Chereads / SILVER TIME / Chapter 11 - Karena Hujan Bagian 2

Chapter 11 - Karena Hujan Bagian 2

BRUUUK!!

Aku terjatuh cukup keras ... AKU PINGSAN!!

Ternyata, aku pingsan tepat di depan Raka.

Raka telah melihat aku yang pingsan dengan sikap memalukannya di depannya, dia terkejut dengan sedikit membelalakkan matanya dan membuka mulutnya lalu meraih tubuhku.

Ini pasti, karena hujan kemarin ....

________

Hari itu Lidya bilang padaku saat aku tersadar dan tahu-tahu aku sudah di brankar rumah sakit umum Haryoto. Bau-bau obat yang sedikit menyengat di ruangan itu, aku merasakannya ....

Ini cerita dari Lidya:

Beberapa orang mengerubungiku ketika aku pingsan secara tiba-tiba di depan papan tulis, lalu tepat di belakangku, seseorang yang duduk di kursi paling depan adalah Raka.

Raka cukup terkejut melihatku terjatuh dengan membuka sedikit mulutnya, kemudian dia beranjak dari kursinya dan meraih tubuhku, tepatnya meraih kepalaku agar tidak terbentur keras ke lantai.

Raka segera membopongku ke ruang UKS di temani Lidya yang menyusulnya di belakang Raka membawa minyak kayu putih. Lidya tadinya memberikanku aroma kayu putih namun aku cukup lama tidak tersadar.

Ya, aku benar-benar pingsan.

Aku pingsan cukup lama, jika 30 menit aku tidak sadar, mereka meminta dosen yang memiliki mobil untuk membawaku ke rumah sakit.

Aku benar-benar dibawa ke rumah sakit Haryoto dan digeledek di brankar. Begitu sampai ruangan, dokter di sana segera memeriksaku.

Orang-orang yang menemaniku waktu itu Lidya, Raka dan Sarah.

Dokter memeriksaku dan memberikan sejumlah selang oksigen kecil, dokter menjelaskan pada teman-temanku bahwa aku pingsan biasa dan tidak begitu parah.

****

Sudah 1 jam pun, aku belum terbangun.

Teman-teman mulai bingung. Lidya memfotoku yang tengah terbaring lemas di ranjang rumah sakit ini dan mempostingnya untuk meminta doa pada teman-teman yang ada di kampus agar aku segera tersadar.

Tapi, bukankah itu agak mengganggu pelajaran?

"...."

Beberapa menit kemudian ....

Mungkin kuliahnya sudah selesai ....

Aku mulai merasakan beberapa udara di sini, bau-bau obat ..., aku membuka mataku pelan-pelan. Dikala itu, aku masih setengah sadar. Tangan kiriku tak sengaja menggenggam tangan Raka dengan erat (kukira tangan ibuku di dekatku). Aku melanjutkan tidurku karena kepalaku cukup berat, nafasku sudah normal dan dokter yang menemaniku di sana segera melepas selang oksigenku.

Namun, aku ....

Sementara tangan Raka yang sudah aku genggam ini tak bisa begitu saja kulepaskan, Lidya dan Sarah terpaksa menunggu di luar. Akhirnya Raka menungguku hingga benar-benar terbangun. Dia tetap menggenggam tanganku hingga aku terbangun, dan benar-benar sadar.

Mataku yang tadinya terkatup-katup masih belum sepenuhnya sadar, kini mulai membuka mata lebar-lebar. Aku masih linglung, terlihat langit-langit yang asing di depan mata kepalaku ... "Di mana ini?" ucapku lirih pada seseorang yang ada di dekatku.

Tapi, aku mencium bau-bau obat yang khas ....

Entah mengapa sedari kecil aku memiliki indra penciuman yang tajam.

Ya, sepertinya aku tahu tempat ini ....

Rumah sakit, tebakku dalam hati.

"...." Apa yang terjadi padaku? Aku masih linglung, namun aku merasakan seseorang yang begitu besar dan lembut di dekatku. Ah~ aku mulai sadar kalau aku tadinya pingsan dan sekarang dibawa ke rumah sakit.

Pandanganku kini tertuju pada tangan kiri yang terasa agak berat, aku sedikit meraba-raba tangannya dengan genggaman tanganku ... tampaknya, itu tangan seorang laki-laki.

Apa itu ayahku?

Ah~ aku pasti menggandeng tangan ayahku, mungkin pihat kampus memanggil ayahku kemari saat aku pingsan.

