Chereads / Kesempatan kedua / Chapter 12 - KEJUTAN

Chapter 12 - KEJUTAN

Dua tahun berlalu, Violet terlihat lebih dewasa dan semakin terlihat cantik. Butiknya cukup ramai dan menjadi langganan para bintang hollywood, dia juga semakin sukses setelah kerjasama pertamanya dengan brand yang dimiliki oleh Tommy meledak di pasaran.

Butiknya semakin terkenal hari demi hari dan kemampuannya di bidang desainer cukup bisa di perhitungkan. Campur tangan Tommy pada usahanya semakin membuat namanya melambung tinggi ke angkasa, Laura juga mendapat imbas dari keberhasilan yamg didapatkan oleh Violet. Rumah yang cukup mewah sehingga mereka tidak perlu menyewa sebuah flat kecil lagi dan juga kendaraan yang digunakan untuk mereka menjalani aktivitas.

Violet sejak awal bisa saja membeli semua itu tetapi dia tidak ingin membuat Laura curiga karena sejak awal dia tidak pernah mengatakan asal usulnya, bukan karena takut dimanfaatkan tetapi Violet takut jika Laura merasa minder setelah mengetahui siapa Violet yang sebenarnya.

"Vi, nanti kamu jadi pergi dengan Tommy?" Tanya Laura saat mereka duduk berdua di meja makan menikmati sarapan.

Violet mengangguk dengan mulut penuh dengan roti yang baru saja dia gigit. "Dia ingin jalan - jalan berdua katanya, kemarin dia sempat protes karena aku terlalu sibuk."

"Memang sih, kamu memang tidak pernah tidak sibuk. Kasihan dia, punya kekasih tetapi seperti single saja," Sindir Laura sambil mencebik.

Violet menggeleng sambil tersenyum, sahabatnya ini memang sangat tau apa yang harus dilakukan agar Violet merasa bersalah dengan Tommy.

Violet memutuskan untuk menerima cinta dari Tommy setelah mereka berkenalan sekitar satu tahun yang lalu. Kebaikan Tommy membuat Violet merasa tidak enak untuk menolak ajakan pria itu untuk menjalin hubungan, Violet masih sangat takut menjalin sebuah hubungan dengan seorang pria tapi dia ingin mencobanya dan akhirnya mereka berdua resmi berpacaran.

"Aku harus segera ke butik, nanti ada pelanggan yang ingin bertemu langsung denganku. Sejak kemarin dia sudah membuat janji, kata pegawai yang ada di butik pelanggan ini sangat memaksa untuk bertemu langsung denganku," Pamit Violet setelah dia meminum jus orange yang selalu tersedia saat sarapan.

"Oke, kamu bisa pergi ke butik duluan. Sebentar lagi aku juga akan berangkat," Jawab Laura.

Violet bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan menuju pintu, keluar dengan kunci mobil yang sekarang selalu menemaninya kemanapun dia pergi.

Mobil Porsche 718 warna merah metalic mulai membelah jalanan untuk mengantarkan Violet menuju butiknya, keberhasilan yang diperoleh Violet membuat dia kembali bisa merasakan kehidupan mewah tanpa perlu sembunyi - sembunyi dari Laura.

Satu jam berlalu dan mobil Porsche 718 milik Violet sudah terparkir rapi di depan butik miliknya, Violet keluar dari dalam mobil dan para pegawainya langsung menunduk memberi hormat saat Violet memasuki butik yang sudah mulai ada pengunjung.

"Selamat pagi, Mam!" Sapa para pegawai Violet saat mereka melihat Violet berada di butik.

"Selamat pagi, bagaimana hari kalian?"

"Baik Mam,"

"Bagaimana dengan pelanggan yang ingin bertemu denganku? Apa jadi hari ini?" Tanya Violet dengan melihat jam dipergelangan tangannya.

"Mungkin jadi Mam, kemarin dia memaksa untuk bisa bertemu dengan anda langsung Mam. Kemarin kami meminta dia untuk datang lagi pukul sepuluh," Jelas salah satu pegawai yang bernama Monica.

"Berarti masih ada satu jam lagi karena sekarang masih pukul sembilan, aku mau keruangan ku dulu dan nanti kalau dia sampai kalian panggil aku didalam." Perintah Violet sebelum dia berjalan ke ruangannya.

Memulai pekerjaannya, coretan-coretan mulai terlihat di atas kertas putih yang barus saja Violet ambil, pekerjaannya setiap hari hanya menggambar tapi gambaran yang dihasilkan oleh jari - jari cantiknya sangat luar biasa indah.

Violet mulai terhanyut pada desain yang sedang dia buat, sampai hampir satu jam dia betah duduk di atas kursi kerjanya tanpa berpindah posisi sama sekali.

