Zeke telah memasuki sebuah dunia yang berbeda dengan dunia yang ia tempati saat ini. Zeke berdiri di sebuah hamparan padang rumput yang sangat luas, di balik bukit terlihat jelas sebuah menara yang sangat tinggi nan besar. Zeke yang penasaran dengan menara itu berjalan mendekatinya.
"Art Of Drakness: Lucifer's Crown".
Zeke menggunakan kekuatannya untuk mempercepat pergerakannya. Zeke yang telah tiba di bukit dekat menara itu terkejut ketika melihat menara itu secara langsung.
"Apa itu!?". Menara yang benar-benar tinggi dan besar, sepanjang mata memandang, Zeke tak dapat melihat ujung dari menara itu.
"Itu adalah menara kutukan" celetuk sosok misterius dibalik pohon. Zeke yang merasakan keberadaanya hanya melirik kearahnya tanpa persiapan serangan apapun, hawa membunuh atau mebahayakan tak muncul dari sosok itu.
"Keluarlah, aku tahu kau tak berbahaya dan jelaskan lebih detail tentang menara kutukan itu". Ucap Zeke dengan nada tegas.
Sosok itu akhirnya menampakan batang hidungnya. Berbadan pendek, telinga yang panjang dengan topi penjelajah di kepalanya.
"Ras Dwarf? Bagaimana kau ada di dalam buku ini?" Tanya Zeke dengan tatapan tajam mencurigai dwarf itu.
"Hah buku? Kau pikir hal konyol seperti itu bisa aku percayai! Aku sudah hidup di Tyrania selama ribuan tahun". Jelas sang dwarf itu dengan nada marah.
"Tyrania? Jadi nama dunia ini adalah Tyrania?". Zeke dengan analisis tajamnya menyimpulkan denga tenang. Ada kemungkinan penghuni buku itu tak dapat mengetahui kebenarannya dan tetap hidup di dunia Tyrania selama berabad-abad.
"Iya, jika kau ingin mengetahui apa sebenarnya menara itu aku membutuhkan kekuatanku untuk membantuku, wahai anak muda". Dengan mata penuh memohon, dwarf itu meminta tolong kepada Zeke.
"Siapa namamu?" Tanya Zeke sembari mengikuti langkah dwarf yang berjalan mengantarkan Zeke suatu tempat.
"Namaku Qlot, aku merasakan kekuatan besar dari dirimu dan karena aku sangat membutuhkannya jadinya aku berusaha mendekatimu nak". Jelas dwarf dengan langkah kaki yang seperti pinguin.
"Apa kau tak takut jika aku membunuhmu?". Zeke sedikit menggertak Qolt, untuk memastikan bahwa Qlot dapat dipercaya atau tidak.
"Yah kelebihan ras dwarf selain menambang atau membuat senjata tentunya kami dapat merasakan mana yang berbahaya mana yang tidak".
Qlot membawa Zeke ke desa para dwarf, perjalanan yang cukup jauh bagi para kaum kerdil untuk ditempuh. Zeke yang merasa kesal melihat langkah kaki lambat Qlot menawarkan bantuannya dengan kekuatan Zeke.
"Namaku Zeke, tunjukan jalannya akan ku basa kau terbang". Tawar Zeke sambil mengeluarkan mahkota hitamnya.
"Sudah kuduga, kau memang pria baik". Terlihat jelas senyuman senang dari Qlot di wajah yang penuh kerutan itu.
Akhirnya Zeke mebawa terbang Qlot dengan cepat menuju desa dwarf berada. Dwarf dikenal hidup berkelompok, wujudnya yang mirip dengan manusia dan kecerdasan tingginya membuat dwarf menempati posisi tinggi dalam bidang perdagangan. Sesampainya di desa dwarf , seluruh penduduk dwarf yang melihat Qlot bersama dengan Zeke menyambut riang.
"Tuan Qlot sudah sampai ! Siapkan makanan yang enak ! Dan sambut sang pahlawan, pria tampan berbadan keren !!" Teriak salah satu dwarf dengan penuh semangat.
"Yohooooo!! Hidup tuan berwajah tampan dan berbadan keren !" Diteruskan dengan sorakan yang sama dari seluruh penduduk kurcaci di desa itu.
Zeke yang merasa sungkan hanya bisa tertawa sambil menggaruk pipinya yang tak gatal.
"Qlot apa kalian sengaja untuk menpersiapkan semua ini?". Zeke masih tak percaya dengan sambutan dadakan yang terlihat sudah dipersiapkan jauh-jauh hari. Qlot hanya tersenyum dan menjelaskan semuanya.
