Rasa gugup yang Violet alami masih bertahan, tatapan Marvel yang sejak tadi menatap tajam ke arahnya seolah - olah menguliti dirinya.
Violet merasa tidak bebas melakukan semuanya karena mata Marvel yang tidak berhenti menatap tajam membuat jantungnya kembali berdegub dengan cepat dan tidak beraturan.
"Kamu tau siapa pria yang sejak tadi melihat ke arah kita?" Violet menggeleng pura - pura tidak tau. "Dia adalah calon tunangan ku, beruntung sekali aku saat dia menerima permintaanku untuk bisa menjadi kekasihnya dan kami hanya satu bulan berpacaran saat dia memutuskan untuk memintaku untuk ke jenjang yang lebih serius,, kamu tau seberapa besar bahagianya aku?"
Violet menggeleng, dia sangat tidak ingin mendengar apa yang sedang diceritakan oleh wanita yang sedang dia layani itu. Violet hanya ingin segera menyelesaikan semua ini dan wanita di depannya ini membawa pria yang sedang duduk di sofa itu dengan segera.
Rasa benci Violet semakin besar kepada Marvel, tidak disangka hanya dalam waktu satu bulan dia bisa bertunangan dengan pacar barunya. Bukan tidak terima Marvel bertunangan, hanya saja rasa sakit itu masih sangat membekas di relung hatinya.
Violet mencoba untuk terus tersenyum dan memperlihatkan kepada pria yang duduk itu bahwa dia tidak apa-apa, dia yakin kalau dia bisa menghadapi semuanya meski sangat berat. Yang lebih berat dari ini saja sudah pernah Violet rasakan sebelumnya,
Setelah beberapa lama, tugas Vio akhir nya selesai. Dengan sesak yang dia rasakan, Vio tetap berusaha dan mencoba seprofesional mungkin agar pelanggan nya itu puas dengan hasil kerja nya.
Ting...
Pintu butik terbuka dan muncullah Laura dengan senyumnya yang selalu membuat Violet merasa tenang karena ada yang melindunginya.
"Hai, sudah datang?" Sapa Violet saat melihat Laura semakin mendekat ke arahnya.
"Iya, tapi aku harus pergi lagi. Ada sesuatu yang harua aku urus dengan perusahaan pakaian dalam yang kemarin menghubungi pihak kita. Kamu jadi pergi dengan Tommy nanti?" Tanya Laura dan pertanyaan dari bibir Laura membuat Marvel menatap tajam ke arah wanita yang tidak jauh dari tempatnya saat ini.
"Sepertinya jadi, dia tadi sudah menghubungi aku. Ada apa?"
"Kalau kamu pergi, mobil kamu kan tidak dipakai? Aku pinjam ya, mobilku tadi sedikit rewel dan sekarang sudah dibawa mobil derek ke bengkel," Ijin Laura sambil meringis.
"Bawa saja, kunci mobil ada di atas meja kantorku. Kamu ambil saja dulu karena aku harus menyelesaikan ini terlebih dahulu," Jawab Violet sambil menunjuk Rosi.
Laura tidak menjawab tetapi dia mengangkat jari tangannya dan membentuk tanda oke sebelum dia berjalan menuju ruangan Violet.
Mata Marvel sejak tadi menatap Vio tanpa berkedip sedikit pun setelah mendengar percakapan Violet dengan Laura. Marvel sama sekali tidak perduli dengan calon tunangan nya yang sejak tadi berceloteh tentang konsep pertunangan yang dia inginkan dengan Violet.
Banyak sekali pertanyaan yang sudah ada di dalam kepalanya, apalagi menyangkut pria yang bernama Tommy yang baru saja keluar dari bibir Laura.
Violet merasa canggung saat merasa seseorang sedang mengamati dirinya dengan tatapan yang sangat tajam, Rosi yang terus berceloteh tentang konsep pertunangan super mewah dambaannya tidak bisa membuat Violet merasa aman. Seseorang seakan ingin membunuhnya saat ini dan seandainya Violet bisa, dia ingin secepatnya dia melarikan diri dari sini tetapi sayangnya dia tidak bisa, keprofesional yang selalu dia junjung bisa langsung jatuh jika itu dia lakukan.
Ting!
