Noona," Panggil nya
"Ah iya, ada apa Ju young?" Jawabku
"Ada pekerjaan gak?" Hal yang biasa ia tanyakan pada ku. Kata nenek dulu ayah nya sering bekerja membantu nenek di kebun buah milik nenek. Dan setelah ayah nya meninggal Ju young menggantikan posisi sang ayah untuk bekerja di kebun buah nenek ku kalo sedang ada panenan atau menanam yang pohon yang baru.
Ju young saat ini menafkahi ketiga orang adik nya, ibunya sudah lama meninggal, yang kemudian di susul oleh ayah nya pada waktu itu.
"Nanti aku tanya nenek ya, kalo ada pasti aku kabari!" Jawabku.
"Baik Noona."
"Ah udah sampai. Makasih ya!" Pemuda itu memarkirkan sepeda nya, kemudian turun dan menghampiriku yang masih sibuk mencari pegangan untuk turun dari gerobak. Pemuda baik hati itu mengulurkan tangan kekarnya, menawarkan bantuan. Aku tersenyum dan menerima bantuan nya, dia menaruh tanganku di pundak nya, dan dia memegangi pinggangku erat. Dengan mudah ia mengangkat tubuhku yang mungil ini.
"Terima kasih Ju young! Bisa ambilkan koperku!" Pintaku, dan iapun menurutinya.
"Makasih! Ini terimalah, buat jajan adik-adikmu!" Kataku sembari memberinya beberapa lembaran uang padanya.
"Tidak usah Noona, aku ikhlas!" Dia menolaknya
"Lah kok gitu, tadi kamu terima dari Sejeong. Gak boleh gitu, ini terimalah. Noona ada sedikit rejeki." Aku memaksanya dengan menggenggam eratkan uang itu ke tangan nya. Entah kenapa wajah dia menjadi memerah. Apa dia malu?
"Terima kasih Noona!" Dia akhirnya menerima uang itu.
"Nah gitu dong!" Kataku sembari memberikan senyuman.
"Kalo gitu Noona masuk dulu ya! Nanti kalo ada pekerjaan buat kamu pasti Noona kabari!" Lanjutku sambil melangkah kan kaki mulai menjauh.
"Noona," Panggilnya dan membuatku menghentikan langkahku.
"Ya ada apa Ju Young." Ku balikkan badanku kembali melihat ke arahnya.
Dia mendekatiku, kemudian mengambil sesuatu di rambutku.
"Ada rumput di rambut Noona!" Katanya sambil memperlihatkan rumput itu di depan wajahku.
"Ah.. haha mungkin tadi pas disana tidak sengaja rumput nyangkut kesini!" Kataku tertawa sembari menyisir rambut sendiri dengan jari ini.
"Terima kasih Ju young! Sampai jumpa!" Aku tersenyum kemudian berlalu meninggalkan pemuda itu.
Ju young Pov*
Namaku Hwang Ju Young, putra sulung dari 4 bersaudara. Dari kecil aku selalu rajin membantu ayahku bekerja mencari nafkah. Ibuku sudah lama tiada. Dan kemudian ayahku juga menyusul ibuku. Disanalah aku berperan menjadi seorang ayah dan ibu untuk adik-adikku.
Aku tumbuh menjadi pemuda tampan. Wajahku terlihat tegas, alis tebal, hidung mancung, dan bibir yang sexy, tinggi badanku 185, dan tumbuh semakin bagus saat aku semakin berkerja keras. Kulitku sebenarnya putih, khas kulit korea. Namun karna setiap hari berjemur di bawah teriknya sinar matahari, kulitku jadi gelap. Namun itu tidak mengurangi kesempurnaan yang ada pada diriku.
Sebenarnya aku sempat putus asa, saat itu, saat aku duduk di bangku SMP , dimana ayahku meninggal. Dan aku harus putus sekolah. Aku putus asa saat tak dapat membahagiakan adik-adikku, kami juga kelaparan. Semua orang di sekitar seakan-akan menutup matanya untuk membantu keluargaku.
Dan lebih menyedihkan lagi, waktu itu aku berniat untuk mengakhiri hidupku dengan ke 3 adikku. Aku memegang sebuah botol yang berisi cairan racun. Aku berniat untuk meminumnya bersama dengan ke 3 adikku.
