Ke esokan harinya, setelah bangun dari tidur. Akupun menumpang mandi dan meminjam baju milik Sejeong, sekalian sarapan di rumah nya juga, Sejeong dan ibu nya adalah orang yang sangat baik padaku.
Setelah selesai sarapan, aku pun berpamitan untuk pulang, karna ku yakin si breng**k itu mungkin sudah pergi.
Tak lama kemudian, akhir nya sampai juga di rumah. Terlihat sunyi dan sepi, syukurlah, mungkin dia sudah pergi, dan Nenek pasti ke pasar.
Akupun bergegas menuju kamar, berniat mengambil ponsel ku yang semalam ketinggalan.
Ku putar kenop pintu kamar ku, dan aku pun membaringkan tubuh di atas kasur sembari meraih ponsel di atas nakas dan memainkan nya.
Entah kenapa mataku terasa sangat sulit untuk dibuka, rasa kantukku datang, mungkin karna semalam aku begadang dengan Sejeong. Membahas masa-masa buruk di sekolah yang seperti neraka itu.
aku akan tidur sebentar sebelum ke kebun, sudah tak kuat lagi untuk membuka mata ini.
-------------------------------
Jae Won pov*
Hatiku lega saat mendapat maaf dari gadis yang dulu pernah menjadi bulan- bulanan ku dan teman- teman, meskipun terlihat tidak ikhlas memaafkan ku, dan karna hanya menuruti kata Nenek nya. Namun, aku sudah sangat senang mendengar nya.
Sebenar nya aku tak mengharapkan banyak darinya, aku tak ingin serakah, karna dosa ku terlalu besar dan tak patut untuk di maafkan.
Aku datang jauh-jauh dari Seoul ke Busan hanya ingin meminta maaf dengan tulus.
Semenjak kejadian satu bulan yang lalu, dimana Joo Sarang memberikan ide gila, yaitu menyuruhku untuk mencium nya. Dan gila nya lagi, akhir nya setelah di paksa oleh mereka, akupun mengikuti ide gila tersebut.
Setelah kejadian itu, entah apa yang terjadi padaku. aku selalu memikirkan nya, terus menerus mengingat tentang ciuman itu. Dan aneh nya, jantungku berdegup kencang saat mengingat betapa lembut nya bibir kita beradu. Hatiku sakit, saat terlintas di pikiran ku, memutar kembali memory beberapa tahun silam, saat-saat kami merundung dan mencaci maki hingga membuat dia begitu menderita.
Apakah mungkin aku menyukainya?
Kenapa aku jadi seperti ini?
"Song Mina, bagaimana kabar mu?" Sapa ku dengan perasaan kalang kabut tak dapat di artikan.
"Jae Won, kenapa kau datang ke rumah ku?" Dengan wajah penuh keterkejutan.
"Aku kemari karna ingin meminta maaf padamu," kataku dengan penuh penyesalan.
"Maaf? Apakah kejahatan mu itu pantas untuk di maafkan?" Kini mata nya memerah di penuhi dengan amarah yang tertahan disana.
"Aku tau salahku tidak bisa di maafkan, tapi izinkan aku meminta maaf padamu. Aku tidak akan memintamu untuk memaafkanku." Aku benar- benar menyesali semua perbuatanku padanya, tapi seperti nya dia tak lagi mempercayai ucapan ku.
"Mina_ah, tidak boleh begitu. Jika seseorang sudah meminta maaf, maka maafkanlah. Jangan biarkan hati mu dikuasi oleh dendam dan kedengkian sayang," tutur Nenek yang baru saja datang dari arah dapur.
Mendengar ucapan Nenek, seketika air mata Mina yang sedari tadi tertahan akhirnya tumpah membasahi kedua pipi mulus itu. Ingin rasa nya aku mengusap nya dengan jemari ini. Namun, aku tak kuasa.
"Maafkan dia sayang, ya. dia sudah datang jauh-jauh dari seoul hanya untuk meminta maaf padamu Nak,"
"Tapi Nek_"
"Maafkan sayang, ya,"
"Huuuf baiklah, aku memaafkan mu. Kamu boleh pergi sekarang," Ia berkata sambil mendengus kesal. Tangan nya menunjuk ke arah pintu, memberi isyarat agar aku segera keluar dari rumah ini.
