Setelah selesai dengan makan malam, adik-adik juga sudah belajar. Dan sekarang mereka sedang menonton televisi.
Dia pun berpamitan untuk pulang, karena merasa tugas nya hari ini telah selesai, yaitu mengurus keluarga ku.
"Aku pulang dulu ya, jaga mereka dengan baik." Dia pun melangkah pergi meninggalkan kami.
"Akan aku antar." Kata ku menghentikan langkah nya.
"Tidak usah. Aku bisa sendiri." Jawab nya menolak niat baik ku.
"Jalanan akan sangat gelap di malam hari." Kata ku ngotot tetap ingin mengantar nya.
"Aku ada senter. Senter hp." Ucap nya sambil menunjukkan benda kotak di tangan nya padaku.
Akupun bergegas melangkah menghampiri nya. Dan berjalan di depan tanpa menghiraukan nya.
"Kau mau kemana ?" Tanya nya kebingungan.
"Mengantarmu." Jawab ku cuek.
"Aku sudah bilang tidak usah." Ia masih mencoba menolak niat baik ku.
Aku tak menghiraukan ocehan nya dan terus melangkah. Dia pun mengikuti di belakang ku.
Kami mulai memasuki jalan area perkebunan, yang dimana tak ada satu lampu pun di sana, hanya di terangi sinar bulan yang remang-remang menerangi jalanan kami. Aku terus melangkah, sembari mencuri-curi pandang pada nya.
"Hey, Ju young_ah. Bisakah kau menunggu ku ?" Ucap nya dengan nada tinggi.
Aku tetap melangkah dengan kaki panjang ku, sama sekali tak mau mendengarkan ocehan nya yang selalu berusaha menolak niat ku untuk mengantar nya.
"Ju young_ah. Apakah kau mendengar ku ?" Lanjut nya sedikit berteriak.
Aku masih melangkah, tak menghiraukan ocehan nya.
Bruuuk...
Terdengar suara di belakang ku. Setelah ku toleh, ternyata dia telah terjatuh di sana. Aku tak sadar bahwa dia jauh di belakang ku. Kurasa aku berjalan terlalu cepat tadi. Akupun menghampiri nya, khawatir, tapi aku tetap bersikap tenang, aku tak ingin dia mengetahui nya.
"Kau jahat sekali, bisa-bisa nya kau melangkah secepat itu." Dia merengek sambil memanyunkan bibir nya, sungguh terlihat menggemaskan, usia dia dua tahun di atas ku. Namun, setiap bersama nya aku merasa akulah yang lebih tua, karena wajah nya yang sangat imut seperti bayi.
"Aku jalan santai saja tadi." Jawab ku datar tanpa ekspresi.
"Jangan pamer, aku tahu kaki mu panjang, tapi jangan meremehkan ku ya." Hardik nya, dengan wajah cemberut kesal pada ku.
"Pamer? " Aku kebingungan, karena aku tak pernah merasa pamer sedikit pun, aku berbicara seada nya, karena tadi aku benar-benar berjalan santai.
"Kau pamer dengan kaki panjang mu. Kau tau kan kaki ku pendek, mana bisa aku mengimbangi langkah mu, malah bilang cuma jalan santai." Dia kesal, sambil terus marah-marah.
"Maaf." Ucap ku, masih dengan nada ku yang datar tanpa ekspresi.
"Bagaimana ini ?" Kata nya sembari melihat ke arah kaki nya.
"Maksud mu ?" Aku tak paham.
"Bagaimana ini ? Kaki ku terkilir. Aku tidak bisa jalan lagi, sakit sekali." Dia merengek. Dan itu terlihat sangat imut di mataku, ingin sekali ku cubit pipi chubby nya yang terlihat begitu kenyal.
"Naiklah ke punggungku. Aku akan mengantar mu sampai rumah." Kata ku sembari membungkuk kan tubuh ku di depan nya, agar ia bisa dengan mudah menaiki nya.
"Baiklah. Kau memang harus bertanggung jawab, aku naik ya, mungkin aku sedikit berat." Ucap nya sembari bergerak menuju punggung ku.