"Sepertinya pelanggan itu akan sampai, aku lebih baik menunggu di luar saja, ah. Pekerjaan juga sudah selesai," Gumam Violet sambil merapikan mejanya yang sangat berantakan.

Pintu butik berdenting bertepatan dengan Violet yang baru saja sampai di tokonya, seseorang wanita seumuran dengan mamanya berjalan menghampiri Violet.

"Ma'af, bisakah saya bertemu dengan pemilik butik ini?" Tanya wanita itu saat sudah berada di dekat Violet.

"Ya, ada yang bisa saya bantu, Mam? Kebetulan pemilik butik ini adalah saya sendiri." Jawab Violet ramah.

"O, kebetulan sekali, saya ingin membuat gaun untuk sebuah pesta pertunangan. Bisakah saya memesan disini?" Tanya pelanggan itu kembali.

Violet tersenyum lalu mengangguk. "Ya... ya saya bisa. Kapan gaunnya akan dipakai, Mam?"

"Bulan depan. Karena ini untuk acara pertunangan putri saya dengan seorang billioner muda, saya menginginkan gaun yang paling bagus dan paling mahal," Ucap perempuan tua itu sombong.

"Baiklah Mam, kapan putri anda bisa kemari untuk bisa saya ukur ukuran gaunnya?" Tanya Violet santun, Violet benar - benar menahan emosinya karena sekarang yang dia hadapi adalah tipe - tipe manusia yang tidak pernah hidup susah. Sombong sekali.

"Sebentar lagi dia akan sampai, tadi katanya menjemput calon tunangannya dulu dan langsung menuju kemari."

Triiingg...

Pintu terbuka, mata Violet menangkap seorang wanita muda yang cukup cantik dan juga seksi, pakaiannya sangat terbuka membuat Violet yang seorang wanita saja merasa sangat malu dengan apa yang dia kenakan.

Dada Violet berdetak sangat cepat saat matanya menangkap siluet dari tubuh seseorang yang sangat dia hafal luar dan dalam sambil menutup mata meski sudah dua tahun berlalu. Violet membeku, seluruh tubuhnya terasa tidak bisa digerakkan sama sekali saat matanya bertatapan langsung dengan mata orang itu.

Violet benar - benar tidak percaya jika dia bisa bertemu dengan Marvel, pria yang sudah mati - matian Violet singkirkan dari kepalanya.

"Nona, ini anak saya dan anda bisa langsung mengukur ukuran tubuhnya yang seksi ini. Biarkan saja dia memilih gaun yang seperti apa, yang termahal juga bukan menjadi masalah, bukan begitu Marvel?" Kata wanita itu dengan sombong dengan menoleh ke arah pria yang sejak tadi membuat Violet membeku.

Violet mengalihkan pandangannya kembali kepada wanita cantik yang sedang memilah gaun - gaun yang sudah tertata rapi di pajangan, berusaha sebisa mungkin untuk menetralisir keadaan dan juga jantungnya yang tidak mau berdetak seperti biasanya.

"Saat nya untuk bekerja, Vio! Lupakan semuanya, anggap kalau tidak ada! Fighting! Jia you! Semangat!" Batin Violet berteriak memberinya semangat.

"Baiklah, sekarang kita mulai mengukur ukuran tubuh anda dulu Nona, setelah itu anda bisa mengatakan model seperti apa yang anda inginkan untuk anda pakai saat pesta pertunangan," Ucap Violet sambil mengambil alat untuk mengukur tubuh pelanggannya ini. "Boleh tau namanya siapa biar kita bisa lebih akrab lagi? Saya Claudia.

Marvel langsung menoleh saat mendengar siapa nama dari wanita yang sedang memegang pita ukur itu, matanya melotot seakan dia tidak terima mendengar nama Violet diganti dengan nama Calidia.

"Oh iya dan saya Rosi, dan panggil Rosi saja tanpa nona. Anda penduduk asli disini?" Balas Rosi sambil kembali bertanya dentah mengulurkan telapak tangannya untuk berkenalan dengan Violet.

"Memangnya kenapa? Saya sejak kecil tinggal disini," Jawab Violet berbohong. Dia harus bisa menyamar menjadi penduduk asli agar Marvel tidak mengetahui jika yang ada di depannya ini adalah dirinya sendiri.

"Bahasa anda sangat berbeda dengan penduduk lokal, makanya saya bertanya."

"Sial! Aku lupa kalau aksen bicaraku berbeda dengan penduduk asli sini," Batin Violet mengumpat.

"Mungkin itu hanya perasaan anda saja, saya rasa aksen kita sama ."