Gawat, aku merepotkan orang tuaku lagi ... pikirku.

Tapi, ketika aku mulai sadar tangan itu ... tentu saja aku kaget saat menatapnya, ttu tangan Raka, dan kami berdua bergandengan ....

"Kamu di rumah sakit, tadinya kamu ...."

Aku terbelalak terkejut.

Aku segera melepaskan genggaman tangan ini dan mulai membaringkan badan membelakangi Raka.

Duh~ padahal tadi Raka hendak bicara menjawab pertanyaanku yang mengucapkannya dengan nada lirih dan aku memotongnya dengan sikap keegoisanku ini.

"Hei, kau tidak apa-apa?" tanya Raka yang tengan membenarkan kacamatanya yang dirasa sedikit miring itu.

Aku segera menarik selimut rumah sakit yang ada di sana dan terpaksa menutupkan selimut ke wajahku.

"Tunggu sebentar, aku panggilkan suster dan teman-teman." Raka tampak panik dan tidak bisa meladeni sikapku yang malu-malunya agak berlebihan ini, dia segera memalingkan pandangannya dan beranjak dari kursi yang ada di dekat brankar rumah sakit itu kemudian membuka pintu, memanggil teman-temanku dengan pelan yang menunggu di luar.

Dokter yang tadinya di sini sudah meninggalkan Raka dan aku sehal aku tersadar.

"Teman-teman?" pikirku yang terserungkup selimut itu, dan aku pikir pasti banyak temanku yang datang untuk menungguku di luar sana.

Duh~ aku sangat malu, taruh di mana mukaku yang memalukan ini?

Aku masih memikirkan, "Apa genggaman tangan tadi begitu nyata? Mungkin aku menggigau ketika aku pingsan tadi." Aku seakan-akan tidak percaya dan mungkin ini hanya mimpi di dalam demamku.

Ya, rasanya tubuhku masih panas.

Tapi, nyatanya itu bukan mimpi, Raka kembali ....

Dia segera menuju ke aku yang terbaring di brankar ini dan dengan tenang menatapku sementara wajahku terlihat memerah saat memandangi Raka.

Aku tidak bisa menyembunyikan wajahku dalam selimut lagi, dan aku pikir aku harus berani memandangnya.

Ini murni tindakanku, dan tindakan ketidak sengajaanku.

Aku ingin meminta maaf padanya.

Tapi, mengapa ... mulut ini sulit mengatakan sesuatu sembari aku demam dan wajahku memerah? Ini perasaan demam yang aneh.

Apa aku juga menyukai Raka? Orang yang populer di kelasku ini, tidak! Mungkin ini hanya rasa kagumku.

"...."

Kemudian dokter memeriksaku, dan memberikan obat demam.

Syukurlah itu hanya demam biasa ....

Tuh kan, aku membuat teman-temanku khawatir saja!! Dasar aku!! Terlalu lemah dan berlebihan, dan demam ini terjadi karena terkena hujan kemarin.

Tapi, perasaan macam apa ini? Aku mulai merasakan getaran cinta dalam hatiku saat menatap Raka.

****

Beberapa hari kemudian, aku sudah sehat.

Aku kuliah seperti biasa. Segera setelah aku sehat, aku berangkat kuliah lebih awal dan niatku adalah memberikan surat lamaran pekerjaan ke toko seberang jalan di selatan kampus itu (mampir sebentar ke sana).

Lalu, aku ingin bilang terima kasih padanya karena telah merepotkannya.

Sejak saat itu orang tuaku begitu khawatir padaku, aku juga diantar pulang oleh Raka sambil membawa motor gede dan mengenakan jaketnya.

Aku ingin membalas kebaikannya tapi, aku mengucapkan terima kasih di hari itu juga pada Raka yang menuntunku sampai rumah, dan dia bilang ... "Sudah sepantasnya ketua kelas menjaga dan melindungi seluruh anggota kelasnya. Hanya itu hal terbaik yang bisa kulakukan untukmu." Katanya dengan gaya sangat cool.

Tapi, aku rasa ..., rasa terima kasihku padanya karena merepotkannya itu belum cukup.

Sebenarnya, apa ya yang kusuka dari Raka? Apa karena wajah tampannya? Dia orang cool yang tidak sulit didekati perempuan lain, apakah dia orang yang benar-benar baik dari lubuk hatinya?

Perasaan bergejolak macam apa yang ada di hatiku ini? Apa ini yang dinamakan 'aku mencintainya?'

________

Karena hujan, melahirkan sebuah rasa cinta ....

To be Continued