( PERAWAN CINTA)
Akhirnya Thamus dan aku memutuskan untuk menginap di rumah ayahku untuk menyelesaikan masalah yang di alami ayah dan Rafaela. Semenjak bertengkar dengan Rafaela, Ayahku memutuskan untuk pisah ranjang. Dan tidur di kamar yang lain. Sedangkan Rafaela masih tidur di kamarnya. Pagi hari di ruangan meja makan. Aku,ibu, Thamus dan Rafaela sedang sarapan bersama. Ayahku sudah rapi dan bersiap untuk pergi dari rumah lagi.
" Pagi ayah!! Kita sarapan bareng yuk!!" Ujarku sambil menghampiri ayahku.
" Pagi juga sayang!! Kapan kesini?! Kok enggak ngabarin ayah sih?! Ya udah kalian lanjutkan aja. Ayah sarapan bareng rekan bisnis ayah. Udah telat nih" ujar Ayahku.
" Aku kemarin kesini. Tapi ayah lagi keluar main golf bareng rekan bisnis ayah. Emang ayah enggak kangen sama Sulthan?!" tanyaku sambil menarik tangannya ayahku dan mempersilahkan duduk di meja makan.
" Ayah kangen. Tapi kan nanti sore bisa melihat lagi Sulthan" ujar ayahku berbohong.
" Aku tahu kalo ayah sedang berbohong. Kan aku kenal ayah sudah lama sekali. Ayo ayah duduk bersama kita. Aku kan jarang main ke rumah ayah. Masa ayah tega banget sih ninggalin aku di rumah. Kan Sulthan pengen banget main sama kakeknya" Ujarku merayu.
" Ampun deh ayah kalo kamu sudah memaksa begini" ujar ayahku menyerah dengan sikapku.
" Aku ambilkan sarapan ya mas" ujar ibuku memberikan sepiring nasi goreng kesukaan ayahku.
" Nah ayah harus sarapan dahulu. Soalnya ada hal penting yang harus aku dan Thamus bicarakan sama ayah" Ujarku tersenyum.
" Cerita saja sambil ayah sarapan" ujar ayahku.
" Enggak boleh. Kan ayah sering bilang kalo ada hal penting tidak boleh di bicarakan saat sedang makan ataupun saat sedang sibuk kerja" Ujarku mengingatkan.
" Oke. siap. Beneran kamu mau tungguin ayah selesai sarapan?!" tanya ayahku.
" Iya aku tungguin. Lagian aku mau mandiin Sulthan dulu terus kelonin Sulthan juga biar gak terlalu lama nungguin ayah lagi sarapan" Ujarku sambil bergegas ke kamar sambil mandiin Sulthan dan menidurkan nya.
Dua puluh menit kemudian setelah aku selesai mandiiin Sulthan dan menidurkan Sulthan. Akupun langsung menghampiri ayah, Thamus,ibuku dan Rafaela yang telah berada di ruang tamu sambil menunggu kedatangan aku.
" Ayah udah siap sama yang akan aku bicarakan dengan ayah. Dan mereka semua bakalan jadi saksi pembicaraan kita!!" Ujarku tersenyum.
" Iya siap. Memang apa yang akan kalian bicarakan dengan ayah?!" ujar ayahku sambil minum secangkir kopi hitam manis yang panas.
" Oke. Aku mulai ya. Kata ibu,ayah udah mengajukan gugatan perceraian dengan Rafaela ke pengadilan?!" tanyaku tegas.
" Iya. Ayah sudah menggugat cerai ke pengadilan. Tinggal nanti Rafaela menerima surat gugatan perceraian dari pengadilan yang telah ayah laporkan" ujar ayahku tegas.
" Apa alasan ayah bisa melakukan hal itu?!" tanya Thamus.
" Karena ayah selama ini telah di bohongi oleh ucapan dan wajah cantiknya Rafaela. Dia telah berbohong kepada ayah soal kehamilan anak pertamanya. Dia bilang kalo ayahlah yang telah menghamilinya. Padahal itu anak dari mantan suaminya. Dia berbohong karena ingin Harta dari ayah" ujar ayahku kesal.
" Maafkan aku mas. Udah bohong selama ini sama kamu. Aku tak bermaksud begitu. Aku melakukan hal itu. Karena untuk membayar hutang judi suamiku. Makanya setelah membuat kamu mencintai aku. Dan aku memutuskan untuk tak lagi membayar hutang mantan suamiku. Aku sering mengalami kekerasan dalam rumah tangga juga. Yang parah mantan suamiku pernah menjual aku untuk melayani hidung belang bila suamiku tak bisa membayar kalah judinya" ujar Rafaela menangis.
