Kenapa kamu malu?" Tanyaku masih tetap dengan senyuman. Ku lihat wajahnya sudah sangat memerah sampai ke telinganya.
"Apa kamu tidak malu? Bagaimana mungkin kamu bisa bersikap biasa saja saat hal itu terjadi ?"
"Lalu aku harus bersikap bagaimana? Aku mencium wanita yang ku suka, Itu hal wajar."
"Hey, bagaimana mungkin sebuah ciuman itu hal wajar bagimu."
"Apa ini ciuman pertamamu?" Mendengar pertanyaan ku, gadis itu mengangguk pelan. Namun tiba-tiba ia menggeleng, dan menggangguk lagi. Saat itupun tawaku lepas. Aku tau itu adalah ciuman pertama nya. Namun dia bingung harus menjawab apa.
"Hahahaahaaaa" aku tertawa, hingga perutku sakit, dan wajah ku memerah.
"Hey Seok Hoon_ah. Berhentilah!" Dia memasang wajah cemberut dengan memajukan bibirnya yang membuat wajahnya semakin imut.
"Ok. Ok aku berhenti tertawa! Jadi benarkah itu ciuman pertamamu?" Tanyaku dengan serius. Dan ia hanya menggangguk pelan.
"Sebenarnya aku sudah pernah berciuman sebelumnya, jadi aku tidak gugup lagi saat menciummu kemarin. Karna kemarin adalah ciuman kedua kalinya bagiku!" Aku tersenyum menggodanya, berharap ia cemburu dengan kata-kata ku.
"Siapa?" Dia penasaran. Aku kembali tersenyum, sepertinya dia mulai kepo.
"Apa aku harus memberitahumu?" Godaku.
"Tidak perlu! Lagian tidak penting! Aku kembali dulu, aku harus bekerja!" sepertinya aku berhasil membuatnya cemburu. Dia tampak kesal.
Dia mulai melangkah menjauhiku.
"Gadis yang ku cium, saat ciuman pertamaku adalah kamu Song Mina!" Teriakanku membuatnya berhenti melangkah. Akupun menghampirinya.
"Itu kamu!" Kataku lembut, sambil memegang kedua bahunya.
"Maksudmu?" Dia kebingungan.
"Apa kau ingat? Saat kau ingin mengakhiri hidupmu di sungai Han?"
"Iya aku ingat!"
"Kau tahu, kau sangat sulit di sadarkan!"
"Lalu?"
"Maaf! Disana aku mengambil ciuman itu!"
"Hey, jangan ngacok!"
"Aku memberimu nafas buatan! Bibir kita menyatu saat itu!"
"Aiiiish apa itu bisa di sebut ciuman?"
"Tentu itu ciuman!"
"Tidak! Saat itu aku tidak sadar! Itu bukan ciuman!"
"Jadi yang bisa di sebut ciuman itu bagaimana?" Kata-kataku membuatnya kembali terbungkam.
Aku menatapnya sayu, dengan mendekatkan wajah ini dengan wajahnya. Aku menunduk mengimbangi tubuh mungilnya.
"Apa seperti ini?" Ku kecup bibir mungil nya singkat. Dia membulatkan mata indah itu, wajahnya kembali memerah.
"Seok_Seok Hoon_ah! HEY YOON SEOK HOON!" Dia berteriak histeris menyebut namaku, aku hanya menjawab dengan sebuah senyuman.
"Maaf! Ku mohon jadilah kekasihku! Aku berjanji akan melindungimu! Aku akan membahagiakanmu Mina_ah!" Ku genggam kedua tangan nya, ku tatap matanya dalam. Dia juga menatap mataku.
"Aku takut!"
"Takut kenapa Mina?"
"Aku trauma jika harus bertemu atau berhubungan dengan mereka lagi! Terutama adikmu Yoon Inna!" Mata nya mulai berkaca-kaca, dia selalu menangis saat membicarakan masa lalu itu. Aku mengerti, karna mereka hidupnya hancur. Dan dia kehilangan ibunya.
"Jangan takut! Ada aku disisimu! Mereka tidak akan berani macam-macam padamu lagi! Aku tak akan membiarkan itu terjadi untuk yang ke dua kalinya!"
"Tapi aku_"
"Percayalah padaku Song Mina! Aku akan melindungimu! Aku tak akan membiarkan siapapun menyentuhmu!"
Seketika air matanya tumpah, dia duduk memeluk lututnya.
"Kenapa kamu menangis?"
"Apa kau sungguh akan melindungiku?" Tanyanya dengan deraian air mata
"Iya, tentu Mina_ah!"
