Chereads / Duke Zeke / Chapter 6 - Tekad

Chapter 6 - Tekad

Malam yang cukup canggung bagi Lee. Setelah ia mengungkapkan jadi dirinya yang merupakan anggota outer 7 pendosa, kini Lee sedang berhadapan dengan Tuannya sendiri, hanya berdua.

"Lee jelaskan semuanya?" Tatap tajam Zeke dengan kedua tangan dilipatkan di depan dadanya.

Lee perlahan mulai menjelaskan kejadian yang sebenarnya.

"Anggota 7 pendosa terbagi menjadi dua bagian. Inner dan outer, masing-masing dari kami mempunyai tugas yang berbeda-beda. Walaupun saya adalah anggota outer 7 pendosa saya tak tahu tugas dari inner 7 pendosa, Seperti data yang kita ambil dari laboratorium Envy soal tugas dari inner 7 pendosa. Semenjak mendapatkan data tersebut, saya mengambil kesempatan untuk mempercepat tugas yang diberikan oleh Tuan G.Duke Golthana untuk mengawasi pergerakan Tuan Zeke dan segera melaporkannya. Karena kemampuan Tuan Zeke yang tak diduga, yang dapat mengalahkan salah satu anggota inner 7 pendosa yaitu Envy, membuat gempar anggota inner 7 pendosa lainnya. Untuk mengantisipasi hal yang tak diduga dari anggota 7 pendosa, saya bergegas melaporkan kemampuan Tuan Zeke kepada Tuan G.Duke Golthana, akan tetapi ... saya membuat laporan palsu".

"Laporan palsu!?".

Zeke yang mendengar kesaksian Lee sedikit terkejut, Zeke mengira setelah mendapatkan surat dari Lee tujuan awalnya adalah untuk mendapatkan Art milik Lee dengan jaminan informasi mengenai kekuatan Zeke.

"Iya Tuan, semenjak mengenal Tuan Zeke saya tersadar akan satu hal. Di dunia ini bukan kekuatan yang paling penting, melainkan ikatan dengan orang lain, orang yang berharga. Sudah cukup selama bertahun-tahun saya berperang dan diperalat oleh orang-orang itu. Dan sebelum saya pergi, saya meninggalkan sepucuk surat untuk Tuan Zeke. Karena saya tahu, jika saya membuat laporan palsu kepada G.Duke Golthana pasti saya akan terbunuh, dan saya berharap Tuan Zeke datang setidaknya dengan pengorbanan saya Tuan Zeke dapat mengetahui lokasi anggota 7 pendosa. Maafkan saya telah melakukan hal seenaknya Tuan Zeke". Dengan wajah penuh penyesalah, Lee terus menunduk meminta maaf kepada Zeke. Walaupun demikian, Zeke malah tertawa senang.

"Ahaha ... kau ini bodoh sekali yah" Lee yang melihat respon Zeke hanya bisa terdiam heran dengan mulut ternganga.

"Tttuaan Zeke ?" Tanya Lee dengan nada khawatir.

"Kau tahu Lee ... kita semua adalah keluarga. Kau, Liana, dan semua pelayan di rumah ini dan aku sebagai Tuan kalian semua akan melindungi dengan nyawaku" Dengan senyuman yang terukir diwajah Zeke ditepuklah bahu Lee, cairan bening mengalir perlahan dari kedua kelopak mata Lee. Lee tak mengira hal ini akan terjadi, walaupun Zeke memiliki kekuatan berartibut kegelapan hatinya tetap putih.

"Hei Lee kau ini sudah tua, lagi pula kau veteran tentara bukan? Kenapa kau menangis?" Tegur Zeke dengan nada datar.

"Emm ini ... saya kelilipan kok" usap air mata dengan lengan pakaian Lee yang kusut.

"Mulai sekarang bantu aku dengan kekuatanmu Lee, kita akan mengembalikan kejayaan manusia dan berdamai dengan semua ras yang ada !"

Tekad Zeke sudah terbentuk sempurna, dengan mengepalkan salah satu lengannya dan tersenyum bersemangat Zeke dan Lee akan berjuang untuk mengembalikan kejayaan ras manusia seperti dulu dan perdamaian dengan semua ras.

Hari keesokannya, Zeke berangkat kesekolah seperti biasa. Dengan mata yang penuh tekad membara, Zeke mulai bergerak. Hari demi hari dilalui oleh Zeke dan Dias dengan kehidupan normal selayaknya pelajar, sambil menyelam minum air ... Pagi Zeke belajar walaupun dia tahu pelajaran bukan hal yang ia kejar saat ini, dan pada malam harinya Zeke terus mengasah kekuatnya. Lee yang terus mencari informasi tentang keberadaan anggota 7 pendosa lainnya dengan informasi yang Lee miliki saat ini. Selain itu, ada satu hal yang membuat mereka berharap-harap tentang pria berjubang putih. Penyerangan pria misterius itu akan membuat keuntungan dipihak Zeke jika dia berhasil bersekutu dengannya.