" Ayah dengar sendiri kan semua alasan Rafaela?! Dia mengakui kesalahannya sama ayah. Masa ayah enggak bisa memaafkannya?! Kan yah terpenting ayah sudah menolong nya untuk keluar dari penyiksaan tiap hari Rafaela dari mantan suaminya" ujar Thamus menyindir.
" Ah tetep aja. Ayah enggak bisa memaafkannya. Karena kan kamu tahu ayah paling benci di bohongin. Apalagi sama istri ayah sendiri!!" ujar ayahku emosi.
" Ayah , pernah enggak berpikir kalo ucapan ayah itu bohong. Buktinya ayah juga tega bohongi ibu untuk menikahi Rafaela?! Terus apa bedanya ayah sama Rafaela?! Sama-sama tukang bohong kan?!" ucapku menyindir.
" Tetep ada bedanya lah. Ayah bohongi ibu telah berselingkuh dengan Rafaela karena ayah kepincut dengan tubuh dan wajah cantiknya Rafaela. Tapi malah ayah juga kena di bohongi oleh Rafaela" ujar ayah sedih.
" Itu karma buat ayah dari setiap tangisan ibu selama ini. Meskipun ibu mendoakan ayah bahagia terus dengan Rafaela. Tapi Allah menjawab semua doanya dengan kejadian seperti ini" Ujarku kesal.
Kamipun menahan ayahku untuk pergi dari rumah. Dan menyelesaikan masalah secara musyawarah terbuka.
" Ayah,bilang kesal karena Rafaela telah membohongi ayah Karena kehamilan. Aku juga mengalami hal tersebut. Dengan kasus yang sama. Aku juga telah di bohongi oleh Lolita soal kehamilan nya. Ternyata sebelum pacaran dengan aku. Lolita telah hamil dengan mantan pacarnya. Yang ternyata mantan pacarnya itu adalah suami dari sepupu aku,ayah!!" ujar Thamus berkata jujur.
" Astaghfirullah!! Apa benar seperti itu sayang?! " tanya ayahku kepadaku.
" Iya ayah. Saat aku pindah ke malang untuk membantu bibi Imah berjualan. Aku bertemu dan berkenalan dengan mas Valir dan mba miya. Dan Miya merupakan sepupu dari mas Thamus. Dan mas Valir adalah suami dari miya. Aku tergoda dan terkena rayuan maut dari mas Valir. Akhirnya kami berselingkuh di belakang mbak Miya. Kami telah sering melakukan hubungan intim berdua di rumahnya mas Valir di Malang" Ujarku menangis.
" Ya Allah nak Thamus. Kamu suami hebat yang bisa Nerima kekurangan Lolita" ujar ibuku menangis sambil memelukku.
" Saat bibi Imah meninggal. Mas Valir yang selalu menemaniku aku saat bersedih. Dan apesnya waktu itu setelah kematian bibi Imah. Kami melakukan hubungan intim dan telah di pergoki oleh mba miya. Dan Miya mengancam untuk cerai. Makanya mas Valir memutuskan hubungan aku. " Ujarku masih menagis.
" Terus tahunya kamu hamil gimana?!" tanya Rafaela.
" Setelah putus dari mas Valir. Aku memutuskan untuk meninggalkan rumah bibi Imah di malang dan kembali ke Jakarta. Sebulan di Jakarta aku merasa mual dan muntah terus. Akhirnya aku beranikan diri membeli testpack dan hasilnya dua garis merah yang artinya aku positif hamil. Awalnya pas tahu aku hamil. Aku mau pindah lagi ke Malang agar ayah dan ibu tak tahu aku hamil di luar nikah" Ujarku bersedih.
" Dan setelah itu aku datang mengajak balikan dengan Lolita. Yang awalnya aku di tolak terus sama Lolita. Nah pas ayah dan ayahku mau menjodohkan aku dengan Lolita betapa senangnya hatiku bisa memiliki wanita pujaan aku" ujar Thamus.
" Iya setelah aku dan Thamus berpacaran menuju pernikahan. Aku dan Thamus melakukan hubungan intim di rumahnya Thamus. Sebulan sebelum acara pernikahan. Aku memberitahu mas Thamus bahwa aku hamil. Dan mas Thamus nampak bahagia mendengar aku hamil karena anak dalam kandungan aku adalah darah dagingnya. Tapi kenyataannya bukan darah daging mas Thamus" Ujarku bersedih.
