"Tidak usah, kamu juga akan hendak pergi bekerja, aku bisa sendiri, lagian sudah dekat kok"
"Tidak apa-apa, biar aku antar sampai kebun,"
"Tidak usah, lagian berlawanan arah, nanti kamu kesiangan, sudah sana pergi!" Kataku sambil mendorong sepeda yang ia naiki.
"Benar, tidak apa-apa?" Dia meyakinkan.
"Iya, tidak apa-apa." Ku lambaikan tangan setelah dia mulai mengayuh pedal sepeda nya.
"Huuuf!" ku hembuskan nafas, kemudian kembali melangkah menuju kebun.
Sesampainya disana, akupun mulai memilih buah yang baik, memetik, dan menyimpan ke dalam keranjang yang sudah ku siapkan.
"Hay Song Mina," Ku dengar suara seseorang memanggil.
"Iya, Seje_, " awalnya ku kira Sejeong sahabatku yang datang, ternyata setelah ku lihat ke arah dimana sumber suara itu, Dadaku mulai kembali sesak, gadis itu mendekat dan berdiri pas di depan ku.
"Mina_ah Hay, lama tidak berjumpa." sembari melambaikan tangan dan tersenyum miring.
aku terdiam mematung sambil menggenggam erat keranjang yg terbuat dari bambu itu.
"Rupa nya kau masih hidup! ku kira kau sudah mati." dia berkata dengan mantap tanpa merasa bersalah padaku.
Aku masih terdiam, tanganku gemetaran, mataku mulai memanas, serasa ada cairan akan tumpah disana. Namun ku tahan.
"Hey, Song Mina, kenapa kau lagi- lagi muncul di hadapan ku? bukan nya sudah ku bilang, musnahlah dari pandanganku!" Dia mendorong ku dengan telunjuk jarinya, hingga aku mulai mengambil langkah mundur.
"Enyahlah, enyahlah, enyahlah kau Song Mina!" Lanjutnya.
"Hey, Yoon Inna. Memang nya kau siapa menyuruhku enyah? ini adalah desaku! kau yang datang kesini dengan sendiri nya, seharusnya kau yang pergi dari sini. dan enyahlah dari pandanganku!" Entah keberanian dari mana, aku yang penuh dengan amarah mengajarkan nya dengan nada tinggi dan setengah berteriak.
"Hey, kau berani ya, Haiiish dasar jalang." tangan nya menarik rambutku.
"Lepaskan!" Suara itu membuat Inna melepaskan tangan nya dari rambutku.
Ku lihat Ju Young berlari ke arahku.
"Noona, Kamu tidak apa-apa?" pemuda itu mengelus rambut yang tadi di Jambak oleh Inna.
"Kau siapa? kenapa mengganggunya?" Ju Young melempar pertanyaan pada Inna dengan mata tajam nya.
"Kamu! Tidak perlu ikut campur!" Yoon Inna menunjuk wajah Ju Young dengan telunjuk jarinya.
"Song Mina, urusan kita belum selesai!" Lanjutnya, kemudian ia berlalu meninggalkan kami.
tanganku masih gemetaran, dan dadaku masih sesak, ku lepaskan keranjang yang sedari tadi ku genggam, ku pukul-pukul dadaku dengan keras, berharap rasa sesak itu hilang.
"Noona, tanganmu berdarah!"
ku lihat telapak tangan ku, dan benar, banyak darah disana. yang sekarang juga berceceran di baju bagian depan, karna barusan aku memukuli dadaku yang sesak.
Aku tak sadar tanganku terluka saat meremas keranjang tadi, karna syok nya.
"Ju Young_ah, aku harus pergi!" Aku mulai melangkah sembari tetap memukuli dadaku sendiri karna terasa begitu sesak.
"Noona," pemuda itu menarikku, membawaku duduk di bawah pohon.
dia menarik tangan yang sedari tadi ku gunakan untuk memukuli dada ini.
Dia mengambil sapu tangan dari sakunya, dan membalutkan pada tangan ku yang luka.
Aku masih terdiam mematung dengan tatapan kosong.
"Menangis lah, jangan menahan nya Noona."