"Baiklah nak Zeke, akan kujelaskan semua hal yang ingin kau ketahui seperti takdir dari sang Ratu".
Kata yang sama terus bermunculan, sang Ratu itu membuat Zeke penasaran dengan sosok tersebut. Zeke yang melihat ekspresi Qlot dengan semangatnya bercerita, menunda untuk bertanya lebih lanjut dan membiarkan Qlot bercerita.
"Dahulu kala dunia ini digengaman oleh sang Ibli jahat, Lucifer. Menara itu dihuni oleh para ras kuat seperti Ogre, werewolf, goblin dan masih banyak lainnya. Mereka semua keluar dari menara itu dan memangsa ras yang lemah hingga dia datang untuk membantu kami semua, sang Ratu. Peperangan yang dipimpin oleh sang Ratu membawa sebuah kemenangan telak dan memukul mundur sampai ke dalam menara. Kami semua sangat senang atas kemenangan ini, tetapi semua itu hanya perangkap yang dibuat okeh Lucifer. Dan setelah sang Ratu masuk kedalam menara ia terkurung disana dan tak pernah kembali. Sebelum dia memasuki menara, sang Ratu berpesan untuk melarang kita semua masuk kedalam sana kecuali datang seorang anak bernama Zeke". Zeke yang mendengar cerita dari Qlot merasa ada hal yang janggal dan mulai melontarkan beberapa pertanyaan.
"Qlot bagaiamana dia tahu namaku? Dan mengapa kalin memanggil dia sebagai sang Ratu?" Terlihat jelas wajah penuh penasaran dari Zeke.
"Sudah kuduga kau pasti akan bertanya hal itu". Dengan wajah serius Qlot menjeda jawabannya sambil berpikir. Zeke yang terus menunggu jawaban dari Qlot hanya bisa diam dengan wajah penuh harapan menunggu jawaban.
"Jawbanya adalah .."
Zeke masih menunggu jawaban dengan jeda cukup lama.
"Entahlah ... dan kalau kenapa kami memanggil dia Ratu karena dia kuat dan dia seorang wanita".
Dengan wajah penuh percaya diri Qlot menjawab tanpa ragu sedikitpun.
"Mau aku buat jadi lebih pendek?" Jawab Zeke dengan memegang pedang hitamnya.
"Tttuunnggu! Aku hanya bercanda kok ... Ehehehe, lagian memang aku tak tahu kenapa sang Ratu mengetahui namamu".
Zeke mencoba bersabar untuk tidak memendekan Qlot. Setelah obrolan panjang, Zeke dan para penduduk dwarf lainnya berpesta untuk penyambutan Zeke. Melihat betapa senangnya para dwarf atas kedatangannya, Zeke memutuskan untuk memasuki menara itu keesokan harinya dan bermalam di desa para dwarf untuk hari ini.
"Kalau begitu silahkan istirahat nak Zeke"Ucap Qlot mempersilahkan Zeke.
Haripun berlalu, sinar mentari yang mulai menjamak ke setiap celah dunia Tyrania membuat setiap makhluk yang menghuninya terbangun. Zeke dan Qlot telah mempersiapkan perbekalan untuk mendaki menara kutukan.
"Nak Zeke biasanya kalau mau pergi ke tempat lain, tokoh utama akan melarang dan membiarkan dirinya sendiri yang pergi. Tapi kenapa kau tak melarangku". Qlot yang ketakutan terus memeluk batang pohon yang cukup besar di dekatnya.
"Iya aku tak selemah yang kau kira bukan? Membawa dirimu akan cukup membantuku diperjalanan nanti". Acuh dengan nada datar Zeke membalas perkataan Qlot.
Akhirnya setelah bujuk rayu, Qlot ikut perjalanan mendaki menara bersama Zeke. Dengan berbekal peralatan dan makanan, Zeke dan Qlot berangkat untuk mendaki ke menara kutukan.
Gerbang awal menara kutukan sangat besar, ukuran yang terlihat untuk ras raksaksa. Tanpa berpikir panjang Zeke membuka gerbang itu dan masuk.
