Chapter 16 - Part 16

Sesampainya di rumah, Sang Dosen segera mandi lalu pergi berbaring. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Sang Dosen yang sudah lelah itu segera mematikan lampu dan memejamkan matanya. Dia tidur dengan sangat nyenyak dan belakangan bermimpi. Dia mendapati dirinya tengah tersesat di tengah luasnya gurun pasir.

Luasnya padang pasir itu, membuatnya sulit untuk menentukan arah kemana harus melangkah. Dia bingung, tapi dia terus berjalan mengikuti kata hatinya.

Hingga ditengah perjalanannya, dia bertemu dengan seorang wanita tua.

Wanita tua itu berkata padanya,

"Nak, teruslah berjalan di jalan ini."

"Jalan mana yang kau maksud? Semuanya sama."

"Jalan yang sedang kau tempuh saat ini. Sesuai dengan kata hati mu. Dan nanti kau akan menemukan sebuah tempat yang indah. Dan disana kau juga akan menemukan masa depan mu."

"Apa? Apa maksudnya? Masa depan apa? Aku tidak mengerti."

Selagi dia masih berbicara, wanita itu menghilang secara misterius dari hadapannya. Maka dia melihat kesana-kemari, tapi tak menemukan wanita tua itu. Kemudian dia melanjutkan perjalanannya. Dia berjalan menyusuri panasnya padang pasir itu. Belakangan mulut dan kerongkonganya pun mulai kering karena teriknya matahari. Tapi dia terus berjalan dan tidak menyerah. Sampai akhirnya dia bisa melihat dari kejauhan sebuah pemandangan yang menyejukkan mata.

Dia berharap yang dilihatnya bukanlah sekedar fatamorgana. Maka dia mempercepat langkahnya agar bisa cepat sampai disana dan memuaskan rasa hausnya.

Ketika dirinya hampir sampai disana, tiba-tiba dia melihat dari jauh seorang wanita tengah menari di hamparan padang pasir itu.

Maka dia berjalan mendekati wanita itu. Dia melihat, ternyata wanita itu masih sangat muda dan cantik. Lalu dia duduk dan mengamati wanita itu meliuk-liukkan tubuhnya dengan sangat indah.

Dia terus melihat wanita itu menari. Dan terpesona padanya. Wanita itu menari sambil terus berputar sampai akhirnya terjatuh di hadapannya. Maka dia segera bangkit dan mengangkat wanita itu. Dia menggendong wanita itu dan membawanya ke sumber air yang dilihatnya.

Sesampainya disana, dia membaringkan wanita muda itu di tepi sumber air itu dan membasuh kakinya dengan lembut. Lalu dia menyentuh wajah wanita itu dan berkata,

"Kau siapa? Dan kenapa kau menari di tengah padang pasir seperti ini?"

"Nama ku Anastasya. Dan aku memang seorang penari pasir."

"Untuk apa kau menari disini? Siapa yang akan melihat mu menari disini?"

"Kau."

"Aku? Aku hanya kebetulan berada disini. Selain aku tidak ada siapa pun disini."

"Kau benar. Aku melakukan ini semua hanya untuk mu."

"Untuk ku? Bagaimana mungkin? Aku bahkan tidak mengenal mu."

"Tapi aku mengenal mu dan menyukai mu."

"Tolong jangan membuat ku bingung. Aku tidak mengerti dengan semua ini."

"Ingatlah perjalanan mu ke sini. Ingatlah apa saja yang sudah kau lalui."

"Aku ingat seorang wanita tua berkata kepada ku bahwa aku akan menemukan masa depan ku di sini. Dan aku sungguh tidak mengerti ucapannya."

"Akulah masa depan yang dia sebut. Aku sudah menunggu mu sejak lama di padang pasir ini. Setiap hari aku selalu menari di sini, sambil berharap suatu hari nanti seseorang akan menghentikan tarian ku. Dan kau lah orangnya."

Sang Dosen pun semakin tidak mengerti dengan semua hal yang terjadi padanya. Dirinya sangat bingung dan hanya memandangi wanita itu dengan tatapan kosong. Lalu wanita itu menutup mata Sang Dosen dengan selendangnya dan menuntunnya ke suatu tempat. Sebuah rumah yang megah dan indah.

Kemudian wanita itu membawanya ke sebuah kamar dan membaringkannya di ranjang. Lalu dia membuka penutup mata Sang Dosen.