.1 tahun berlalu.

Zeke dan Dias akhirnya berada dalam kelas yang sama. Selang waktu berlalu begitu cepat, 1 tahun lamanya anggota 7 pendosa tak memperlihatkan tanda-tanda keberadaanya dan mengenai informasi pria berjubah putih yang sampai saat ini belum ditemukan oleh Zeke dan Lee.

Zeke yang kini memiliki banyak teman merasa hidup normal selayaknya anak-anak seusianya. Kegiatan ekskul, festival sekolah benar-benar mengisi masa muda Zeke. Tiba dimana puncak masa muda Zeke diakhir dengan perpisahan dan kelulusan yang diisi dengan Tour ke pulau Bali. Pulau yang terletak di negara Indonesia dan terkenal dengan destinasi wisata yang mendunia. Semua murid kelas 3 akhir bersama dengan beberapa guru bertujuan untuk pergi berlibur selama 1 minggu, bukan hal yang sulit untuk mempersiapkan liburan ke beda negara. Sekolah Zeke adalah sekolah internasional yang terkenal di Jepang, dengan berbagai macam anak orang kaya pasti memiliki anggaran yang sangat besar. Walaupun di tengah perdebatan yang sengit tentang pemilihan tempat liburan, akhirnya pulau Bali yang terpilih.

"Zeke !! Akhirnya kita lulus juga !! Dan kita akan pergi liburan !!!"

Seperti biasa, suara teriakan membara dari bocah bernama Dias. Tidak hanya Dias, setelah mendengar akhir pengumuman soal tempat liburan, semua murid kelas 3 akhir bersorak gembira. Walaupun Zeke terlihat datar, di lubuk hatinya merasa senang. Zeke mempersiapkan segala kebutuhan liburannya dengan semangat, bahkan saking semangatnya ia mempersiapkan segalanya tanpa bantuan pelayan-pelayannya. Lee yang melihat Zeke menikmati masa mudanya juga merasa senang.

Walaupun demikian, Lee masih tetap harus bekerja keras untuk mencari informasi tentang keberadaan anggota 7 pendosa lainnya. Kekuatan dari pria misterius itu memang sangat besar, akan tetapi Lee terus waspada akan skenario terburuk yang akan terjadi.

"Lee, Liana, dan semuanya aku berangkat dulu yah. Kalian bebas melakukan apapun di rumah, anggap saja kalian sedang mendapatkan cuti dariku" Zeke berjalan menuju bus yang menunggunya, diiringi dengan keluarga baru Zeke yang melambaikan tangannya.

"Hati-hati dijalan Tuan Zeke ! Selamat berlibur!"

Teriak kencang para pelayang Zeke.

Di dalam bus, Zeke disambut oleh teman-temannya terutama si bocah membara.

"Zeke !! Sini ... sini !!" Dias melambai sambil menepuk tempat duduk di sebelah Dias.

"Iya ... iya ... dasar cerewet" Zeke meletakan koper dan tas kedalam dasbor yang terletak di atas setiap tempat duduk.

Bus yang membawa murid-murid berangkat menuju bandara, lalu dengan pesawat semua murid dan guru berangkat menuju pulau Bali.

Perjalanan menempuh waktu kurang lebih 6 jam. Setelah tiba di pulau Bali mereka semua bergegas menuju hotel mewah yang telah dipesan jauh-jauh hari. Kamar yang megah, restoran dengan menu dari penjuru negeri, kolam renang dengan view lautan dan berbagai tempat yang menarik tersedia di hotel tersebut. Walaupun demikian, mereka terap pergi ke pantai untuk berpesta sendiri. Para guru telah mempersiapkan pemanggang daging, dibantu murid-murid yang menata tempat dan panggung untuk acara kelulusan kelas 3 akhir. Zeke, Dias dan teman-temannya berpesta sampai malam, dengan acara diakhiri dengan foto bersama.

"Ahh ... hari yang menyenangkan bukan?" Tanya Dias kepada Zeke dengan menengguk jus lemon.

"Inilah manusia, simbol kebebasan itu sendiri ... tanpa adanya kekangan atau sistem yang mengatur" Zeke dengan bangga mengucapkannya tanpa mempedulikan Dias yang menatap heran.

"Sial ! Kau keren sekali Zeke ! Dari mana kau dapat kata-kata itu?" Tatap Dias dengan mata berkaca-kaca, terkagum.

"Emm itu ... lupakan saja" Zeke menggaruk pipinya yang tak gatal karena malu.

Pesta berakhir pada tengah malam, dan semua anak kembali ke hotel untuk beristirahat. Masa muda Zeke dilalui dengan kenangan indah yang terukir dihatinya.