"Ju Young_ah_hiks hiks" akupun tak dapat menahan nya lagi, dan tangisku pecah begitu saja.
pemuda itu membawaku dalam pelukan nya, akupun menangis sejadi-jadinya di sana, pelukan pemuda itu sangat membantu ku yang saat ini memang sedang kesulitan dalam bernafas, lidah ku pun terasa Kelu akibat kejadian yang tak terduga barusan. Tak pernah terpikirkan, bahwa aku akan kembali bermasalah dengan nya yang sudah membuat hidup ku hancur.
"Noona, bisa kah kita pulang sekarang ? Jika Noona sudah merasa lebih baik." gumam Ju young beberapa saat kemudian, saat ia menyadari bahwa aku sudah lumayan merasa lebih baik.
Aku hanya mengangguk kan kepala ku pelan, sembari terus bersandar pada dada bidang nya yang mampu membuat ku tenang.
"Tapi jika Noona masih merasa kurang baik, kita diam dulu di sini sejenak sampai Noona benar-benar baikan, aku tidak ingin nenek melihat Noona dalam kondisi seperti ini." kata Ju young yang sangat begitu mengerti dan perhatian terhadap ku dan juga nenek ku.
"Sebentar lagi, tunggu sampai mata ku lebih baik, ini sangat bengkak." Kata ku, sembari menarik diri ini dari dalam pelukan nya yang hangat.
"Baik lah, mari kita di sini sebentar lagi, aku akan menemani mu." ucap Ju young sembari menyandarkan tubuh nya ke pohon apel yang lumayan besar.
------------------------
Semenjak kejadian di kebun, aku tak lagi berjumpa dengan Yoon Inna, mungkin gadis itu sudah kembali ke Seoul. Sukurlah, akhirnya aku bisa bernafas lega sekarang.
"Mina_ah, nenek mau keluar ke pasar sebentar." Pamit nenek padaku yang sedang menyapu halaman rumah.
"Iya Nek," jawabku, ku lihat disana, di pinggir jalan depan rumah ku, sudah ada Ju Young dengan sepeda modifan nya itu, dia menunggu nenek, untuk mengantarkan nya ke pasar sore.
"Ju Young_ah, Jagain nenek ya," Pintaku pada pemuda itu.
"Pasti Noona."
Dan akhirnya nenek dan Ju Young pun menghilang di sebrang sana, aku melanjutkan aktivitasku.
Setelah selesai dari aktivitasku, akupun beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Karena hari sudah mulai gelap.
Setelah selesai dari ritual mandi ku, aku bergegas menuju lemari, dan memakai baju santai.
Ku dengar handphone ku berdering, tanda ada panggilan masuk.
(Halo, Sejeong_ah)
(Lagi apa?)
(Baru selesai mandi)
(Aku sama Hye Gun mau kesitu)
(Hye Gun Oppa? Apa dia bersama pacarnya?)
(Tidak, kami cuma berdua.)
(Ah begitu, datanglah, aku tunggu!")
Kamipun mengakhiri panggilan.
Menyebut nama Hye Gun, masih membuatku trauma, karna dia, aku bertemu dengan orang yang sangat membuatku di penuhi rasa ketakutan dan trauma.
Beberapa menit kemudian, mereka akhirnya datang. Seperti biasa, tanpa di persilahkan mereka langsung saja menghempaskan pantat mereka di sofa depan tv.
"Sejeong_ah, ambillah minuman di kulkas." Perintahku.
"Apakah ada Soju?"
"Cari saja, siapa tau ada." Sejeong pun bergegas menuju dapur.
"Apakah ada camilan?" Tanya Hye Gun Oppa padaku.
"Hey, rumahku bukan super market, seharus nya kalian tadi mampir dulu ke toserba. Biar gak buat si tuan rumah kerepotan." Candaku, yang sudah terbiasa saat berkumpul dengan mereka.
"Pelit sekali kamu!"
"Ya udah, sana pergi ke toserba, beli beberapa camilan, sekalian belikan aku kopi."
"Uang nya?"
"Memang nya kau tak bawa uang?"
Dia menggeleng.
"Haiiiish... Kau ini benar-benar kemari dengan tangan kosong." Seruku, kemudian melempar beberapa lembar uang ke arahnya.
"Ok, aku akan berangkat."
Diapun beranjak keluar rumah dengan wajah girang nya. Aku hanya tersenyum melihat kekonyolan ini.
To be continued...