Violet kembali menoleh ke arah pintu, Tommy melangkah masuk dan langsung mendekati Violet.
"Hai Honey!" Sapa Tommy saat dia sudah ada di dekat Violet sambil mengecup kepala Violet lembut.
"Lho, sudah datang? Aku kira nanti?" Tanya Violet kebingungan. Janji mereka adalah pukul tujuh malam dan ini masih siang, dan Tommy sudah berada di butiknya.
"Ada yang ingin aku katakan, bisa kita bicara sebentar?" Tanya Tommy sambil menggoda Violet.
"Bisa, tunggu saja di kantorku. Sepertinya tadi ada Laura di dalam kantorku, kamu bisa menemani dia sebentar?"
"Baiklah, aku akan menunggu kamu di dalam," Jawab Tommy lalu dia berlalu menuju ruangan Violet
Violet pergi dari hadapan Marvel dan juga Rosi setelah dia selesai dengan semua tugasnya, melihat itu Marvel semakin meradang karena Violet sudah berani mengabaikan dirinya yang sejak tadi ada di sana.
Tidak lama kemudian Marvel melihat pria yang mencium kening Violet tadi pergi dengan wanita yang mengaku sahabat dari Violet.
Marvel tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, dia langsung berjalan ke arah dimana kedua manusia tadi keluar dan mengabaikan Rosi yang masih sibuk dengan gaun - gaun cantik yang membuatnya resah.
Marvel membuka sebuah pintu lalu dia masuk dengan Cepat dan menguncinya.
Violet membalikkan badannya dengan cepat saat mendengar bunyi "klik" tanda pintu ruangannya terkunci.
Matanya terbelalak, terkejut. Di sana, di depan pintu sudah berdiri pria yang dihindarinya sejak tadi. Marvel sudah ada di dalam ruangannya dengan wajah yang cukup membuat Violet keder.
"Ma'af, ada yang bisa saya bantu tuan?" tanya Vio dengan suara datar berusaha menutupi degup jantungnya yang berdegup kencang.
marvel mengabaikan pertanyaan dari Violet dan tetap berjalan ke arahnya seperti seekor harimau yang sedang mencari mangsa. Tatapan tajamnya membuat Marvel tampak menyedihkan dan juga berbahaya.
"Queen, i miss you." Ucap Marvel lalu dengan kasar dia meraih tengkuk Violet untuk mendapatkan ciuman dari orang yang sangat dia rindukan.
Violet memukul berkali - kali dada Marvel tapi kekuatan Marvel membuatnya tidak berkutik. Violet pasrah saat Marvel berusaha menerobos bibirnya dan berusaha untuk mengeksplore seluruh isi mulut Violet.
Violet mengunci bibinya agar Marvel tidak bisa masuk ke dalam tetapi Marvel memiliki caranya sendiri, dia meremas dada Violet dengan keras agar bisa memasukkan lidahnya masuk ke dalam mulut Violet, dan Violet langsung membuka bibirnya saat Marvel meremas dadanya.
Ciuman Marvel terlepas lalu dia mendekap Violet erat, nafasnya terasa sesak. Air matanya sudah hampir meledak. Vio kembali meronta, menendang dan berusaha memukul dada Marvel, dia melakukan apapun agar terlepas dari dekapan Marvel, tapi usahanya sia-sia.
Marvel melepas pelukannya dan mencengkeram rahang Vio agar Vio menatapnya dan Marvel menempelkan bibirnya kembali. Ciuman kali ini lebih kasar, Marvel menarik rambut Vio dan memperdalam ciumannya, tidak membiarkan sedikitpun Violet terlepas.
Vio mulai merasa tubuhnya lemas, nafasnya mulai terasa habis, gairahnya mulai bangkit kembali. Ciuman Marvel yang selalu menuntut tidak bisa dia abaikan dan ciuman itu yang selalu membuatnya lepas kendali.
Marvel menyeringai saat melihat Violet membalas ciumannya, bahkan Violet terlihat pasrah dengan semua yang dilakukan Marvel kepadanya saat ini. Violet terhanyut dan Marvel menggunakan kesempatan itu untuk terus mengeksplore mulut Violet dan membuat gairahnya meningkat.
"Eeehhhggg...."