Lantai pertama menara kutukan begitu gelap, dengan penuh keraguan Zeke dan Qlot memasukinya. Perlahan cahaya dari setiap obor di tempat itu mulai menyala. Lantai pertama menara kutukan terlihat seperti goa pada umumnya, tanpa mempedulikan ancaman, Zeke dan Qlot terus melangkah. Suara tetesan air dan desisan angin kering terdengar menggema ke setiap goa. Qlot dengan wajah takutnya berjalan dengan langkah pinguinnya, bedanya lebih cepat sedikit. Qlot yang melihat ekspresi datar wajah Zeke merasa cukup lega dan aman, karena selama ada Zeke ia pasti akan baik-baik saja.
Di sepanjang perjalanan menjelajahi goa tak satupun monster atau ras lainnya yang terlihat. Hanya bebatuan dan beberapa obor di sudut goa. Bahkan dengan kemampuan mendeteksi milik Zeke pun, ia tak merasakan ada kehadiran satu monster.
"Hei Qlot, bukankah tempat ini menara terkutuk yang dipimpin oleh Lucifer ya? Lalu kenapa sangat tenang dan sunyi?" Tanya Zeke dengan nada datar khas miliknya.
"Bukankah itu hal yang bagus bodoh !". Berlawanan dengan Zeke, Qlot malah meninggikan nadanya karena Zeke terlihat meremehkan tempat itu.
Tanpa mendengarkan jawaban Qlot, Zeke berjalan terus.
Hampir setengah jam Zeke dan Qlot menjelajahi goa itu tetapi tak menemukan apapun, hingga mereka melihat ada sebuah cahaya yang cukup terang pertanda jalan keluar goa.
"Zeke lihat itu !". Tunjuk Qlot sambil meningkatkan laju langkah kakinya.
"Iya aku tahu itu Qlot". Jawab Zeke singkat.
Setelah mereka keluar dari goa itu, pemandangan alam dan suasana damai terlihat jelas. Padang rumput menghampar luas, awan dan langit berpadu dalam keharmonisan dengan cahaya matahari yang bersinar terang. Dunia di dalam dunia, istilah yang tepat untuk menggambarkan keadaan saat ini.
"Qlot kau bohong soal peperangan dan ras jahat lainnya yah?" Tanya Zeke dengan nada datar yang sama.
"Hah! Kau pikir apa untungnya aku berbohong dan menunggu selama bertahun-tahun hanya untukmu bocah!" Kesal Qlot dengan melemparkan wajah penuh kerutan ke arah berlawanan dengan posisi Zeke.
"Apakah sang Ratu berhasil mengalahkan kekuatan jahat di dalam menara ini?" Tanya Zeke sambil menyetarakan langkah kakinya dengan Qlot.
"Yah jika seperi itu bukankah hal yang bagus? Toh kita hanya tinggal mencari sang Ratu". Masih dengan wajah kesal Qlot menjawabnya.
Langkah Zeke dan Qlot terhenti ketika mereka melihat ada sebuah desa yang cukup harmonis. Merekapun memutuskan untuk mengunjungi desa itu.
Sesampainya di desa itu, Zeke dan Qlot terkejut. Berbanding terbalik dengan cerita tentang menara kutukan yang Qlot ceritakan. Untuk saat ini Zeke dan Qlot tetap beranggapan bahwa sang Ratu telah berhasil mengalahkan semua makhluk jahat di menara ini. Di desa itu terlihat berbagai macam ras yang berkumpul, bercanda tawa, berdagang, dan bermain tanpa memandang perbedaan ras. Malahan, setibanya Zeke dan Qlot disambut hangat oleh beberapa penduduk di desa itu.
"Selamat datang di desa Bulgoa pendatang baru!" Sapa makhluk berwarna hijau dengan gigi taring dan berbadan pendek yang tak lain adalah ras goblin.
Zeke dan Qlot hanya membalas dengan senyuman, melanjutkan untuk melihat-lihat keadaan desa itu. Tak sedikitpun yang menyapa Zeke dan Qlot, malah terlihat hal yang biasa di desa itu jika ada pendatang baru. Agar tak menyebabkan kekacauan yang merepotkan, Zeke dan Qlot berusaha untuk tidak menceritakan kejadian di masa lalu. Ras goblin, werewolf dan ras lainnya dengan santainya saling bercakap ria. Melihat hal ini, Zeke merasa sang Ratu memang berhasil mengalahkan Lucifer dan membuat kedamaian di menara kutukan.
"Paman, bolehkah saya bertanya sesuatu?" Tanya sopan Zeke kepada ras orc yang sedang menjual ikan.
"Oh! Selamat datang bocah petualang, apa yang ingin kau tanyakan?". Tak sesuai ekspetasi, ras orc yang terkenal brutal dan bengis malahan terlihat sopan dan ramah.
