Beberapa hari kemudian, aku sudah sehat.
Aku kuliah seperti biasa. Segera setelah aku sehat, aku berangkat kuliah lebih awal dan niatku adalah memberikan surat lamaran pekerjaan ke toko seberang jalan di selatan kampus itu (mampir sebentar ke sana).
Segera menaruh lamaran di sana aku segera ke kampus, dengan harapan semoga aku segera keterima kerja di sana, Aamiin.
Ada Lidya yang tampaknya duduk sambil chatingan di sana.
Aku datang, dia langsung menyapaku dengan wajah khawatirnya, "Beb, kamu sudah sembuh?" rupanya dia menungguku di kelas seperti biasa. Dia beberapa hari ini tidak chatting denganku semenjak aku sakit terkena demam itu, mungkin dia tidak ingin menggangguku saat aku mengistirahatkan tubuhku.
Terakhir dia chat hanya, "Semoga cepat sembuh." Yah~ itu doang.
....
"Um gapapa, beb." Aku menjawabnya sambil menganggukkan kepalaku pelan dan memasang senyum tipis supaya dia tidak terlalu khawatir.
Kemudian temanku mbak Sarah datang dan di ikuti Aya ... mereka menyapaku, "Gimana udah sehat?" kata Sarah sambil memegang kedua pundakku.
"Iya udah mbak." Jawabku singkat sambil tersenyum lembut ke mbak Sarah, kemudian aku duduk di bangku dekat Lidya.
Aya yang ada di belakang mbak Sarah itu dengan sikap malu-malunya hendak mengatakan sesuatu padaku, "S-syu-kurlah~" Aya mengatakannya dengan tergugup. Dia memang anak pendiam yang cukup pemalu bicara dengan semua orang.
Tapi, dengan mbak Sarah, dia terlihat terbuka ... seperti adiknya sendiri.
"Um~ makasih Aya." Aku mengangguk pelan merespons perkataan Aya sambil tersenyum lembut.
....
Hari ini ada mata kuliahan Persamaan Linear Tiga Variabel yang diajarkan oleh pak Fahmi, dan kami harus membuat kelompok.
Seperti biasa karena aku sudah dekat dengan lidya, mbak Sarah, Ivy dan Hana ... aku berkelompok bersama mereka.
Tapi, "Loh?" aku baru sadar kalau hari ini Ivy tidak masuk.
Aku menoleh ke seluruh penjuru kelas dan tidak melihat batang hidungnya.
Aku cemas ....
Aku bertanya pada anggota kelompok yang sudah kucatat ini, "Ivy gak masuk ya hari ini?" tanyaku pada Lidya awalnya.
Kemudian mbak Sarah yang mendengarnya menjawabnya, "Sepertinya dia tidak masuk."
"Oh~ kenapa ya?" tanyaku bingung.
Wajarlah jika teman tidak masuk kan kita khawatir takutnya ada apa-apa.
"Entahlah." Jawab Lidya dengan ekspresi sinis.
Dalam hatiku berkata, "Loh kok, gak ada yang tahu?" layaknya seperti keberadaannya menghilang begitu saja.
Kemudian aku baru sadar kalau hari ini si laki-laki ganteng di kelas juga telat.
"Raka!" pikirku, yang melihat Raka baru saja masuk dan segera bersalaman mencium punggung tangan dosen.
Dosen sempat sadar kalau belum mengabsen mahasiswanya hari ini.
Kenapa hari ini tampak begitu aneh? Pikirku.
....
"Hari ini yang tidak masuk Qodir dan Ivy." Kata Dosen yang selesai mengabsen mahasiswanya, kemudian absen digulirkan ke mahasiswa untuk tanda tangan.
Ada seseorang yang dari sana tengah membaca pesan di ponselnya kemudian berkata, "Pak, hari ini Qodir sakit."
"Oh! Sakit, ya?" kata Pak dosen yang sempat membuka ponselnya yang baru saja menerima pesan dari Qodir.
"...."
Kubuka ponselku karena tampaknya beberapa orang di kelasku tengah membicarakan sesuatu.
Qodir ternyata izin online lewat grup WA, dia juga menghubungi pak Dosen lewat WA.
Lalu bagaimana dengan Ivy?
"...."
Tidak ada kabar darinya, dan WA-nya Ivy juga centang.
Hmm ....
Absen sudah bergulir cukup lama, kami akhirnya fokus mengerjakan tugas Teori bilangan tanpa memedulikan absen itu.
Perlahan tugas kelompok yang kami kerjakan ber-lima selesai.
Absen juga di berikan pada pak dosen dari murid yang terakhir mengisinya, yaitu Raka.
....
Saat terlintas aku melihat Raka hari ini, aku merasa dia sedikit berbeda ...?
Dalam hatiku berkata, "Aku belum sempat mengucapkan terima kasih yang benar pada Raka atas kebaikannya di hari itu, bahkan aku malu saat menggenggam tangan Raka di rumah sakit."
Aaaaah~!! Harusnya tidak seperti ini! Saat memikirkan hal itu, mukaku memerah.