"Kyaaa!!! Toloongg !! Arghhh" kraus..kraus.. prangg!! Debug!!. Terdengar suara yang sangat bising dari luar kamar Zeke. Zeke melirik jam yang ada di layar phonselnya, angka digital berwarna putih bertulisan 3:00. Zeke yang berpikir kalau suara tadi hanya mimpi belaka, akan tetapi suara itu semakin terdengar jelas.

Dugh dugh dugh ! Terdengar dobrakan dari pintu kamar Zeke.

"Siapa ya ?" Tanya Zeke sembari melepas selimut dan berjalan mendekati pintu kamarnya. Tiba-tiba Zeke merinding dan suasana kamar Zeke terasa makin kelam. Sesaat suara dobrakan pintu tak terdengar dan Zeke hanya berdiri terpaku dengan salah satu tangan Zeke menggenggam gagang pintu. Rasa penasaran Zeke meningkat setara dengan rasa khawatir, Zeke menarik nafas dalam-dalam mengumpulkan tekad untuk membuka pintu.

Ting! Suara phonsel Zeke berdering, seketika perhatian Zeke teralihkan dan lebih mementingkan phonselnya. Dari layarnya tertera pesan dari Dias.

"Zeke berhati-hatilah! Jika kau masih dikamar jangan sampai keluar. Lihat keadaan dari jendela dan jangan buat suara atau menyalakan lampu, mereka akan mengejarmu dan semoga kita masih bisa hidup".

Segera setelah membaca pesan singkat dari Dias, Zeke bergegas mengintip keluar jendela, mata Zeke membentuk bulatan sempurna dan keringat mulai bercucuran, tak percaya bahwa yang Zeke lihat itu kenyataan.

"Apa yang terjadi!? Kenapa jadi kacau seperti ini?". Suasana kota Bali yang kacau. Langit yang seharusnya gelap berubah menjadi berwarna hitam kemerahan. Dimana-mana terjadi kebarakan, banyak mayat berserakan di setiap mata memandang. Ada yang memangsa atau dimangsa, kejadian yang pernah Zeke sebabkan saat penyerangan ke pulau milik Envy. Apocalypse Zombie. Suara ledakan maupun tembakan terdengar dimana-mana, pihak berwajib yang berusaha mengamankan situasi hanya bisa pasrah termangsa oleh zombie-zombie.

"Arg!! Tolong!! Siapapun tolong aku!" Suara teriakan yang sama di setiap sudut kota. Masa muda Zeke yang ia impikan tidak berakhir dengan bahagia, melainkan dengan penderitaan. Walaupun demikian Zeke tak putus asa dan akan menyelamatkan siapapun yang masih hidup.

"Art of darkness : Lucifer's Crown" Wush !. Zeke terbang dari jendela kamarnya, berusaha mencari orang-orang yang masih hidup. 1 jam lamanya ia mencari kesana kemari tapi nihil hasilnya ... semua orang telah tewas.

"Kalau tak dapat menyelamatkan orang-orang disini aku harus menyelamatkan pulau ini!". Disaat bersamaan terdengar suara ledakan dan pedang salib berwarna emas menghujani pinggiran kota. Zeke yang melihatnya segera mendekat.

"Itu kan? Apakah pria jubah putih ada disini?" Pikir Zeke dengan posisi masih melesat menuju arah pedang salib itu.

BLEDUM! ledakan yang dihasilkan Art cahaya itu sangat besar, seakan yang pemilik Art itu sedang mengamuk. Zeke akhirnya menemukan pemilik Art itu sedang bertarung dengan seorang pria yang terlihat seusianya, dengan Art bayangan membentuk seperti tentakel. TRING! KLANG ! KLANG! BLEDUM!! Kecepatan dari kedua pihak yang tak dapat diikuti oleh mata orang biasa. Serangan Art cahaya yang terus mendominasi pertempuran dengan bocah bayangan itu yang hanya bisa menghindar dan bertahan saja. Pria dengan Art bayangan itu hanya bisa menjaga jarak walaupun sang pemilik Art cahaya mengejar dengan kecepatan cahaya yang gila itu.

Dengan pedang cahaya ditangan pria misterius itu, ditebaskan bertubi-tubi ke arah pria bayangan yang terus kabur dengan Art bayangannya. Zeke yang merasa harus menghentikan kedua pria itu ikut mengejar pergerakan mereka. Kecepatan Zeke yang tak kalah dengan mereka berdua berhasil menyusulnya.

"Art of darkness : Unholy Black Sword". SRING!!BLEDARR!!. Puluhan pedang hitam Zeke menghujani kedua pihak, walaupun mereka berhasil bertahan setidaknya pergerakan mereka terhenti dan Zeke dapat melihat siapa kedua pria itu.

Mata Zeke terus terfokus kearah mereka yang tertutup asap dan debu ledakan Art milik Zeke. Awalnya Zeke melihat pria dengan Art bayangannya, jaket hitam dan celana panjang hitam dengan topi yang menutupi wajahnya lalu pria dengan pedang cahayanya yang ternyata adalah-

"Dias!?"