Chereads / Kesempatan kedua / Chapter 9 - HADIAH BESAR

Chapter 9 - HADIAH BESAR

Suara dingin Marvel tidak menghalangi niat Faby untuk merayu pria yang duduk di depannya ini. Faby terus memancing pria di depannya ini agar tergoda dengan rayuannya, Faby membutuhkan pria ini untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dan juga menaikkan pamornya sebagai model.

"Aku merindukan kamu tau! Kamu tidak merindukan aku?" rengek Faby kembali, telinga Marvel terasa berdengung saat mendengar rengekan manja dari wanita yang mulai berani meraba dadanya itu.

Marvel menyandarkan tubuhnya di punggung kursi membuat gerakan Faby semakin leluasa menjelajahi dada bidang Marvel.

"Aku merindukan kamu berada di dalamku, terakhir kali kamu meninggalkan aku yang masih menggantung." keluh Faby dengan memukul dada Marvel manja.

Marvel tersenyum, senyumnya terlihat mengerikan jika ada yang melihatnya. Faby tidak sadar Marvel menyeringai mendengar keluhan darinya, Faby juga tidak tau jika dia sudah membangkitkan macam yang tertidur dan kelaparan.

"Sekarang apa yang kamu inginkan?" tanya Marvel kembali, suaranya bernada datar sama sekali tidak menunjukkan ekspresi apapun sehingga Faby tidak tau Marvel merasa senang atau tidak.

"Aku kan sudah bilang tadi kepada kamu, kalau aku merindukan kamu berada di dalamku. Milikku sudah sangat merindukan milikmu yang selalu membuat aku merasa penuh." bisik Faby tepat di belakang telinga Marvel begitu menggoda, dan dengan sangat berani Faby menjilat telinga Marvel berusaha membuat Marvel terpancing gairahnya.

"Kamu yakin ingin aku berada di dalammu saat ini?"

"Yakin dong! Aku merindukan milikmu yang besar dan kuat itu untuk kembali menghancurkan milikku." jawab Faby dengan sangat menggoda, suaranya sudah terdengar serak karena gairah Faby sudah naik terlebih dulu dibandingkan dengan Marvel.

Marvel kembali menyeringai, merasa Faby tidak sedang beruntung kali ini. Kepala Marvel sudah tersusun deretan rencananya yang akan dia lakukan dengan Faby.

Marvel masih sangat marah dengan wanita yang mencoba merayunya terus - menerus sambil memeluknya dari belakang. Marvel tidak ingin melihat wajah wanita yang sudah membuatnya kehilangan Violet kembali.

"Kamu yakin mau aku di dalammu?" Faby langsung mengangguk cepat. Dengan semangat dia berpindah dan kini wanita binal itu duduk di pangkuan Marvel tanpa merasa berdosa.

"Kamu yakin? Aku tidak mau dihentikan saat sudah memulainya." tanya Marvel sekali lagi untuk memastikan niat Faby.

"Yakin! Aku sangat yakin, dan aku tidak mau kamu berhenti. Aku ingin kamu selalu ada di dalamku, memporak-porandakan milikku." desah Faby menggoda.

Iblis di dalam Marvel mulai bangun dan bersiap untuk memberi pelajaran kepada Faby, wanita pelacur yang tidak punya malu.

"Nita, aku ada urusan. Jangan ada yang menggangguku. Ingat apa yang aku katakan." perintah Marvel kepada Nita, sekretarisnya melalui sambungan telepon.

Faby terlihat tersenyum dengan penuh kemenangan, dia merasa berhasil merayu Marvel. Dia pikir tambang emas sudah ada di depannya, dan kini jatuh ke dalam pelukannya.

KLIK

Faby terkejut saat bunyi "klik" terdengar, dia kebingungan dengan apa yang terjadi disekitarnya secara tiba - tiba.

Tirai yang ada di ruangan Marvel semuanya menutup dengan sendirinya tanpa ada yang menyentuh sama sekali.

"Woah, kantor kamu benar - benar modern ya?"

"Kamu mau melihat yang lebih modern lagi?" tawar Marvel dengan penuh misteri, tapi tidak bagi Faby.

Tawaran dari Marvel terdengar sebagai ajakan Marvel untuk segera bergumul dengannya.

"Boleh,"

Marvel mengangkat tubuh Faby yang ada di atas pangkuannya membuat Faby memekik senang dan berpegangan pada leher Marvel erat.

Faby merasa senang sekali saat melihat Marvel membawanya masuk ke dalam ruangan yang tidak pernah dia lihat sebelumnya selama dia datang ke kantor Marvel. Ini adalah kali pertama bagi Faby melihat ruangan lain yang ada di kantor Marvel.

"Kamu punya kamar juga di kantor ini? Kok aku baru tau?" tanya Faby sambil mengamati seluruh ruangan yang baru saja dia masuki.

Marvel mengabaikan semua pertanyaan Faby dan malah melemparkan Faby di atas ranjang. Faby merasa senang karena sebentar lagi dia akan kembali bergumul dengan Marvel tanpa susah payah dia merayu pria kaya ini.

"Lepaskan semua pakaian kamu!" perintah Marvel dingin. Matanya mengamati cara Faby melepaskan pakaiannya satu persatu dengan gerakan sensual tapi tidak memiliki efek bagi Marvel.