Setelah ia naik di punggung ku, aku pun mulai berdiri dan melangkah menuju jalan rumah nya.
"Kamu lihat kunang-kunang itu Ju young_ah ?" Dia membuka percakapan, memecah keheningan di antara kami.
"Lihatlah kunang-kunang di saat kau sedang putus asa." Lanjut nya membuat ku bingung.
"Melihat kunang-kunang disaat putus asa ?" Tanya ku bingung tak mengerti apa yang ia maksud kan.
"Iya, itu yang aku lakukan setiap aku sedang putus asa, kau tau meskipun kemarin aku sekolah di Seoul. Namun, kehidupan,ku tak senyaman yang orang pikirkan, Seoul itu keras, dan sangat menyakitkan hidup di sana, jika kita tidak memiliki kekuasaan." Kata nya mulai membuka cerita kehidupan nya di Seoul.
"Noona. Kau menangis ?" Saat ku dengar isakan di sela-sela bicara nya.
"Tidak, apa ? Barusan kau panggil aku apa ?" Dia pandai mengalih kan pembicaraan, aku yakin di balik kata-kata nya tadi, pasti ada sebuah masalah yang sangat membuat nya terluka. Namun, aku tak akan memaksa nya untuk menceritakan nya pada ku, karena aku juga bukan tipe seseorang yang selalu ikut campur dengan urusan orang lain.
"Bukankan itu mau mu ?" Jawab ku datar dan super cuek.
"Coba katakan lagi." Pinta nya sembari tersenyum mengejek ku.
"Tidak." Tolak ku, acuh tak acuh.
"Huuuuu." Seru nya kesal.
Tak lama kemudian kami pun sampai di rumah Nenek Song, kami di sambut dengan ke khawatiran sang nenek yang melihat cucu kesayangan nya terluka.
"Ada apa dengan Mina ? Kenapa sampai tidak berjalan begini ?" Tanya nenek song panik.
"Tidak apa-apa kok Nek, Mina cuma terkilir sedikit tadi, nanti di oles obat juga sembuh." Jawab nya mencoba meredakan ke khawatiran sang Nenek.
"Ju Young_ah bisa kamu antar kan Mina ke kamar nya sekalian ?" Pinta nenek pada ku, yang pasti nya langsung ku iya kan. Aku pun mengantar Mina ke kamar nya, ku taruh ia di atas ranjang nya dengan hati-hati.
"Terima kasih Ju young sudah mengantarkan Mina pulang." Ujar nenek song pada ku.
"Iya nek sama-sama, kalau begitu Ju young pamit dulu ya nek." Pamit ku pada nenek.
"Oh iya, terima kasih Ju young, hati-hati di jalan." Ucap nenek pada ku, beliau sangat begitu perhatian, dan sudah menganggap ku seperti cucu nya sendiri.
"Iya nek." Jawab ku, sembari melangkah meninggalkan mereka.
Begitulah cerita awal mula aku mengenal gadis itu. 3 tahun yang lalu gadis cantik primadona desa tersebut pindah kesini, dan kepindahan nya bagaikan sebuah anugrah bagi ku.
Awal nya aku hanya menganggap nya sebagai kakak perempuan yang sangat baik pada ku dan adik-adik ku. Namun, lama kelamaan, aku tak dapat memungkiri pesaraan ini. Dan ternyata selama ini aku sudah jatuh hati pada nya. Namun, aku masih diam, aku tak bisa mengungkapkan perasaan ku pada primadona desa dalam keadaan ku yang miskin seperti sekarang.
Dia tumbuh menjadi gadis yang semakin hari semakin cantik, kebaikan hati nya selalu tulus.
Semua orang di kampung ini memuji nya.
Bukan hanya pada ku, tetapi kepada semua orang. Dan hal itu membuat ku semakin membuat ku jatuh hati pada nya. Namun, sampai saat ini aku masih memendam perasaan yang begitu dalam untuk nya, biarlah cinta ini hanya aku dan tuhan yang tahu.
Bersambung...