" Nah pas mau mendekati lahiran. Miya dan mas Valir pindah dekat rumahku. Awalnya aku mau kenalkan Lolita dengan sepupu aku. Tapi malah berujung kehancuran buat aku dan Lolita. Miya menceritakan semua kejadian yang telah terjadi di antara Lolita dan mas Valir itu membuat aku sakit hati, kecewa dan marah pada Lolita" ujar Thamus.
" Setelah kejadian tersebut. Mas Thamus marah dan bersikap dingin kepadaku Selama sebulan aku tidur di ranjang berdua dengan Thamus tapi tanpa bertegur sapa. Jadi aku memutuskan untuk lahiran di malang dan mengurus Sulthan sendiri. Dan aku niatnya untuk hidup di malang berdua dengan Sulthan" Ujarku.
" Dan malam harinya setelah aku pulang kerja menanyakan kabar Lolita. Tapi bibi Ijah memberitahu aku bahwa Lolita pergi tanpa bilang kemana dengan membawa tas dan koper dalam keadaan hamil besar dan hujan deras serta angin juga petir. Juga saat Lolita memberikan sepucuk surat dan bilang akan membesarkan Sulthan sendiri saja tanpa ada aku. Membuat aku sadar bahwa Lolita sangat mencintai aku bukan cinta mas valir" Ujar Thamus.
" Aku ke Malang untuk berziarah ke makam bibi Imah sekaligus menempati rumah bibi Imah" ujar ku.
" Inget gak ayah. Waktu pagi aku minta alamat rumahnya bibi Imah sama ayah?!" ujar Thamus.
" Iya ayah ingat pas sarapan kamu buru-buru pergi. Bilangnya mau jemput Lolita karena abis berantem katanya" ujar ayahku.
" Iya aku marah karena tahu semua bukan dari mulut Lolita tapi dari miya. Akhirnya aku sadar kalo Lolita sudah move on dari masa lalunya. Dan aku akan berikan dia kesempatan lagi untuk membuat kehidupan rumah tangga kami jauh lebih harmonis" ujar Thamus.
" Masa ayah tak bisa seperti mas Thamus yang memaafkan Rafaela?!" tanya aku.
" Aku bisa memaafkan Lolita dan memberikan kesempatan lagi. harusnya ayah juga bisa" ujar Thamus.
" Ayolah ayah maafkan Rafaela. Cabut gugatan cerai nya. Masa ayah tega sama Rafaela. Dia punya anak masih kecil. Udah gitu kalo ayah bercerai dengan Rafaela. Dia mau cari nafkah gimana?! masa ayah tega sama Rafaela yang bekerja lagi nanti jadi penyanyi cafe?! Anak masih kecil-kecil. Dan siapa yang mengurus anaknya?! " Ujarku menyindir.
" Iya mas. jangan bercerai ya demi anak-anak kamu. Dan juga demi aku" ujar ibuku.
Dan ayahku terdiam sambil merenungi ucapan juga cerita aku dengan Thamus. Dan akhirnya ayahku Membuat keputusan.
"Terimakasih sudah menyadarkan ayah. Maafkan segala kesalahan ayah selama ini sama kamu dan ibu kamu. Terimakasih buat ibu yang selama ini setia mendampingi ayah dari bukan siapa-siapa menjadi sukses " ujar ayahku sambil memeluk Ibuku.
" Alhamdulillah. akhirnya aku ikut senang kalo ayah berbaikan lagi dengan ibu dan Rafaela. Tugas aku dan Thamus telah selesai. Karena telah membuat ayah dan Rafaela rujuk." Ujarku bahagia.
" Iya makasih ya kamu dan Thamus atas nasihat dan cerita hidup kalian yang ayah baru tahu" ujar ayah sambil memeluk aku dan Thamus.
" Terimakasih atas bantuannya ya Lolita. Telah membuat ayah kamu sadar dan mencabut gugatan perceraian di pengadilan" ujar Rafaela berterima kasih kepada aku dan Thamus.
" Iya sama-sama. Kan kita keluarga harus saling bantu" Ujarku tersenyum.
" Makasih ya sayang. sudah menyadarkan ayahmu untuk tidak bercerai. Ibu bahagia" ujar ibuku.
" Iya sama-sama wanita tangguh ku. Yang super sabar banget mendampingi ayah" Ujarku sambil memeluk ibuku.
" Nah kan sudah berbaikan semuanya. Jadi jangan nangis atau bersedih lagi ya. Kalo ada masalah wajib di musyawarah kan bersama.oke!!" ujar Thamus.
Dan obrolan kami berlanjut hingga makan malam. Dan setelah makan malam aku dan Thamus pulang ke rumah. Dan esok harinya ayahku ke pengadilan agama untuk mencabut laporannya soal gugatan perceraian dengan Rafaela.