Marvel menatap tajam ke arah Faby yang sekarang sedang duduk dengan kaki yang terbuka, menggodanya. Tangan Faby sudah bermain dengan miliknya sendiri, mencoba untuk terlihat se-seksi mungkin agar Marvel segera mencumbunya dengan keras.

Marvel mulai melepaskan pakaiannya satu persatu, dan saat pakaian terakhirnya terlepas dia mulai menutup mata Faby dengan dasi yang barus saja melingkar di lehernya.

"Jangan pernah meminta untuk berhenti karena aku tidak akan pernah berhenti meski kamu memohon." bisik Marvel penuh penekanan.

Faby mengangguk cepat, menyetujui apa yang diperintahkan Marvel kepadanya tanpa tau apa yang sudah ada di kepala Marvel untuk Faby.

Marvel mendorong tubuh Faby sehingga membuat Faby telentang dan kakinya masih terlihat terbuka memberi Marvel kemudahan untuk segera memasukinya.

Marvel berdecih saat melihat milik Faby sudah sangat basah padahal Marvel sama sekali belum menyentuhnya. Semua sentuhan dilakukan oleh Faby untuk menggodanya tapi malah dia yang terangsang.

Marvel berjalan meninggalkan Faby dengan mata yang masih tertutup, berjalan menuju sisi ranjang yang terselip tali yang disediakan untuk permainan Marvel.

"Shuut, diam." ucap Marvel saat dia mukai mengikat pergelangan tangan Faby dengan simpul - simpul yang sangat Marvel hafal luar dalam.

Marvel mencium bibir Faby dengan sedikit melumatnya sebelum dia kembali berdiri dan memakai celananya kembali.

Marvel membuka pintu yang tersembunyi dari pandangan, lalu keluarlah tiga pria bertubuh kekar dan berjalan ke arah Marvel.

Tanpa mengeluarkan suara, Marvel memberi perintah yang langsung bisa dimengerti oleh ketiga pria itu.

Marvel menyiapkan kamera yang biasa dia gunakan untuk merekam kegiatan bercintanya dengan wanita - wanita jalang yang menjadi korbannya.

Marvel kelainan? Ya! Pria itu mempunyai fantasi sex yang liar, kepuasan dapat dia rasakan saat melihat orang yang dia setubuhi menderita. Itulah yang membuat Marvel tidak berani menyentuh Violet meski mereka sudah lama menjalin hubungan.

Marvel memberi tanda kepada ketiga pria kekar itu dengan gerakan tangannya untuk memulai aksi mereka.

Tanpa di perintah untuk kedua kalinya, ketiga gigolo itu mulai mencumbu Faby. Desahan Faby mulai terdengar membuat Marvel merasa semakin jijik. Marvel sangat tau apa yang ada di dalam otak wanita - wanita seperti Faby, karena Marvel sudah menjelajahi semua jenis wanita dan yang tidak pernah bisa dia tebak adalah Violet, matahari dan ratu di hidupnya.

Marvel tersenyum senang saat mendengar desahan Faby semakin kencang, Marvel memerintahkan salah satu dari gigolo itu untuk membuka tutup mata Faby.

Mata Faby terlihat terkejut dengan apa yang ada di depannya. Tiga pria dengan tubuh besar penuh otot, dan Marvel duduk tidak jauh dari tempatnya saat ini sedang melihat ke arahnya.

"Marvel Sayang? Ada apa ini? Lepaskan aku Marvel!" Protes Faby sambil terus meronta. Marvel hanya diam saja tanpa berniat untuk menuruti apa yang diminta oleh Faby.

"Marvel! Lepaskan aku!"

Cumbuan - cumbuan terus diberikan kepada Faby oleh ketiga gigolo itu sehingga teriakan yang awalnya di dengar telinga Marvel berubah dengan desahan dan rintihan penuh nafsu. Marvel berdecih saat melihat Faby mendesah dengan penuh gairah.

Desahan Faby semakin keras saat salah satu dari ketiganya memasuki Faby cukup dalam, memberikan Faby sedikit kenyamanan sebelum menghajarnya setelah ini. Ikatan di tangan Faby sudah terlepas, membuat Faby merasa bebas. Faby berada di atas dan menggoyangkan pinggulnya dengan penuh semangat.

Faby terhanyut dengan semua yang dia rasakan tanpa tau ada yang bersiap memasukinya dari belakang.

"Aargghh....." desahan Faby bersamaan dengan rintihan kesakitan. Ini kali pertama wanita itu merasakan double penetration seperti ini.

Dua pria itu mengabaikan semua teriakan kesakitan Faby dan malah menyumpal mulut Faby dengan milik salah satu dari mereka yang bebas.

Marvel terlihat sangat puas melihat Faby tersiksa dengan perlakuan tiga gigolo yang selalu setia kepada Marvel. Faby menangis tanpa suara, semua lubang di dalam tubuhnya terasa penuh dan sakit.

Marvel tidak ingin lagi menyaksikan apa yang ada di depan matanya dan memilih untuk keluar dari ruangan yang selalu menjadi ruang eksekusi bagi wanita yang diinginkan Marvel untuk mendapatkan hukuman darinya. Marvel cukup puas melihat wanita yang sudah menjadi penyebab perginya Violet tersiksa.