lagi, cari sampai ketemu atau kepala kalian aku ledakkan dengan pistol ini."
Nyali para pengawalnya ciut, Marvel terkenal bengis dikalangan pengusaha dan juga dunia hitam. Dia tidak akan segan - segan menghabisi siapa saja yang berani menantang dia, apalagi ini adalah seorang wanita yang dicintainya hilang dan tidak meninggalkan jejak sama sekali.
Tok... Tok... Tok...
"Masuk!" teriak Marvel menyuruh orang yang ada di luar masuk.
Pintu terbuka tapi Marvel tidak menghiraukannya, dia tetap melihat ke arah sepuluh pengawal yang tidak becus melakukan tugasnya.
"Ada apa ini?" tanya Markus yang terkejut dengan pemandangan di kantor Marvel.
Lantai yang dipenuhi dengan kertas - kertas dan juga barang - barang dari atas meja Marvel, sepuluh pengawal yang semuanya tertunduk ketakutan.
"Ini, ada sedikit informasi." imbuh Markus sambil menyerahkan map berisi gamba dan informasi tentang Violet.
Marvel menerima berkas dari tangan Markus tanpa melihat ke arahnya, matanya masih setia menatap tajam para pengawalnya yang sama sekali tidak becus melakukan pekerjaannya.
"Disitu ada informasi yang mengatakan kemana Violet setelah dari sini. Aku memaksa petugas bandara untuk membuka rekaman cctv di hari itu, meski awalnya sangat sulit karena itu termasuk dokumen yang tidak boleh disebarluaskan." ucap Markus saat Marvel mulai membuka berkas di tangannya.
Marvel membaca dengan teliti apa yang ada di tangannya ini, senyumnya merekah tiba - tiba. Senyum yang selalu ditakuti oleh lawan mainnya selama ini.
"Akhirnya aku menemukanmu," kata Marvel penuh dengan penekanan, matanya berkilat penuh emosi. Gadis kecilnya yang menghilang sudah kembali dia dapatkan.
"Di sana tertulis Violet membeli tiket ke London bukan kembali ke Seattle." jelas Markus kembali.
Disinilah baru Marvel mengerti, mengapa kedua orang tua Violet bersikukuh tidak mengetahui keberadaan Violet selama satu bulan ini.
"Kamu sudah menyelidiki sampai ke London?" tanya Marvel kembali.
Tidak ada jawaban dari Markus dari pertanyaannya membuat Marvel menoleh ke arah teman dan juga asistennya ini.
Ringisan Markus membuat Marvel menggeram, sudah bisa dipastikan kalau Markus sama sekali tidak mencari Violet di London.
"Jangan marah dulu, aku bisa mengatakan alasannya." terang Markus dengan kedua tangan berada di depan tangannya agar Marvel tidak terburu emosi.
"Apa? Jelaskan apa alasan mu, dan jika alasan itu tidak masuk akal sama sekali aku akan mencincang tubuhmu menjadi potongan - potongan kecil untuk dijadikan santapan buaya." geram Marvel dingin, emosinya kembali meledak setelah meredam beberapa saat yang lalu.
"Aku, aku kehabisan uang dan tidak bisa melakukan penyelidikan di sana." jawab Markus pelan.
Marvel benar - benar ingin mencincang tubuh orang - orang yang berdiri di depannya tanpa terkecuali. Semua orang yang ada tidak bisa melakukan perintahnya dengan becus.
"Kamu ingin dijadikan santapan buaya atau harimau?" tanya Marvel dengan tatapan dingin.
Markus bergidik melihat mata Marvel saat ini, dia tau bagaimana sifat dari bos dan juga temannya ini. Marvel adalah orang yang ambisius dan tidak suka mendengar kata kegagalan. Dan disinilah Markus saat ini, berdiri menantang maut yang bisa datang kapan saja.
"Oke, oke aku akan ke sana sekarang! Jangan jadikan aku makanan buaya - buaya itu kalau kamu tidak ingin mereka semua mati keracunan karena makan daging dari tubuhku." jawab Markus was - was dengan mundur secara perlahan - lahan, dia tidak ingin menjadi santapan buaya dan harimau peliharaan Marvel. Lebih baik Markus mencari Violet daripada mati sia - sia disini.
"Jangan lupa mengirimi aku uang! Kalau kamu mau bertemu dengan Violet!" teriak Markus dari depan pintu yang baru saja dia tutup tanpa mendapat jawaban sedikitpun dari Marvel.
Marvel kembali menatap sepuluh pria berbadan tegap yang ada di depannya, mereka semua kembali menunduk dan tidak ada yang berani melihat ke arah Marvel.
"Sekarang kalian bubar dari sini, aku tidak ingin melihat wajah kalian yang membuat kepalaku terasa ingin pecah. Ingat, ini adalah tugas pertama dan terakhir yang kalian gagal lakukan. Jika nanti ada lagi kegagalan, jangan harap kalian bisa pulang utuh seluruh tubuh." ucap Marvel penuh dengan ancaman.
semua pengawal Marvel mengangguk dan tanpa menjawab apa yang dikatakan oleh Marvel, mereka keluar satu persatu dari ruangan Marvel.
Tidak ada yang berani melawan kata - kata yang keluar dari mulut Marvel jika mereka masih ingin hidup. Kekejaman Marvel sudah tidak diragukan lagi, pria itu tidak pernah memberi ampun kepada siapapun yang berani melawan dia.
"Aku sudah bilang kepada kamu, Queen. Kamu tidak akan pernah bisa pergi dariku, hidupmu hanya tercipta untukku seorang." desis Marvel penuh dengan ancaman.
Matanya berkilat penuh emosi, foto Violet yang sedang duduk di kursi tunggu bandara membuat hatinya memanas. Wanita itu yang sudah berani melawan dia dan meninggalkannya, Marvel tidak pernah suka melihat kegagalannya.
"Jangan pernah berharap kamu bisa melarikan diri kembali setelah aku menemukanmu. Kamu harus tau, tidak ada yang berani meninggalkan aku selama ini. Mereka semua hanya hiburan semata untukku tapi lihat dengan apa yang kamu lakukan?" desis Marvel penuh penekanan, matanya masih tertuju pada perempuan memakai kaos putih dipadukan celana panjang membuat penampilan Violet terlihat modis tapi masih tertutup.
"Kamu tidak bisa menolak takdir yang sudah menentukan kamu harus menjadi istriku, apapun itu harus kamu terima jika kamu menolah aku yang akan membuat kamu menerima semuanya." ucap Marvel penuh dengan ancaman.
Kring... Kring...
Telepon yang ada di atas meja Marvel berdering, tanpa pikir panjang Marvel langsung mengangkat gagang telepon dan meletakkannya di telinga.
"Mr. maaf menggangu, ada seorang wanita yang datang dan memaksa untuk bsrtemu dengan Mr." ucap sekretaris Marvel memberi informasi.
"Siapa?"
"Nona Faby,"
Marvel menggeram, untuk apa lagi wanita ini datang? Jelas- jelas Marvel sudah mengusirnya malam itu.
"Biarkan dia masuk!"
Marvel membanting gagang telepon dengan kesal, wanita yang sudah membuat semuanya hancur kini sedang menantang maut.
"Halo sayang!" sapa Faby dengan nada manja, kakinya berjalan dengan sangat anggun. Orang yang melihat pasti akan tergoda dengan Faby yang terlihat seksi saat wanita itu berjalan.
"Apa kabar kamu Sayang? Sudah sangat lama kita tidak bertemu." rengek Faby di samping Marvel yang tidak menanggapi semua tingkahnya.
"Apa maumu datang ke sini?"