Kembali ke dunia Tyrania.
Setelah Zeke mendengar cerita dari Barga, Zeke membulatkan tekad untuk menyelamatkan sang Ratu.
"Barga terimakasih, aku akan segera mendaki ke lantai berikutnya". Zeke bangkit dari tempat duduknya dan berpamitan kepada Barga.
"Apa kau tahu caranya mendaki menara ini?" Tanya Barga menahan Zeke pergi.
"Pasti ada suatu tangga atau gerbang untuk menuju lantai berikutnya bukan?". Jawab Zeke dengan entengnya.
"Iya memang semudah itu kalau dipikir-pikir, bukankah aku sudah mengatakan kalau di setiap lantai dikuasai oleh 1 raja?". Ulang perkataan Barga untuk mengingatkan Zeke.
"Karena di lantai 1 sampai 10 masih dipengang oleh sang Ratu, jika aku berkata akan menyelamatkan sang Ratu pasti diijinkan bukan?". Zeke dengan percaya dirinya menjawab semua pertanyaan Barga.
Dengan jawaban Zeke, Barga hanya dapat menghela nafas panjang lalu mengajak Zeke ke sebuah tempat di desa Bulgoa. Zeke yang tak begitu paham hanya pasrah mengikuti Barga dari belakang. Zeke dan Barga telah tiba di sebuah kuil yang terletak cukup dekat dari desa Bulgoa.
"Tempat apa ini?". Baru beberapa langkah, Zeke bertanya banyak kepada Barga.
"Ini adalah kuil pertukaran".
Zeke menunjukan wajah yang tak cukup puas dengan jawaban dari Barga.
"Aku tahu kalau kau berasal dari dunia luar bukan? Terlebih lagi kau adalah Zeke bocah yang ditakdirkan. Tentunya kau mempunyai kekuatan yang luar biasa. Walaupun kekuatanmu dapat menghancurkan menara ini sekaligus itu tak ada gunanya untuk melawan iblis Lucifer". Jelas Barga sembari berjalan mengarah ke sebuah altar.
"Maksudmu aku tak dapat menggunakan kekuatanku di menara ini?" Perjelas Zeke mencoba memahami apa yang Barga katakan.
"Lebih tepatnya kehilangan kekuatanmu , karena untuk menaiki lantai berikutnya kau harus mengorbankan kekuatanmu di kuil ini dan menukarkannya dengan kunci menuju lantai berikutnya".
Zeke berpikir sejenak, memikirkan sebuah keputusan untuk mengorbankan salah satu kekuatan Art miliknya.
"1 lantai 1 kekuatan akan dikorbankan? Kau sadar bukan kalau menara ini ada 20 lantai? Lalu bagaimana aku dapat menyelamatkan sang Ratu?". Kesal Zeke mejawab.
"Pelajari kekuatan dari dunia ini".
Zeke memahami dengan cepat situasi sekarang, demi untuk menyelamatkan sang Ratu Zeke akan melakukan apapun.
Zeka dan Barga pergi meninggalkan kuil tersebut, sebelum Zeke menyerahkan salah satu kekuatannya Zeke meminta belajar dari Barga tentang kekuatan baru dari dunia Tyrania.
"Gaaaaaahh!!!". Dari sekitar badan Barga keluarlah aura berwarna kecoklatan. Zeke merasakan kekuatan Barga meningkat pesat.
"Barga kekuatan apa yang sedang kau gunakan?" Tanya Zeke penasaran.
"Ini adalah kekuatan alam, dengan kita berfokus pada energi dalam tubuh lalu menarik kekuatan dari luar tubuh dan mencampurnya maka akan meningkatkan fisik kita".
Tanpa basa-basi, Barga langsung melesat dan menyerang Zeke. Karena terkejut, reflek Zeke menahan dengan kekuatan fisiknya.
DUGH!DUGH!. Suara adu pukul yang terdengar keras. Bahkan dengan kekuatan fisik Zeke, ia masih kewalahan. Tetapi dengan kecerdasan Zeke ia berusaha mengingat perkataan Barga tentang energi dalam tubuh yang dicampurkan dengan energi alam.