"Kebetulan saya baru datang dari dunia luar, dan dimana saya bisa bertemu dengan sang Ratu".
Pembeli lainnya yang sedang membeli ikan terus berdatangan.
"Oh dunia luar! Jadi kau adalah bocah yang ditakdirkan oleh sang Ratu? Oi !!! Semuanyaa !!! Pria ini adalah bocah yang ditakdirkan oleh Ratu !!!" Teriak orc itu, Zeke dan Qlot yang terkejut bersiap-siap untuk hal yang tak terduga. Semua penduduk yang mendengar teriakan orc itu berlari mendekati Zeke dan Qlot. Tak sesuai yang dipikirkan Zeke dan Qlot, ekspresi senang dan kagum terlihat jelas disetiap wajah para penduduk. Seperti seorang selebritis yang datang kesebuah desa kecil, para penduduk menyambut riang Zeke dan Qlot.
"Siapa namamu bocah takdir? Apakah kau datang untuk menyelamatkan sang Ratu?". Mendengar perkataan dari salah satu penduduk desa membuat Zeke terkejut.
"Menyelamatkan? Apa yang terjadi dengan sang Ratu?". Dengan ekspresi khawatirnya Zeke terus bertanya kepada penduduk itu. Paman orc yang menjual ikan mencoba menenangkan keramaian, lalu membawa Zeke dan Qlot kerumahnya.
"Ahaha tenanglah Zeke, ayo kerumahku dahulu dan akan kujelaskan semuanya". Ajak Zeke.
"Oi! Lalu aku bagaimana?" Teriak Qlot yang tertinggal di tengah kerumunan.
"Kau jaga saja toko itu". Jawab Zeke dengan nada datar yang menjengkelkan.
"Terimakasih Qlot, memang ras dwarf terkenal dengan kebaikannya yah". Tak kalah menjengkelkan, paman orc itu juga setuju untuk menitipkan tokonya kepada Qlot dan bergegas menuju kerumahnya yang tak begitu jauh dari tempat dia berdagang.
Sesampainya dirumah paman orc, Zeke disuguhi teh dan beberapa makanan. Dirumah paman orc yang tak begitu besar berkumpul beberapa anggota kelurga yang terdiri dari dua anak kecil dan satu orc lainnya, sang istri paman orc. Paman orc yang menceritakan tentang bocah takdir bernama Zeke membuat ia disambut hangat oleh keluarga orc itu. Kedua orc kecil itupun berlari dan memeluk Zeke dengan gemasnya.
"Anak-anak kalian masuk kekamar dulu yah, nanti main lagi dengan Zeke. Ayah mau ngobrol dengan Zeke dulu yah". Gendong kedua orc kecil dan membawanya kekamar mereka.
Selama menunggu paman orc kembali, Zeke melihat sekitar ruangan itu. Bingkai foto keluarga orc itu terpajang dimana-mana, bahkan melihat dari foto saja Zeke tahu bahwa kelurarga orc itu hidup dengan damai dan bahagia.
"Maaf menunggu lama nak Zeke. Perkenalkan namaku Barga dan tentunya kau tahu kalau aku ras orc bukan? Langsung saja aku ceritakan detailnya". Tatap Zeke dengan wajah seriusnya mendengar perkataan Barga.
"Pertama menara ini terdiri dari 20 lantai, dan setiap lantai dipimpin oleh 1 raja dari ras tertentu. Kau beruntung saat masuk ke menara ini tiba di lantai pertama tempat semua ras dapat hidup dengan damai tanpa peperangan. Sang Ratu memang berhasil membebaskan kami dari kendali Lucifer dan membuat kami hidup dengan damai, akan tetapi sang Ratu hanya dapat membuat tempat yang damai sampai lantai 10 saja, karena sang Ratu yang berperang sendirian kekuatannya tak cukup untuk membebaskan semua penghuni di menara ini, dan sebelum sang Ratu pergi beliau berpesan akan datang seorang pria bernama Zeke yang akan membebaskan menara ini dari gengaman Lucifer dimasa yang akan datang. Menurut kabar angin yang beredar, sang Ratu berada di lantai paling tertinggi dan masih menahan kekuatan Lucifer hingga saat ini".
Zeke yang telah mendengar penjelasan dari Barga semakin yakin, dia harus menyelamatkan sang Ratu. Dan kembali secepatnya untuk berperang dengan ayah sekaligus anggota 7 pendosa. Walaupun perjalanan Zeke masih jauh, dia akan terus melangkah untuk perdamaian yang ia inginkan.