Namun tiba-tiba terdengar seseorang mengetuk pintu gubuk ini. Akupun sadar, apa yang merasukiku hingga aku berniat bodoh seperti ini. Ku buang botol berisi racun itu dan menghampiri pintu hendak membuka dan melihat siapa yang datang.
Ku buka perlahan pintu reot rumahku, terlihat seorang gadis cantik jelita berdiri di sana dengan membawa kotak besar ditangan nya .
"Hay!" Katanya sambil tersenyum indah.
"Kamu siapa?" Tanyaku.
"Boleh aku masuk?" Belum aku jawab, diapun nyelonong masuk. Dan duduk di sebuah lantai.
"Kau Hwang Ju young kan?"
"Darimana kau tau namaku?"
"Kenalin! Aku Song Mina!" Gadis itu mengulurkan tangan nya, aku mengerutkan dahiku, pertanda bahwa aku kebingungan. Siapa gadis ini? Kenapa bisa tau rumahku? Perasaan selama ini aku tidak pernah mempunyai teman seorang gadis.
"Hey, kau tak menerima uluran tanganku? Tanganku pegal tau!" Katanya membuyarkan lamunanku.
"Maaf! Aku tidak bersentuhan dengan orang asing!"
"Ooo gitu! Sebenarnya aku kesini di utus oleh nenekku untuk mengantarkan makanan ini untuk mu dan adik-adikmu!"
"Siapa nenekmu?"
"Song Man weol, tau kan?"
"Kamu cucu nenek Song?"
"Iya! Kenalin aku Song Mina, baru pindah kesini!" Gadis itu kembali mengulurkan tangan nya sambil tersenyum indah.
"Aku Hwang Ju young!" Akupun menerima uluran tangan nya. Mengingat nenek Song banyak membantu keluargaku. Hanya nenek Song yang selama ini memiliki belas kasihan pada keluargaku.
"Dimana adik-adikmu? Mari makan bersama!" Ajak gadis itu sambil membuka kotak2 , yang isinya makanan-makanan lezat.
Akupun bergegas memanggil adik-adikku, kami memang dari semalam kelaparan.
"Hay semuaa ayo makan bersama. Ini masakan kakak loh!" Gadis itu menyiapkan piring beserta sendok, garbu dan sumpitnya. adik-adikkupun langsung menyantap makanan-makanan itu.
"Ju young_ah, kenapa kamu tidak ikut makan? Sini, cobalah!" Kata gadis itu sambil mengambil sebuah telur gulung dengan sumpit lalu mengarahkan ke mulutku.
Aku pun menolaknya, aku sudah dewasa, mana mungkin aku mau menerima suapan nya.
"Kenapa? Sini cobalah!" Dia tetap memaksaku.
"Tidak! Aku sudah dewasa, aku bisa makan sendiri!"
"Aiiiish cobalah! Dewasa? Haha usiamu masih 15 tahun bukan? Anggap saja aku Noona mu! Jangan sungkan!" Aku heran dari mana dia tau silsilah keluargaku bahkan hingga umurku dia tau.
"Aaaa," dia memaksa sambil membuka mulut nya. Karna memaksa akupun membuka mulutku dan melahap nya. Dan itu sungguh sangat lezat.
Setelah selesai makan. Adik-adikku pergi bermain dengan teman-teman nya. Hanya tinggal aku dengan gadis yang baru ku kenal itu kami di rumah.
"Waaah rumahmu berantakan sekali!" Kata gadis itu yang kulihat dia mulai melangkah menuju kamarku. Akupun berniat menghentikan nya. Karna dia tak bisa se enaknya saja masuk ke rumah orang begini.
"Jangan memasukinya!" Kataku sambil ku tarik pergelangan tangan nya, dan tanpa sengaja, aku terlau keras menariknya. Hingga membuatnya jatuh ke lantai.
"Hey, kenapa kau menarikku? Sakit tau!" Dia meringis sambil memegang pergelangan tanganya yang mungkin sakit.
Karna merasa bersalah, denga cepat aku duduk ingin melihat pergelangan tangan nya. Namun lagi-lagi aku ceroboh, saat aku berniat duduk dia mengankat kepalanya, dan kepala kita berbenturan.
"Hey, sakit tau, kepalamu keras sekali Aaw!" Dia memegang keningnya sambil meringis.
Aku panik, akupun mendekatinya, melihat kening nya, disana terlihat memar bekas ulahku. Dan ku lihat matanya juga berkaca-kaca.
"Kamu menangis?" Tanyaku
Bersambung...