"Bahkan saat sedang bertarung bocah itu mencobanya tanpa ragu sedikitpun". Barga yang menyadari potensi Zeke hanya bisa tersenyum senang. Bertarungan Zeke melawan Barga berlanjut hingga sore hari. Walaupun Zeke kalah melawan fisik Barga, Zeke telah menguasai energi alam dalam satu hari.
"Gaah ... gaahh ... ahh" Zeke terkapar di padang rumput, karena belum begitu menguasai energi alam Zeke sangat kelelahan. Di bawah rembulan yang terang Barga dan Zeke sejenak beristirahat untuk mengumpulkan tenaga.
"Baiklah latihannya kita akhiri sampai disini, setelah beristirahat kita kembali ke desa. Malam ini menginaplah dirumahku". Barga bergegas meninggalkan Zeke yang tengah beristirahat.
Sesampainya dirumah Barga, di meja makan telah dipenuhi berbagai masakan dengan aroma sedap. Terlihat seorang anak kecil dengan wajah penuh kerutan yang tak lain Qlot duduk di salah satu kursi dekat meja makan.
"Kau sudah kembali?". Tanya Qlot dengan nada penasaran.
"Berlatih dengan Barga, dimana dia?". Berbarengan dengan Zeke yang duduk di kursi makan, Barga dan keluarganya kelur dari balik pintu dapur. Mereka semua makan bersama, suasana hangat di malam hari. Setelah usai makan, kedua anak-anak Barga bermain bersama Zeke dan Qlot bercanda tawa hingga larut.
"Baiklah anak-anak waktunya tidur". Barga menggendong kedua anaknya itu, walaupun kedua anak itu memperihatkan wajah yang tak mengantuk sedikitpun.
"Heee ... aku belum mengantuk ayah". Jawab keduanya serentak.
"Zeke dan Qlot juga akan istirahat". Barga mencoba membujuk kedua anaknya yang enggan tidur.
Zeke dan Qlot dipersilahkan istirahat dirumah Barga, istri Barga telah menyediakan kasur dan perlengkapan lainnya. Zeke yang penuh dengan keringat sehabis latihan memutuskan untuk mandi.
"Barga aku mandi dulu yah". Zeke berjalan menuju kamar mandi dekat ruangan dapur.
"Baiklah setelah itu bergegaslah tidur". Jawab Barga dari balik ruangan kamar keluarganya.
Malam berlalu dengan damai, Zeke dan Qlot tidur dengan nyenyak. Kebaikan dari Barga akan diingat selalu oleh Zeke dan Qlot.
Keeosak harinya Zeke dan Barga berlatih kembali, Qlot malah beralih profesi yang dulunya penambang menjadi pedagang.
"Zeke, Barga aku akan membantu istrimu berjualan !". Jawab Qlot sembari berjalan membawa persiapan dagang.
"Oh! Tolong ya Qlot!" Balas Barga berjalan berlawanan arah untuk pergi berlatih dengan Zeke.
Setelah tiba di sebuah padang rumput tempat mereka latihan kemarin, Zeke tanpa ragu menggunakan kekuatan alam.
Karena artibut dasar milik Zeke adalah kegelapan, aura mengerikan keluar dari tubuhnya. Barga yang menyadari hal itu merasa cukup khawatir dengan Zeke.
("Memang energi yang ada di dalam tubuh dapat bersatu dengan energi alam, akan tetapi untuk kasus Zeke energi ditubuhnya tak bersatu dengan energi alam melainkan melahapnya dengan cepat"). Pikir Barga dengan perasaan khawatir. Melihat Barga yang belum melakukan persiapan Zeke mengusili dengan menyerangnya.
"Jangan melamin Barga!" Teriak Zeke melesat dengan cepat menyerang Barga.