Lalu Sang Dosen pun melihat ke sekitarnya dan bertanya,

"Apa maksud semua ini?"

"Maksudnya adalah, kamu akan menjadi kekasih ku selamanya. Sekarang tidurlah bersama ku. Kita nikmati malam ini."

"Tidak! Aku tidak bisa. Aku harus pergi. Sebentar lagi para mahasiswa ku akan menghadapi ujian. Dan aku harus mempersiapkan soal-soal untuk mereka secepatnya. Maaf aku tidak bisa."

"Bagaimana kau akan pergi? Tidak ada apa pun dan siapa pun disini selain kita berdua. Sekarang kau adalah tawanan ku. Dan akan selamanya begitu."

Wanita itu pun merayu Sang Dosen dengan kata-katanya yang licin lalu mencengkram pakaiannya. Kemudian dia mencium Sang Dosen dengan lembut dan berbaring di dadanya. Lalu berkata,

"Kau adalah takdir ku."

Belakangan Sang Dosen pun mulai terbius dengan sentuhan hangat wanita muda itu. Hingga perlahan dia mulai menikmati setiap sentuhan yang wanita itu berikan padanya. Sampai akhirnya mereka pun jatuh dalam buaian cinta dan menghabiskan malam itu dengan penuh gairah cinta.

Dalam pelukan wanita itu, Sang Dosen berkata,

"Aku mencintai mu Anastasya. Tetaplah di sini bersama ku."

Tapi ketika Sang Dosen mempererat pelukannya, wanita itu tiba-tiba menghilang dari hadapannya. Maka sambil mengulurkan tangannya, dia berteriak,

"Anastasya,,,"

"Anastasya,,,"

Lalu tiba-tiba Sang Dosen pun terbangun dari tidurnya, dia bingung mendapati dirinya ternyata berada di dalam kamarnya sendiri. Sambil duduk di ranjang, dia memikirkan mimpinya yang aneh itu, dan bertanya pada dirinya sendiri siapa wanita bernama Anastasya itu.

Lalu dia melihat jam dinding, dan ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Maka Sang Dosen pun segera turun dari tempat tidurnya dan pergi mandi. Dia bersiap-siap dengan cepat agar tidak terlambat pergi ke kampus.

Dia juga melajukan mobilnya dengan sangat cepat.

Setibanya disana, dua security segera berlari menghampirinya. Security itu menceritakan bahwa setelah dia pulang malam itu, seorang wanita mencarinya. Seorang wanita yang tidak diketahui identitasnya.

Tapi Sang Dosen mengabaikannya dan terus berjalan menuju ruangannya.

Lalu dia segera menyalakan laptopnya dan mulai mengetik beberapa soal ujian.

Dia juga membolak-balikkan halaman buku seperti sedang mencari informasi penting untuk bahan ujiannya.

Lalu tak berapa lama, salah seorang dosen datang menemuinya. Dia berkata,

"Setelah ujian ini selesai, kampus kita akan mengadakan pentas seni."

"Pentas seni? Wow, luar biasa. Pasti akan seru."

"Apa saja yang akan di tampilkan di acara itu nantinya?"

"Yah banyak, mungkin ada drama, nyanyian, dan juga tarian?"

Ketika dia mengatakan tarian, Sang Dosen pun tiba-tiba diam, dia teringat pada Anastasya. Maka dia pun menepuk-nepuk punggung Sang Dosen dan menyadarkannya dari lamunannya itu.

"Pak, ada apa? Kenapa bapak tiba-tiba diam? Apa bapak sedang memikirkan sesuatu?"

"Agh tidak-tidak. Bukan masalah penting. Sudahlah! Aku mau melanjutkan pekerjaan ku." (Balasnya sambil memegangi tumpukan kertas di mejanya)

"Yah sudahlah." (Balasnya lalu pergi)

Setelah dia pergi, Sang Dosen mengambil sebuah cermin dari lacinya dan mengaca dirinya. Dia berkata,

"Apa aku masih cukup muda untuk mendapatkan seorang wanita muda yang cantik? Aku merasa aku sudah tidak tampan lagi sewaktu aku masih muda dulu. Agh,,, tapi yah sudahlah. Lupakan saja! Itu hanyalah mimpi. (Ungkapnya sambil memasukkan kembali cermin itu ke dalam laci)