Chereads / Perawan Cinta / Chapter 36 - BAB 36. KAMU BUKAN PILIHAN HATIKU

Chapter 36 - BAB 36. KAMU BUKAN PILIHAN HATIKU

( PERAWAN CINTA)

Setelah Sulthan kembali lagi ke pelukan aku dan Thamus. Kini kami lebih waspada terhadap orang yang masuk ke rumah kami. Tak hanya cctv saja yang kami pasang. Tapi kini Thamus mempekerjakan satpam rumah untuk berjaga di rumah kami secara bergantian. Untuk mengantisipasi kejadian yang tak di inginkan terjadi lagi.

" Assalamualaikum sayang!! Kamu lagi apa dan lagi Dimana?!" ujar ibuku lewat telepon.

" Wa alaikum salam Bu. Aku lagi kelonin Sulthan di rumah. Ada apa ya?!" tanyaku.

" Bisa ke rumah enggak?! Ada yang ingin ayah dan bunda ceritakan sama kamu. Tapi lebih enaknya kamu juga ajak Thamus kesini biar kita bisa rembukan" ujar Ibuku.

" Iya nanti aku kesana nunggu mas Thamus balik kerja ya bu" Ujarku.

" Oh ya udah. Ibu tunggu kalian di rumah karena sangat urgent nih" ujar Ibu aku sambil menutup panggilan telponnya.

Dan tak lama kemudian mas Thamus baru balik pulang kerja. Wajahnya terlihat lelah sekali. Mas Thamus langsung mandi sebelum bertemu Sulthan. Setelah mandi dan berganti pakaian Thamus menghampiri aku dan sultan di ruang tamu.

" Hari ini kamu terlihat lelah banget mas" Ujarku sambil menggendong Sulthan.

" Iya sayang. Hari ini kerjaan aku capek dan banyak banget. Jadinya aku kelelahan" ujar mas Thamus sambil duduk di sampingku.

" Oh kamu capek ya. Ya udah nanti aku telpon ibuku untuk tidak jadi ke rumah Karena kamu terlalu kelelahan bekerja" Ujarku.

" Memang ada apa ya?! Sampai ibu kamu menyuruh main ke rumah" ujar Thamus.

" Aku juga tidak ngerti. Tahu-tahu tadi telpon aku bilang nyuruh aku dan kamu kerumah ayahku mau ada yang di bicarakan. Katanya hal penting gak bisa di bicarakan lewat handphone karena urgent dan perlu rembukan sama kita"Ujarku menjelaskan.

" Wah berarti urgent banget itu sampai ayah dan ibu kamu nyuruh kita ke rumah dan tak mau di bicarakan lewat telepon. Pasti ada yang mereka ingin bicarakan. Dan mereka pasti sudah menunggu kehadiran kita" ujar Thamus.

" Terus kita harus gimana dong?!" Ujarku bingung.

" Ya mau gimana lagi?! Kita ya harus ke rumah ayah kamu. Ya udah kamu siap-siap. Kita pergi sekarang ke rumah ayah kamu" ujar Thamus memberikan perintah.

" Iya siap. Kamu gendong Sulthan dulu ya. Aku ganti baju Sebentar gak pakai lama. Dan tanpa make up" Ujarku sambil lari terburu-buru.

Dan sepuluh menit kemudian setelah aku berganti baju. Kami langsung on the way menuju rumah ayahku. Dan Tiga puluh menit perjalanan dari rumah Thamus ke rumah ayahku. Sesampainya di rumah Ayahku terlihat ayah dan ibuku sedang menangis tersedu-sedu saat aku dan Thamus datang.

" Assalamualaikum. Kami datang" ujar Thamus memberikan salam.

" Waalaikum salam" jawab ayah dan ibuku kompak.

" Kok pada nangis sih?! Ada masalah apa?!" tanyaku penasaran.

" Ayah dan ibu sedang bersedih makanya nyuruh kalian kesini" ujar Ayahku.

" Kalo boleh tahu sedih kenapa ya?!" tanyaku penasaran.

" Rafaela telah di culik" ujar ibuku menangis.

" Apa?!! Di culik kok bisa?! Coba ceritakan kronologi kejadian nya?!" tanya Thamus.

" Iya jadi kejadiannya tadi siang sehabis belanja bulanan di supermarket terdekat. Tiba-tiba supir ayah di pukul oleh seseorang. Dan mobil ayah di bawa kabur bersama dengan Rafaela di dalamnya. " ujar ayahku.

" Terus ayah udah coba lacak keberadaan Rafaela?!" tanya Thamus.

" Belum. Karena ayah juga baru di berikan kabar oleh ibumu karena seharian ayah meeting dan rapat bisnis dengan rekan bisnis ayah. Jadi jam segini ayah baru buka handphone" ujar ayahku.

" Keadaan Supir ayah gimana?!" tanyaku penasaran.