BLEDUM!! Barga beruntung dapat menghindari serangan Zeke yang meleset. Bukan hanya Barga yang terkejut, Zeke yang telah melakukannyapun terkejut dengan kekuatan energi miliknya.
"Ehh!!" Teriak Zeke dan Barga berbarengan.
"Oi kenapa kau ikut terkejut Zeke!" Tanya Barga dengan nada keras kesal dengan keusilan Zeke.
"Aku hanya menyerap sedikit energi alam, tapi malah jadi seperti ini". Jawab Zeke dengan wajah terkejut juga.
Dugaan Barga tepat, energi dalam tubuh Zeke melahap energi alam dan menjadikan bahan bakr untuk kekuatan yang besar. Barga yang khawatir dengan kekuatan Zeke memutuskan untuk menghentikan latihannya.
"Zeke kau telah lulus, cobalah fokus kepada energi alam dan kendalikanlah". Ucap Barga melipat kedua lengannya di depan dada.
"Baiklah". Angguk Zeke menuruti perkataan Barga.
Perkembangan Zeke begitu pesat, hanya dalam 1 jam Zeke mampu menguasai energi alam dengan mudahnya bahkan lebih kuat dari pada milik Barga.
"Zeke memang hebat, tetapi aku merasa kecewa pada diriku sendiri". Murung Barga dengan menghela nafas panjang. Dari kejauhan terlihat Qlot berjalan kearah mereka, dengan membawa sesuatu di tangan kanannya.
"Zeke !! Barga !!! Aku membawa makanan". Teriak Qlot dari kejauhan.
Mereka bertiga menyantap makanan yang dibawa oleh Qlot. Masakan dari istri Barga memang yang terbaik, dengan lahapnya mereka bertiga menyantap tanpa jeda. Setelah beristirahat Zeke memutuskan untuk kembali berlatih. Qlot yang melihat tatapan sedih dari Barga mencoba menghiburnya.
"Aku tahu apa yang kau rasakan, pasti sedih melihat kita akan pergi". Dengan percaya diri Qlot menatap kasihan Barga sambil mengelus-elus punggung Barga yang sedang terduduk.
"Bukan itu bodoh, kekuatanku dipelajari hanya dalam 1 hari, malahan kekuatannya lebih hebat dari pada punyaku". Jawab Barga dengan nada penuh kesedihan.
"Ahaha kalau begitu akan kuusili Zeke". Qlot berjalan mengarah ke Zeke.
"Yo Zeke! Latihanmu sudah cukup dan kali ini pelajari kekuatanku oke?". Zeke yang tak puas dengan kekuatannya yang sekarang menyetujui ide Qlot. Dengan tatapan fokus, Zeke memperhatikan dengan seksama setiap gerakan Qlot.
"Uuuaaaaaa!!" Teriakan Qlot dibarengi dengan bebatuan berterbangan dan berkumpul menjadi satu. Bola batu yang terkumpul di atas tangan Qlot tak begitu besar.
"Apa yang kau lakukan dengan bola bath kecil itu". Dengan tatapan datar Zeke meremehkn kekuatan Qlot. Akan tetapi dengan senyuman percaya diri, Qlot melempar bola batu itu dan-
BLEDARR!!! Terdengar suara seperti ledakan meriam dari bola batu itu. Zeke dan Barga hanya bisa menganga melihat kenyataan itu. Dari situlah Zeke memutuskan untuk belajar kekuatan baru dari beda ras lagi.
"Ajari aku itu Qlot!" Antusias Zeke memohon kepada Qlot.
"Baiklah jika kau memaksa, caranya hampir sama dengan menggunakan energi alam anggap saja tingkatan atas penyelarasan energi alam. Setelah kau menyerap energi alam dan dapat menggendalikannya gunakan energi alam untuk mengendalikan bebatuan lalu fokuskan pada satu titik dan BUMM!! Lemparkan, mudah bukan". Qlot dengan angkuhnya menjelaskan hal yang tak begitu dipahami Zeke dan Barga.
"Aku tak begitu mengerti apa yang kau bicarakan, tapi aku akan mencobanya". Jawab Zeke dengan bersemangatnya.