"Beb, kau kenapa?" tanya Lidya yang memperhatikanku melamunkan sesuatu itu.
"Woi! Ngelamun mulu!" kata Hana yang menyapaku di dekatku dengan memainkan tangannya supaya aku sadar dari lamunan ini.
"A-ah~ tidak ada kok, hehehe." Elakku dengan tertawa kecil.
"Kamu mikirin Ivy?" tanya mbak Sarah pelan.
"U-um ya, aku memikirkannya." Jawabku dengan optimis, mana mungkin aku jujur kalau tadinya aku memikirkan Raka. Sebenarnya hatiku ini bagaimana? Aku tidak ingin bercinta tapi, melihat Raka yang begitu baik padaku dan dia juga cakep mengapa aku memikirkannya, ya? semoga ini hanya keegoisanku saja.
"Hmm ... mungkin kalau suatu saat Ivy masuk, pasti dia akan cerita ... kenapa hari ini dia tidak masuk, tenang jangan khawatir." Kata mbak Sarah yang berusaha menenangkanku.
Di saat jam perkuliahan tinggal 30 menit saja, pak dosen bilang untuk segera mempresentasikan hasil diskusi kami.
Kelompokku yang pertama karena selesai duluan, aku yang membacanya.
Hingga terakhir kelompok Raka.
"...."
Tapi, yang di sana menjelaskan bukanlah Raka. Biasanya Raka terlihat aktif dan auranya terpancar di kelas. Tapi, hari ini entah kenapa dia tampak begitu pendiam bahkan seperti tidak ingin menampakkan wajahnya ke teman-temannya. Dia hanya menunduk dan membaca buku?
Kenapa?
Apa dia sedang depresi atau sedang sakit juga ...?
Pikirku aneh tentang Raka yang tidak terlihat seperti dia yang biasanya.
....
Karena tidak ada sanggahan dan komentar apa pun soal teori bilangan ini, akhirnya perkuliahan selesai. Beberapa menit kemudian, sebelum waktu maghrib berkumandang.
"Beb hari ini mau ke mana? Gak ke musholla aja sambil menunggu maghrib?" tanya Lidya padaku dia mengajakku wifian di musholla jadi enak kalau nanti sudah sholat tinggal ambil air wudhu.
"Eh~ hari ini aku libur beb." Kataku dengan jelasnya, aku sedang haid sejak tadi malam.
"Uwaaaw~" Lidya sepertinya tampak kecewa.
Tadinya sih mbak Sarah mengajak kami ke warung kongkow ....
"Jadi, gimana? Mau ke warung kongkow?" tanya mbak Sarah pada kami semua.
"Lidya tidak ikut?" tanya mbak Sarah pada Lidya yang tadinya ingin wifian di musholla itu.
Aku jujur, "Aku ikut mbak." Celetukku! Aku ingin ke sana mencoba salad buah yang katanya paling enak sekota Lumajang.
"Hm, oke deh aku ikut." Kata Lidya juga yang bersedia ikut.
Kami berlima memesan di lesehan karena di situ tempatnya paling santai.
Saat aku memesan salad buah~ lalu aku mencicipinya~ jujur saja, salad buah kongkow benar-benar salad paling enak di kota ini.
*Dulu, salad buah paling enak menurut penulis di kota Lumajang adalah salad buah kongkow. Biasanya penulis membelinya seporsi jumbo (karena porsi kecil saja kurang, harganya lumayan murah 10k).
*Antara nge-endorse, curhat dan promo :"v
Dahlah lanjut!!
....
"Hari ini, aku akan mentraktir kalian semua ...." Kata mbak Sarah dengan wajah riangnya.
"Eh!? Emangnya ada apa hari ini?" tanyaku keheranan.
Mbak Sarah ulang tahun? Mbak sarah gajian? Atau dapat hadiah tertentu?
Tapi tanggalnya kan masih muda, mana mungkin gajian? ('-' )
Aya yang mengetahuinya tersenyum dengan cerianya kemudian dia mengelus pelan perut mbak Sarah, "Dia hamil!" katanya dengan riang.
"Eeeeeh!" kami semua terkejut dan sangat senang mendengar hal itu.
Tak kusangka, ternyata mbak Sarah itu sudah punya suami di usianya yang masih muda.
"Laki apa peremuan?" tanya lidya yang tampak bersemangat itu.
"Aha~ masih belum tahu itu. baru beberapa hari ini." Jawab mbak Sarah dengan sikap anggunnya.
Sudah tak terasa ... teman seperjuangan di bangku perkuliahan, sudah ada yang menjadi ibu. Lidya yang mendengar hal itu tampak terkesan dan dia ingin belajar banyak hal soal cinta pada mbak Sarah.
Sedangkan aku ....
Aku hanya bisa mendoakannya saja ....
Aku sampai sekarang belum siap untuk memiliki pasangan bahkan pacaran, apa suatu saat aku bisa ya menjalin cinta dan merajut kisah cintaku hingga ke pelaminan seperti mbak Sarah, hingga dia akan di karuniai anak ...?
"...." Aku tidak yakin!
****