Chereads / Korban Bullying / Chapter 25 - 4 iblis yang kejam.

Chapter 25 - 4 iblis yang kejam.

"Buka mulutmu!" Yoon Inna memaksaku untuk meminum Soju itu, hingga membuatku mabuk. Kemudian mereka menaburkan putung-putung rokok tersebut lantai depan tempat ku duduk.

"Jae won, camera!"

"Action!"

"Hay gaes, kami bertemu lagi sama si jalang, tau kan siapa dia? Hahahaaaa, waah ternyata dia perokok dan peminum yang hebat." Seru Yoon Inna, yang kemudian di ikuti tawa dari mereka ber tiga.

"Hey, Song Mina, Sadarlah."

Byuuuurrrr....

Kak sarang menyiramku air, dan membuat seluruh tubuhku basah.

"Woooaaah ternyata tubuh nya boleh juga, cuma dia terlalu kurus." Aku yang menyadari bahwa kaos putih yang ku pakai ini ternyata menjadi transparant saat terkena air, akupun mencoba menutupi tubuhku dengan menyilangkan tangan di depan dada.

"Dia juga cukup cantik!" Kata-kata itu terlontar dari bibir kak Jihoon.

"Kenapa baru menyadari, dia memang sangat cantik dari dulu!" Seru Jae Won menanggapi ucapan kak Jihoon.

"Hey, Kalian para cowok, apa'an sih kok muji-muji si jalang ini?" Inna kesal.

"Jae Won! Lakukan sesuatu padanya," Seketika aku menoleh ke arah suara itu, yang tak lain adalah kak Sarang, apa maksud dari perkataan nya itu,

"Maksudmu?" Jae won sepertinya kebingungan.

"Disini hanya kamu yang jomblo, bagaimana kalo kita buat Vidio xxxx, kami akan merahasiakan nya, wajahmu akan kami bluur, dia lumayan cantik kan? Dia juga termasuk gadis tipe mu kan?" Kak Sarang menjelaskan.

"Jangan gila deh!"

"Jae Won_ah, anggap saja kita sedang bersenang-senang, dari pada masih harus bayar!"

"Ja_jangan, Kumohon jangan," aku memohon meminta belas kasih dari mereka dengan suara yang sudah sangat lemah.

"Jae Won_ah, udah sana!" Tangan Yoon Inna mendorong Jae Won, dan laki-laki itupun menubruk tubuhku yang duduk lemas di lantai kamar mandi itu.

Wajah nya sangat dengan wajahku, hanya berjarak beberapa cm lagi.

Jae won menatapku, mengamati wajahku yang basah karna di siram tadi. Air mataku terus mengalir.

"Kumohon, Jangan lakukan itu, Jae Won_ah, kumohon. Hiks hiks!" Aku terus memohon padanya, agar tidak melakukan nya padaku.

Dia terus menatapku, dia tetap diam tak beraksi apa-apa, sampai ku lihat kaki Kak Jihoon mendorong punggung Jae won.

Disanalah, Jae Won terdorong, dan bibir kami bertemu.

Air mataku mengalir deras, sedangkan Jae won memejamkan kedua mata nya, seolah-olah menikmati ciuman paksa ini.

Dengan badan yang sudah sangat lemah, akupun mendorong dada bidang Jae won.

Dan akhirnya ciuman itupun terlepas, dia kembali menatapku, namun tatapan itu berubah. Bukan tatapan benci lagi, melainkan sebuah tatapan penuh arti, entah apa itu?.

"Ka_kalian ja_jahat hiks hiks," akupun menenggelamkan wajahku ke dalam kedua telapak tangan ini.

"Kita akhiri saja semua ini, ayo kita pulang!" Jae won beranjak keluar dari toilet, yang kemudian di ikuti oleh ke tiga teman nya.

Setelah kepergian mereka, akupun menangis sejadi-jadinya.

Kenapa penderitaan ini tak kunjung usai, dengan langkah lemah aku berdiri dan membersihkan diri.

________________________

Beberapa Minggu kemudian...

"Mina_ah, Nenek, Dimana Mina?" Ku lihat Sejeong berlarian menuju rumaku, dan bertanya pada nenek tentang keberadaan ku.

"Ada di dalam." Jawab nenek

Gadis itupun berlari menghampiriku.

"Ada apa Sejeong?" Tanyaku.