Qlot kembali duduk di sebelah Barga, dan memperlihatkan senyuman angkuh kepada Barga. Memperlihatkan bahwa kekuatan Qlot lebih susah untuk dipelajari dibandingkan kekuatan Barga.
"Seperti ini Qlot". Di atas telapak tangan Zeke bukan bola batu yang terbentuk akan tetapi, sebuah meteor dengan ukuran sangat besar dibalut aura gelap. Qlot yang melihatnya hanya bisa tertawa dengan air mata mengalir deras.
"Hahaha sekarang kita sahabat ! Barga!!" Qlot memeluk Barga dengan wajah penuh air mata. Bukan tertawa senang melainkan tertawa gila saking frustasinya. Dengan ukura meteor milik Zeke pasti dapat memusnahkan sebuah kota, karena Zeke tahu akan hal itu ia memutuskan menghilangkan meteornya dengan Art of Darkness : Black hole.
"Wah jadi itu kekuatanmu Zeke?" Tanya Barga karena terkejut melihat kekuatan lain milik Zeke.
"Begitulah".
Melihat perkembangan Zeke yang sangat pesat, Barga memutuskan untuk membawa Zeke ke lantai berikutnya.
"Baiklah Zeke sudah saatnya pergi ke lantai berikutnya". Barga berdiri dan berjalan mengajak Zeke ke kuil pertukaran. Qlot dan Zeke berjalan mengikuti Barga dari belakang. Sesampainya di kuil, Zeke mendekati altar di kuil itu dengan penuh keraguan.
"Barga, apakah hanya dengan menukarkan kekuatanku aku bisa pergi ke lantai berikutnya". Tanya Zeke untuk memastikan ucapan Barga.
"Iya hanya seperti itu Zeke, dan setelah itu kau akan pergi ke lantai berikutnya". Jawab Barga meyakinkan Zeke. Setelah cukup percaya dengan ucapan Barga, Zeke berdiri di sebuah altar lalu cahaya muncul dari bawah kaki Zeke. Di atas kepala Zeke terdapat sebuah pertanyaan yang bertuliskan"kekuatan apa yang akan kau tukarkan untuk mendapat sebuah kejayaan". Tanpa ragu Zeke mengucapkan kekuatan miliknya.
"Art of Darkness : Void" seketika kekuatan Zeke terserap ke altar itu, terlihat seperti nyawa Zeke tertarik keluar lalu kembali. Upacara pertukaran kunci telah selesai, Zeke memegang kunci di tangannya.
"Barga bukankah setiap lantai dipegang oleh satu raja? Apakah aku harus melawannya untuk pergi ke lantai berikutnya?" Zeke menatap tajam kearah Barga.
"Ahahaha aku sudah mengatakan di awal bukan? Kalau kau beruntung datang di lantai awal". Tingkah laku Barga mulai mencurigakan.
"Sang penguasa lantai satu, ras Orc terkuat Barga". Barga menatap tajam kearah Zeke juga.
Suasana di kuil berubah menjadi menegangkan, kenyataan bahwa Barga adalah raja dari lantai satu dan berpura-pura menjadi teman Zeke membuat suasana canggung seketika.
"Kalau begitu maju kau, ras Orc Barga!". Teriakan Zeke mengawali perlawanan melawan Barga. Akan tetapi, Barga hanya terdiam tak menunjukan perlawanan apapun.
"Aku tahu kau berbakat dalam pertarungan, tetapi kau bodoh juga dalam suatu kondisi yah". Ucap Barga dengan santainya.
"Apa maksudmu Barga?" Tanya Zeke karena tak memahami situasi mendadak ini.
"Kau ini sudah menguasai kekuatan dua ras, bahkan lebih kuat dari pada pengguna sebelumnya kau pikir aku berani melawanmu hah! Lagian aku tak mau mati konyol dan membuat istriku menjadi janda dan menjadi incaran orc lainnya dan membuat kedua anakku menjadi sad boy and sad girl dan-". Zeke menatap datar dan mengabaikan ocehan Barga.