" Supir mengalami luka di kepalanya sedikit. Tapi sudah di bawa ke klinik. Dan terakhir nomer handphone Rafaela di hubungi sudah tak aktif setelah penculikan terjadi" ujar ibuku.

" Ya udah. Ayah dan ibu coba untuk tenang,sabar dan rileks ya. Saya akan kasih solusinya. Coba ayah kirimkan nomer handphone biar aku suruh teman aku melacak lewat nomer handphone dan nomor mobil ayah biar kita bisa tahu tentang keberadaan Rafaela" ujar Thamus memberitahu.

" Iya sudah ayah kirimkan nomer Rafaela dan nomer mobil ayah lewat WhatsApp ya" ujar ayah ku.

" Iya aku sedang mencoba minta tolong temanku melacak keberadaan Rafaela lewat nomer handphone dan nomor mobilnya ayah" ujar Thamus fokus.

Dan tiga puluh menit kemudian. Thamus mendapatkan balasan dari temannya tentang keberadaan Rafaela.

" Wah Rafaela lagi di daerah Bandung nih. Temen aku udah ngasih lokasi. Aku perlu cek kebenaran lokasinya nih" ujar Thamus memberitahu.

" Kok kamu ngerti hal seperti ini sih?!" tanya ayahku.

" Kan belum lama aku juga mengalami hal yang sama. Sulthan kemarin di culik oleh mas Valir dan di bawa pergi ke Malang. Ke rumah lamanya mas Valir" ujar Thamus menjelaskan.

" Ya Allah. Jahat banget mas Valir sama kamu dan Lolita" ujar ibuku.

" Dan aku minta bantuan temen aku juga lewat handphone dan kendaraan mobilnya mas Valir. Jadi tahu keberadaan nya mas Valir. Dan pas aku tanya miya. Dia membenarkan bahwa mas Valir di rumah membawa anak bayi yaitu Sulthan." ujar Thamus memberitahu.

" Alhamdulillah ya nak Thamus. Istrinya mas Valir baik hati. Menolong kamu untuk membawa kembali Sulthan ke rumah" ujar Ayahku.

" Iya Alhamdulillah. Dan aku berharap juga bisa menemukan Rafaela juga berkat bantuan teman aku. Tapi masalah nya ini sudah larut malam. Aku tak bisa mencari lokasi keberadaan Rafaela malam hari. Mungkin esok pagi baru aku bisa mencari keberadaan Rafaela" ujar Thamus.

" Ayah takut Rafaela kenapa-kenapa di luar sana!!" ujar ayahku cemas.

" Tapi yang di culik Rafaela doang atau sama anak-anak?!" tanyaku penasaran.

" Yang di culik Rafaela saja. Soalnya kejadian nya terjadi setelah Rafaela menidurkan anak-anaknya terus titip anaknya ke ibu. Dan tak lama kemudian supir pribadi ayahmu datang dengan kepala berdarah abis di jahit karena kena benda tumpul di kepalanya" ujar ibuku menjelaskan.

" Owh Begitu. Alhamdulillah kalo anak-anak di rumah. Tapi ya kasihan juga Rafaela di culik sama mobilnya ayah" Ujarku.

" Kalo menurut aku sih ini penculik sudah menguntit kegiatan aktivitas Rafaela. Buktinya dia tahu kalo Rafaela kalo belanja bulanan sendirian" ujar Thamus.

" Iya benar juga sih. Kalo penculik gak tahu kehidupan Rafaela pasti ambil mobil aja. Enggak pakai nyulik Rafaela juga" Ujarku berpikir keras.

" Aku juga sedang minta tolong temen aku buat ngasih tahu jalur perjalanan menuju lokasi keberadaan Rafaela dengan jarak tempuh yang cepat. Agar kita bisa menemukan keberadaan Rafaela" ujar Thamus.

" Besok ayah ikut kamu ya. Ayah akan ikut bersama kamu buat menjemput Rafaela pulang ke rumah ini" ujar ayahku khawatir.

" Terus kerjaan dan bisnis ayah Gimana?!" tanya Ibuku.

" Itu sudah ada asisten ayah. Ayah sudah konfirmasi ke asisten ayah untuk cuti beberapa hari. Ayah enggak bilang Rafaela di culik. Tapi ayah bilang ke asisten ayah mau istirahat dari kerjaan selama beberapa hari saja" ujar Ayahku menjelaskan.

" Biar ayah fokus dan cemas menunggu di rumah ya. Makanya pengen ikut sama aku ya yah" ujar Thamus.

" Iya benar. Ayah pengen buktiin ke Rafaela kalo cinta dan sayang ayah ke dia sangat besar" ujar ayahku.

Setelah panjang kali lebar mengobrol bersama. Aku dan Thamus memutuskan untuk menginap di rumah ayah. Sedangkan Thamus mengajukan cuti mendadak lagi untuk menemani ayahku mencari keberadaan Rafaela yang kini telah di culik.