"Aku takut kamu juga sama seperti ayah dan ibuku! Mereka selalu bilang akan melindungiku hingga akhir! Tapi nyatanya mereka malah pergi meninggalkanku! hiks hiks hiks."
"Aku tidak akan meninggalkanmu! Tolong izinkan aku menjadi pengganti orang tuamu! Izinkan aku mencintai, menyayangi, melindungi dan membahagiakanmu!" Kata-kataku bersamaan dengan turun nya air hujan... dia memandangku dengan tatapan sayu, matanya merah dan bengkak karna tangisan nya. Air hujan mulai deras membasahi kami berdua.
"Apakah kamu benar bisa melindungiku?" Tanyanya dengan suara yang mulai serak.
"Aku bisa! Aku akan menebus kesalahan masa lalu itu! Izinkan aku Mina_ah" dia hanya mengangguk pelan.
"Maukan kau menjadi kekasihku?" Tanyaku lagi. Dan dia lagi-lagi menjawabku hanya dengan anggukan kecil. Aku sangat bahagia. Dia membalas perasaanku.
Ku tatap matanya yang merah dan bengkak itu, ku sentuh pipi mulusnya dengan tangan kananku, tangan kiriku menarik pinggangnya. Agar mendekat padaku. Perlahan ku dekati wajahnya, dan akupun kembali menyatukan bibir kami. Dia hanya diam, pertanda dia menerima ciuman ini. Kami mulai memejamkan mata, dan tenggelam dalam suasana romantis.
Di bawah hujan yang begitu derasnya, kami berciuman, dan menumpahkan semua rasa rindu yang kian mendalam.
________________
3 hari telah berlalu. Semenjak kami jadian, aku meminta gadisku yang mengantar makanan untukku. Aku meminta dua hanya melayaniku saja.
Malampun tiba, sudah waktunya dia datang mengantar makananku.
Ku hitung sampai tiga. Dan betul saja, dia sudah membunyikan bel kamarku. Pdahal aku sudah memberitahukan dia sandi kamarku. Namun dia tak pernah memakainya, dia selalu menekan bel dan memintaku untuk membukakan pintu.
Akupun bergegas membuka pintu dan mempersilahkan nya masuk.
"Seok Hoon_ah, ini menu yang kau pesan tadi! Entah sesuai seleramu atau tidak!"
"Simpan saja di situ! Dan kemarilah!" Pintaku, sambil menepuk sebelah sofa yang ku duduki.
"Aku buru-buru, masih banyak pekerjaan disana!"
"Bukankan mereka sudah bilang, tugasmu skrng hanya melayaniku!"
"Jangan se enak nya begitu!"
"Besok akhir pekan sudah berakhir, tidak bisakah kau habiskan malam ini bersamaku?"
"Hey, apa maksudmu! Jangan macam-macam deh!"
Akupun bergegas dari duduku, dan menuju tempat tidurku! Ku baringkan tubuh kekarku di ranjang, dan berpura-pura menutup mata.
Dia mulai melangkah menuju pintu, sambil memanyunkan bibir imutnya. Dia tidak tahu, bahwa aku sudah mengunci pintu itu dengan otomatis. Yaitu dengan remote. Sekarang apa-apa memang sudah canggih.
"Hey, kenapa pintunya terkunci?"
"Entah!" Jawabku simple
"Bukain dong!"
"Tidak! Aku ngantuk!"
"Seok Hoon_ah, jangan main-main!" Ku lihat dia menghampiriku dengan wajah cemberut kesal.
Dia memukul-mukul lenganku, aku pura-pura tak menanggapinya. Sampai diapun menarik tanganku, agar aku bangkit membukakan pintu untuknya. Namun karna tenaganya yang lemah. Akhirnya malah dia yang terjatuh ke ranjangku, karna tadu sedikit ku tarik saat dia mencoba menarikku tadi.
Dengan cepat ku bawa tubuh mungilnya dalam pelukanku, ku peluk dia dengan erat, seperti saat ku memeluk bantal guling. Dia memberontak memukuli dada bidang ini. Namun tak ku hiraukan.
"Tetaplah begini sampai pagi!" Kataku sambil memejamkan mata.
"Bagaimana bisa? Apa yang akan orang pikirkan nanti?"
"Masa bodoh apa kata orang! Tetaplah bersamaku hingga pagi! Itu perintahku!" Ku cium kening nya, dan akupun mulai terlelap dengan tetap memeluk nya. Beberapa saat kemudian ku lihat dia telah tertidur pulas dalam pelukanku. Ku pandangi wajah cantik imut itu. Damai rasanya. Ingin sekali waktu berhenti saat ini.
Tak lama kemudian, akupun mulai tertidur lagi...
Bersambung...