"Ayo Qlot kita pergi". Zeke menggoreskan kunci yang ia dapatkan tadi ke udara, lalu terbukalah sebuah gerbang berwarna emas.
"Ayo Zeke, kita tinggalkan raja bodoh itu". Qlot yang setuju dengan pendapat Zeke berjalan menuju gerbang itu.
"Hei hei tunggu dulu". Barga mencoba menahan Zeke dan Qlot yang akan pergi.
Melihat wajah Barga yang memelas membuat Zeke dan Qlot sedikit iba terhadap raja yang tak ia duga sebelumnya.
"Maaf aku tak bisa menemanimu, dan terimakasih telah berkunjung ke lantai pertama ini semoga perjalananmu menyelamatkan sang Ratu berjalan dengan lancar nak Zeke". Barga hanya bisa mengucapkan sepatah kata yang ia bendung dalam hatinya, Orc yang terkenal dengan keganasannya telah memperlihatkan sisi yang tidak ingin ia perlihatkan. Akhir Zeke berjalan memasuki gerbang itu. Berjalan singkat di lantai pertama berakhir dengan lancar tanpa ada pertumpahan darah dari pihak manapun.
Zeke dan Qlot tiba di sebuah reruntuhan yang cukup besar. Suara derasnya air hujan terdengar di sepanjang lorong reruntuhan itu. Patung-patung yang hancur lumut dimana-mana dan tak banyak juga bagian reruntuhan bekas kastil yang masih utuh. Zeke dan Qlot mencoba mencari jalan keluar dari reruntuhan itu, menjelajahi reruntuhan yang gelap dan lembab ditambah suara derasnya hujan di luar membuat suasana semakin mencekam. Qlot dengan keahliannya membuat obor dari batu arang yang ia bawa dari desa Bulgoa. Cahaya obor hanya mencakup sekeliling Zeke dan Qlot, sudut pandang yang tak begitu luas malah semakin membuat suasana semakin mencekam. Bukan hanya itu saja, suasana dingin membuat pergerakan Zeke dan Qlot melambat.
"Zeke sebaiknya kita istirahat sejenak bukan?". Keluh Qlot yang mulai kelelahan. Zeke yang memahami situasi saat itu, mengindahkan ucapan Qlot.
"Baiklah, lagi pula kita sudah berjalan cukup lama".
Zeke dan Qlot beristirahat di sebuah ruangan yang cukup bersih dan tak begitu berdebu. Qlot menggerogohi ransel yang ia bawa dan mengeluarkan beberapa roti gandum dan air putih. Zeke dan Qlot menyantap bekal mereka dengan lahap. Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara langkah kaki yang sedang berlari.
"Apa itu Zeke!?" Qlot mulai panik dan bersembunyi di belakang Zeke.
"Tenang Qlot, aku merasakan keberadaan makhluk hidup yang bergerak ke arah kita". Zeke mencoba menenangkan Qlot walaupun Zeke cukup khawatir dengan makhluk yang datang ke arah mereka, dengan posisi siap bertarung Zeke menunggu kedatangan mereka.
KRAAHHHH!!! ...
Desisan yang cukup keras terdengar semakin dekat, Zeke dengan kekuatan energi alamnya bersiap untuk menghajar apapun yang akan muncul. Akan tetapi langkah kaki mereka terhenti seakan takut akan suatu hal, dari kegelapan di ujung lorong kastil Zeke dan Qlot melihat sosok mereka.
"Maju kalian semua!" Teriak Zeke dari kejauhan, terapi mereka hanya terdiam. Tanpa berpikir panjang Zeke melesat ke arah mereka dan menyerang sekuat tenaga.
BLEDARR!!! Zeke menyerang mereka hingga menghancurkan lorong kastil tua itu, sosok itu pingsan seketika. Rasa penasaran Zeke terbayarkan setelah menyaksikan sosok tersebut.
