"Kamu menangis?" Tanyaku
"Kamu kira ini tidak sakit? Kamu ceroboh sekali Ju young_ah haha hiks hiks!" Dia berkata sembari tertawa bercampur isakan tangis, dan itu membuatku ingin tertawa namun aku tahan.
"Maaf!" Aku membawanya ke kamarku, membatunya duduk di kasur.
"Tunggu disini, aku akan mengambil pelaster di kamar adikku!" Pintaku.
Tak lama kemudian, aku pun datang menghampirinya. Dia masih duduk disana sambil memegangi kening itu.
"Sini biar aku obati!" Ku tempelkan plaster di bagian yang memar.
"Song Mina maaf!" Lanjutku
"Song Mina? Hey, panggil aku Noona. Aku lebih tua darimu! Mengerti."
"Kau lebih tua dariku?" Aku tidak percaya bahwa gadis di depanku ini lebih tua dariku. Karna sosok nya terlihat imut dan mungil.
"Kenapa? Pas kau berpikir kalau aku lebih muda darimu karna aku pendek ya!" dia berkata sambil memanyunkan bibirnya kesal.
"Iya!" Jawabku simple.
"Iya? Woooaaah kau jujur sekali Ju young_ah! Hmmm"
"Kau tidak mau pulang?"
"Hey, kau mengusirku?"
"Iya!"
"Apa? Iya? Aiiiisshh kamu benar-benar bocah menyebalkan!" Gadis itu mendengus kesal.
"Sana pulang! Aku harus pergi bekerja!"
"Woooahh kau benar-benar orang yang sangat berterus terang!. Sana berangkat kerja, biarkan aku disini!"
"Kenapa kau disini? Memangnya kau tak punya rumah."
"Hey. Kau ini. Panggil aku Noona. Jangan kau kau kau terus. Gak sopan!. Sana pergilah bekerja, aku akan menyihir rumahmu. Nanti setelah kau pulang. Kau pasti akan terkejut!"
"Jangan apa-apakan rumahku! Dan pulang sana!" Kataku sambil berlalu pergi meninggalkan gadis itu yang masih duduk santai di ruang tamuku.
"Aiiish kau kasar sekali adik manis," Ucap nya menghentikan langkahku, sembari menggoda ku dengan senyum indah dari wajah cantik nya.
"Pulanglah saja, aku lelah meladenimu,"
"Hush gak boleh bicara seperti itu, sudah sana pergilah bekerja, percayalah padaku, rumahmu akan baik- baik saja," Kata nya meyakinkan ku.
"Terserah." Ujarku sembari melanjutkan langkah yang sempat tertunda.
"Baiklah. Hati- hati di jalan, Noona akan membuat mu senang nanti, percayalah okee." Teriak nya lantang.
Sepulang bekerja, ku lihat rumah sudah tertata sangat rapi, mulai dari halaman, ruang tamu, kamar, dan ruang tengah. Aku terharu melihat semua nya. Teringat masa-masa dulu saat ibu masih hidup. Rumah ini selalu tertata rapi seperti ini setiap hari.
Ku langkahkan kaki menuju dapur, terlihat seorang gadis sedang sibuk dengan sebuah pisau di tangan nya. Memotong sayur mayur disana.
"Kau sudah datang? Bentar ya, aku siapkan makan malam kalian! Adik-adik masih tidur di kamar mereka. Ntar kalo sudah matang kita bangunin mereka!" Dia menoleh ke arahku sekilas, yang kemudiam kembali fokus dengan pekerjaan nya.
"Apa yang kau lakukan pada rumahku?"
"Tadi aku kan sudah bilang, aku akan menyihir rumah ini! Bagaimana menurutmu? Nyaman bukan?"
Aku hanya diam tak menjawab, sambil terus memperhatikan dia sibuk dengan pekerjaan nya.
"Huuuf panas sekali." Katanya sembari tangan nya menyisir rambut-rambut panjang nya, yang kemudian ia angkat bersamaan dan mengikat nya asal dengan sebuah karet yang asal dia ambil di sana.
Entah apa yang terjadi, tiba-tiba jantungku bergetar. Jujur dia terlihat sangat mempesona. Walaupun rambut nya ia ikat secara asal. Namun ia terlihat sangat cantik menawan.
Jujur, ini pertama kalinya aku melihat gadis secantik itu, rasanya sedang melihat seorang bidadari memasak di dapur reotku ini.