"Terima kasih sudah memaafkanku, kalau begitu aku pergi,"
"Tunggu," panggil Nenek menghentikan langkah ku.
"Menginaplah untuk malam ini, hari sudah petang, Pulanglah besok," pinta Nenek padaku. karna di luar memang sudah gelap.
"Nenek_"
"Terima kasih Nek, saya akan menginap." Aku sengaja memutus kata- kata nya. entah apa yang ada di pikiranku, ingin rasa nya lebih lama bersama nya. Mungkin, sekarang aku mulai serakah dan tamak jika menyangkut gadis yang sekarang sangat membenciku ini.
"Aiiish...terserah," dia mengumpat pelan. Namun, masih terdengar samar-samar di telingaku. kemudian ia melangkah keluar dengan menghentakkan kakinya kesal.
"Mina, apakah kau mengumpat?" Nenek melotot tak percaya. Namun, seperti nya gadis itu tak menghiraukan nya.
Sepeninggal nya Song Mina, Nenek menyuruhku untuk makan malam. Nenek menyuguhkan semangkuk nasi dengan lauk sederhana menu umum khas orang desa.
Selesai mengisi perut, aku meminta izin pada Nenek, menumpang kamar mandi untuk membersihkan diri ini.
Ku guyur seluruh tubuhku dengan air jernih yang sangat begitu menyegarkan.
Ku habiskan beberapa menit untuk merendam diri di sana.
Selesai dari ritual mandiku, Nenek menyuruhku tidur di kamar gadis itu. Karna di rumah ini memang hanya tersedia dua kamar saja.
"Nak Jae Won, kamu tidur di sini ya," Nenek mempersilahkan ku di sebuah kamar mungil. Namun, tertata rapi dan unik dengan dekorasi wallpaper bunga-bunga berwarna pink cerah ala anak gadis.
"Tapi nanti kalo Mina datang gimana Nek?"
"Tidak usah khawatir, nanti Mina bisa tidur sama Nenek. Kamu cepatlah istirahat ya, pasti capek kan setelah menempuh perjalanan jauh." Ucap nya dengan penuh perhatian.
"Iya Nek, terima kasih banyak."
"Iyaa, ya sudah ya, Nenek permisi dulu,"
"Iya Nek."
Wanita tua renta yang kini rambut nya sudah mulai kehilangan rambut hitam nya itupun melangkah, dengan langkah pelan meninggalkan ku di kamar ini.
Rasa letihku mengajak tubuh ini untuk berbaring.
Ku hempaskan tubuh ku ke atas kasur, ku tatap langit-langit kamar, yang dimana ada kupu-kupu hias menempel di plafon, membuat nya terlihat lucu.
Mataku mulai terasa berat, dan akupun terlelap tidur.
Tepat tengah malam, aku terbangun. ku raih ponselku di sebelah bantal, ku lihat ke layar dan menampakkan jam sudah menunjukkan pukul 23:45.
Aku terbangun karena tenggorokan ku terasa kering, aku melangkah keluar, menuju dapur mencari air putih untuk ku siram pada tenggorokan ini.
Dari dapur aku mendengar seperti ada seseorang sedang mengobrol dari arah ruang tamu. Ternyata Nenek sedang bicara lewat telephon. samar-samar aku mendengar percakapan itu, bukan maksud diri untuk menguping, aku hanya tidak sengaja mendengar nya.
"Oh jadi Mina menginap disana, baiklah tidak apa-apa." begitulah sekilas yang ku dengar.
Setelah Nenek menyelesaikan percakapan nya, aku menghampiri Nenek baik hati itu, dan mulai bertanya.
"Maaf Nek, tadi saya tidak sengaja mendengar nya. Apa Mina tidak pulang?" tanya ku penasaran.
"Ah iya, dia menginap di rumah sejeong sahabat nya,"
"Semua salah saya Nek, andai saya tidak menginap, Mina tak akan marah seperti ini," aku menyesal, andai tau akan jadi seperti ini, mungkin tadi aku lebih baik pulang saja.
"Tidak apa- apa, besok dia juga bakalan pulang. sudahlah, jangan terlalu banyak di pikirkan, istirahatlah." Nenek menepuk bahuku pelan, kemudian pergi menuju kamar nya.
To be continued...