"Eh? Biawak? Kodok?" Tanya Zeke memastikan sosok yang tergeletak di depannya. Sosok tersebut seperti ras amfibian, dengan sirip di setiap celah-celah tangan dan kaki, gigi tajam dengan sekujur tubuh penuh sisik. Tombak dan perisai yang hancur berkeping-keping akibat menahan serangan Zeke tadi.
Qlot yang tertinggal berlari mendekati Zeke karena ketakutan tertinggal di ruangan tadi. Qlot yang menyadari sosok tersebut terkejut.
"Iittuuu ras amfibian ! Biasanya mereka berburu secara berkelompok, 5 sampai 10 ekor. Tapi hanya ada 3 saja ! Gawat kelompok mereka pasti akan mengejar kita Zeke!". Melihat Qlot yang panik, Zeke memutar akal dengan cepat. Walaupun Zeke yakin dengan kekuatan barunya, akan tetapi ia tak ingin menyelesaikan masalah dengan kekerasan.
"Baiklah kita tunggu disini saja". Jawab Zeke dengan nada yang meyakinkan.
"Ide bagus Zeke- .... woy ! Kau gila apa! Kita akan di mangsa oleh mereka !" Qlot semakin panik setelah mendengar pernyataan Zeke yang tak masuk akal.
"Kita akan menggunakan mereka untuk dijadikan sandra, lalu meminta kebebasan dari mereka". Jawab Zeke mencoba meyakinkan idenya kepada Qlot.
"Tapi jika mereka tak mau mendengarkanmu bagaimana !" Suara teriakan Qlot menyebabkan keberadaan mereka diketahui oleh ras amfibian. Suara langkah kaki yang merayap dengan cepat mengarah ke ruangan tempat Zeke dan Qlot berada.
"Tuan Zeke ! Apa yang kau lakukann!!" Teriak salah satu kadal yang menghampiri mereka. Zeke dan Qlot hanya bingung mendapatai kejadian yang tak mereka duga.
"Eh?". Jawab Zeke yang masih kebingungan.
"Kau adalah Zeke bocah yang ditakdirkan oleh sang Ratu bukan?". Jelas kadal tadi sembari menurunkan tombak bermata tiga yang ia bawa.
"Iya begitu, aku tak begitu menyukai kadal jadinya aku hajar mereka saja". Ucap Zeke dengan wajah tak berdosa. Karena ketiga kadal tadi hanya pingsan, kadal lainnya membawa Zeke ke tujuan utamanya untuk mencari raja di lantai kedua ini.
"Kami ditugaskan untuk menjemputmu tuan Zeke, karena menurut takdir tuan Zeke akan tiba hari ini". Zeke dan gerombolan kadal itu berhasil keluar dari reruntuhan kastil tua, hujan deras mengguyur seluruh lantai dua.
"Hei kadal siapa namamu?" Tanya Zeke mencoba memecahkan suasana canggung.
"Oh namaku Lizze pemimpin pasukan 1, pasukan elite kelas buaya". Lizze terlihat menggunakan armor dan peralatan perang lengkap, seperti layaknya seorang kapten.
"Lalu kita akan terjang hujan ini untuk menuju kerajaan?" Qlot berusaha memasuki obrolan untuk memecah canggung juga.
"Tentu saja dwarf, lagi pula hujan ini tak akan berhenti". Dengan wajah sedih Lizze menjelaskan kondisi saat ini.
"Apa yang terjadi Lizze?" Tanya Zeke menghibur Lizze yang terlihat sedih menatap hujan.
"Akan ku jelaskan setelah kita tiba di kerajaan".
Akhirnya mereka memutuskan untuk berjalan menerobos derasnya hujan. Tiba-tiba Zeke menghentikan langkah mereka semua.
"Berhenti, aku telah menemukan kerajaan kalian, mendekatlah". Para amfibian dan Qlot hanya menatap bingung apa yang dimaksud Zeke.