"Ju young_ah, bisa kau bantu aku?" Kata-kata nya membuyarkan lamunanku.
"Tolong hidupkan tunku itu untukku!" Dia menyuruhku menghidupkan tunku, karna kebetulan di rumahku memang tidak memiliki kompor. Akupun bergegas mengambil kayu bakar yang ku taruh di luar sana. Dan akupun mulai memasukan kayu-kayu itu ke mulut tunku. Korek ku petik dan menghasilkan sebuah api disana.
Gadis cantik itu duduk di sebelahku. Dan hal itu membuatku gugup. Entah apa yang di pikirkannya, kenapa dia seakan-akan tidak merasa risih di dekat-dekat denganku seperti ini. Padahal aku seorang laki-laki. Apa karna mungkin aku lebih muda darinya? Tapi tetap saja, aku seorang pria.
"Waaah kau pandai! Terima kasih, kamu boleh pergi! Aku akan memasak sekarang." Katanya penuh semangat dengan senyum ceria di bibirnya.
Aku hanya mengangguk dan berlalu pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Hari mulai gelap, adik-adikku pun sudah bangun dari tidurnya. Namun gadis itu tak kunjung keluar dari dapur. Karna penasaran, akupun menghampirinya, ku lihat dari pintu, dia sedang duduk di depan tunku. Dia meniup mulut tunku yang kini apinya telah mati. Ku lihat dia juga sesekali batuk karna terkena asap.
Akupun menghampirinya.
"Ah, Ju young_ah, Uhuk apinya mati Uhuk!" Dia bangkit kemudian melihat ke arahku sambil terbatuk batuk.
Aku tersenyum saat mendapati di pipinya ada coretan hitam. Mungkin terkena arang di tunku itu.
"Kau tersenyum? Kenapa?" Tanyanya bingung.
Aku memberi isyarat dengan menunjuk pipiku sendiri dengan telunjuk jariku.
Diapun mulai meraba-raba wajahnya sendiri, namun coretan hitam itu semakin melebar hingga merambat ke bibirnya.
Dia melihat tangan nya sendiri yang kini penuh dengan noda hitam itu.
"Haiiiiiisssh..." dia mendengus kesal yang kemudian berlari menuju kamar mandi.
Setelah beberapa saat, akhirnya dia menyelesaikan masakan nya. Karna tadi aku menghidupkan tunku nya kembali. Kamipun berkumpul untuk makan malam bersama .
"Kenapa kakak baik sekali pada kami? Kakak pacaran sama kak Ju young ya?" Kata salah satu adikku yang berusia 10 tahun.
"Pacaran? Tidak lah! Kakak baik karna kakak sudah anggap kalian ber empat seperti adik kakak sendiri!" Jawabnya dengan penuh senyum ketulusan.
"Kami ber empat? Bukan nya kak Ju young lebih tua dari kak Mina?"
"Siapa bilang? Kalian harus tau, kak Mina ini yang paling tua di antara kalian semua. Jadi harus hormat ya sama kak Mina!. Terutama kamu Hwang Ju young!" Dia menunjuk ke arahku dengan memicingkan matanya, pertanda memberi suatu peringatan.
"Memangnya setua apa sih kakak? Berapa usia kak Mina?"
"Usia kakak? Coba tebak. Dibawah 20, di atas 15." Dia sangat pandai membuat suasana hati adik-adikku senang dengan kata-kata konyolnya.
"16 tahun!" Jawab adikku Hwang Do Young yang berusia 10 tahun, laki-laki.
"Emmm!" Gadis itu menggeleng-gelengkan kepala nya. Pertanda jawaban Do young salah.
"18 Tahun!" Jawab adikku Hwang Hee Young, yang usia nya 8 tahun, perempuan.
"Eemmm salah!"
"17 tahun!" Jawab Hwang Hye Young, kembaran Hee Young. Yang usia nya juga 8 tahun. Perempuan.
"Binggooo!" Gadis itu mengacungkan jempol nya. Pertanda jawaban yang benar.
"Yeeey aku menang!" Teriak adik bungsuku kegirangan.
"Hadiah nya besok ya!" Serunya menjanjikan sebuah hadiah.
"Aku dapat hadiah?"
"Tentu!. Kalau begitu mari kita makan. Nanti keburu dingin!." Kamipun mulai menyantap makanan yang amat lezat itu.
Bersambung...