"Coba kamu lihat ini!" Sejeong memperlihatkan ku pada layar ponsel nya.

Aku terkejut saat melihat disana, sebuah Vidio perundungan beberapa Minggu yang lalu. Akupun terkulai lemas seketika.

"Apa yang sebenar nya terjadi Mina?"

Aku tak dapat menjawab pertanyaan Sejeong, akupun menangis sambil memeluk sahabatku itu.

Apa yang akan ku lakukan sekarang? Vidio itu sudah tersebar di internet, hilanglah semua masa depanku.

________________________

Yoon Seok Hoon POV*

"Seok Hoon_ah, ada Vidio viral loh!" Seorang teman sekampus ku membuyarkan ku dari lamunanku, akupun membuka Aerphone yang sedari tadi ku pakai untuk mendengarkan lagu-lagu yang membuatku mengingat kenangan-kenangan indah bersama nya.

"Sini lihat juga, seru loh!" Lanjutnya.

"Aku tidak tertarik!" Akupun memakai Aerphone pun kembali.

"Song Mina, Cantik sekali gadis ini, kasihan sekali nasibnya!"

Ku urungkan untuk memakai Aerphoneku.

"Siapa kau bilang?" Akupun merampas ponsel nya, dan ku putar Vidio itu.

Dadaku sesak rasanya, saat melihat gadis yang ku cintai terkulai lemas di lantai, beberapa Putung rokok betebaran disana, di Vidio itu terlihat seseorang menyiram nya dengan air, hingga membuatnya basah kuyup. Gadis itu menangis, memohon untuk di ampuni, sampai ku lihat seorang pria yang sudah di sensor wajahnya jatuh pas di depan nya, dan yang lebih membuatku sesak, pria itu mencium gadisku.

Ku remas kemeja bagian dadaku, menahan gejolak amarah di dalam sana.

Aku sudah tau siapa orang-orang yang ada dalam Vidio ini, meskipun sudah tersensor.

Tanpa pikir panjang akupun bergegas mencari keberadaan Jihoon.

Tak lama kemudian akupun menemukan nya, dia sedang ada di rumahnya bersama tiga lain nya, yang tak lain Inna, Sarang, dan Jae won.

Ku layangkan sebuah pukulan di wajah Jihoon, ku pukul dia habis-habisan.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN PADA SONG MINA?"

"Jae won yang mencium nya,!" Joo Sarang membela Jihoon, ya aku tau, dia pasti tidak tega melihat kekasihnya di pukuli olehku.

"Tapi itu semua idemu!" Jae won tak mau kalah.

Aku pun bangkit, dan melayangkan pukulan pada wajah Jae won.

"Cepat katakan, dimana Song Mina sekarang?" Kataku penuh emosi.

"Dia di Busan, di perkebunan buah, desa ..."

"Kenapa Vidio itu bisa menyebar, siapa yang menyebarnya?" Seru adikku bertanya kepada ke tiga teman nya.

Dan akupun bergegas pergi menuju Busan, berharap menemukan nya, saat ini ingin sekali rasanya aku memeluknya.

Beberapa jam kemudian akhir nya aku sampai di desa tersebut, desa yang sangat indah, pemandangan nya sangat alami, udara juga sangat segar, jadi selama ini dia tinggal disini.

"Apakah kakek mengenal gadis ini?" Tanya ku pada seorang pria tua yang sedang bercocok tanam di sana, sembari ku perlihatkan sebuah foto gadis yang ku cari.

"Nona si bunga desa, dia cucu nya Nyonya Song,"

"Dimana dia tinggal?"

"Tidak jauh, cukup lurus saja, nanti sampai sana kelihatan kok rumah nya."

"Baiklah, terima kasih kek." Ucap ku sembari menunduk kan tubuh sopan.

"Sama-sama." Jawab nya dengan senyum tulus dari bibir si kakek.

Aku pun melangkah kembali, mengikuti petunjuk arah kakek itu.

Hingga sampai lah di depan sebuah rumah adat Korea, ku lihat seorang nenek tua keluar dengan membawa sebuah timba berisi air.

"Nenek, apakah benar ini rumah Song Mina?" Tanya ku.

"Benar, siapa ya?" Tanya nya pada ku.

"Saya keka_ saya teman nya dari Seoul!"

"Tunggulah disini, nenek panggilkan dulu."

Nenekitu pun kembali masuk ke dalam rumah nya yang kecil dan tua.

To be continued...