"Art of Darkness: Lucifer's Crown". Zeke menggunakan kekuatan Art miliknya untuk membawa terbang para amfibian dan Qlot menuju kerajaan ras amfibian.
Perjalanan di tempuh hanya hitungan menit saja, setibanya mereka di kerajaan amfibian semua penjaga terkejut akan kedatangan kawanannya bersama bocah yang ditakdirkan. Dengan mahkota hitam yang melayang di atas kepala Zeke, semua amfibian menatap ngeri kepadanya. Mengingatkan mereka dengan sosok raja iblis penghuni menara kutukan ini, Lucifer. Lalu dari singasana kerajaan muncul sosok berbadan kekar dan besar. Hiu berbadan manusia itu berjalan mendekati Zeke untuk menyambutnya.
"Selamat datang wahai anak yang ditakdirkan, Duke Zeke. Kami sudah menunggu kedatanganmu sejak lama, perkenalkan namaku Gardia penguasa lantai kedua". Raja amfibian menyambut dengan hangat kedatangan Zeke.
"Oke mari kita bertarung dan berikan aku kunci untuk pergi menyelamatkan sang Ratu".
Mendengar pernyataan mengejutkan dari Zeke membuat geram semua prajurit amfibian dan segera menodongkan tombak mereka ke arah Zeke.
"Ahaha Zeke, tentu saja kau akan dengan mudahnya mengalahkanku. Tapi percuma saja, kunci untuk menuju lantai berikutnya telah direbut oleh penghianat ras kami, lihatlah itu". Rasa Gardia menunjuk ke arah langit, dimana hujan berjatuhan dengan derasnya. Dari kejauhan terlihat sosok raksaksa berupa hewan jerapah yang sangat tinggi.
"Kunci menuju lantai berikutnya ada di mulut jerapah raksaksa itu. Tapi sebelum itu kami ingin meminjam kekuatanmu untuk membebaskan jerapah itu dari belenggu yang mengikat lehernya itu". Lanjut Raja Barga menjelaskan.
"Kenapa leher jerapah itu diikat?" Tanya Zeke memotong ucapan raja Gardia.
"Dahulu kala setelah sang Ratu melewati lantai dua untuk mengalahkan Lucifer, ketiga jendral terkuat kami menghianati kerajaan amfibian dan menyegel sang jerapah untuk melemahkan kerajaan kami. Mungkin kau berpikir untuk menghentikan ketiga penghiatan itu, karena akibat segel rantai yang menjerat leher sang jerapah membuat kerajaan dan daerah sekitar kerajaan melayang".
Setelah mendengar penjelasan raja Gardia, Zeke menatap kelangit dengan tatapan tajam.
"Akan ku selamatkan kalian semua". Sepatah kata pembawa harapan kerajaan amfibian membuat raja Gardia dan semua penduduk kerjaan amfibian senang.
"Zeke sebelum pergi kami ingin berpesan kepadamu mengenai tiga jendral itu. Mereka adalah tiga bersaudara, dengan kekuatan yang berbeda-beda menjadikan mereka tim terkuat dikerjaan kami dahulu. Al, El, Ul dengan kekuatan tertinggi, kecepatan tertinggi, dan kecerdasan tinggi tentu saja akan sulit untuk menghadapi ketiga jendral itu. Tetapi berkat rantai segel yang mereka ciptakan sekarang mereka berpisah untuk menjaga masing-masing tempat mereka". Zeke membalas dengan senyuman yang meyakinkan bahwa Zeke dapat menyelamatkan kerajaan amfibian ini. Zeke terbang menuju salah satu rantai yang menjulang jauh keluar pulau melayang tempat kerajaan amfibian berada.
"Raja Gardia tolong jaga peliharaanku itu ya". Tunjuk Qlot sembari terbang meninggalkannya sendirian.
"Woy! Apa maksudmu dengan peliharaan!!". Qlot hanya bisa teriak-teriak kesal mendengar ejekan Zeke.
"Kau pasti bisa Zeke".
Dengan cepat Zeke terbang ke barat menuju tempat jendral UL.