Sang Dosen yang mengajar di bidang sejarah itu pun tidak bisa berkonsentrasi setelah percakapan itu. Dia terus saja memikirkan mimpinya. Beberapa waktu yang lalu dia juga bermimpi tentang wanita bernama Anastasya itu.
Mimpi itu membuatnya menghabiskan banyak waktunya dengan duduk termenung. Sampai akhirnya, saat hari sudah sore dia memutuskan pergi meninggalkan kampus. Dia mengumpulkan semua kertas kerjanya dan pergi ke taman untuk menenangkan diri.
Disana dia melihat banyak orang dari berbagai latar belakang saling sibuk berbagi kebahagian. Anak-anak berlarian kesana-kemari, dan disisi lain ada anak-anak muda yang saling berbagi perasaan cintanya.
Maka dia pun menjadi sedih karena kesendiriannya itu. Dia berkata dalam hatinya,
"Seharusnya di usia ku seperti ini, aku sudah memiliki anak seperti mereka. Tapi aku menghabiskan waktu ku dengan bekerja dan terus bekerja. Aku bahkan tidak punya kekasih. Agh,,, kasihan sekali aku ini."
Belakangan dia pun mulai merasa bosan lalu pergi meninggalkan taman itu. Dia berjalan dengan cepat menuju area parkir. Tapi tiba-tiba dia merasa gelisah dan berkeringat. Maka dia cepat-cepat menghidupkan mobilnya dan melajukannya dengan cepat menuju ke rumahnya.
Sesampainya disana, dia melempar tasnya dan menghempaskan dirinya ke atas ranjang. Dia terlihat begitu lelah. Maka dia mencoba memejamkan matanya dan beristirahat sejenak. Tapi baru beberapa menit dia berbaring, pikirannya terguncang lagi karena soal-soal ujian yang belum selesai dia kerjakan.
Maka dia bangun dan pergi menuju meja kerjanya, dia mengeluarkan kertas kerjanya dan menyalakan laptopnya. Lalu dia mulai mengetik beberapa soal, tapi selalu salah. Maka dia berkata,
"Aduh,,, apa yang terjadi padaku? Kenapa aku jadi tidak konsentrasi begini? Mungkin aku perlu secangkir kopi hangat untuk menenangkan otak ku yang kacau ini."
Maka dia pergi ke dapur dan merebus air. Lalu mengambil toples gula dan kopi.
"Yah, ternyata gula dan kopinya habis. Aduh,,, karena terlalu sibuk, aku bahkan tidak sempat berbelanja. Belakangan ini aku sangat sibuk. Coba aku memiliki istri, pasti aku tidak akan serepot ini. Semuanya ku lakukan sendirian. Hidup ku benar-benar sendirian."
Lalu dia mematikan kompornya dan pergi ke mini market untuk berbelanja.
Dia membeli banyak kebutuhannya selama satu minggu. Lalu saat hendak membayar di kasir, dia menggeledah semua saku celana tapi tak menemukan dompetnya.
"Aduh,,, aku lupa membawa dompet ku. Otak ku benar-benar sudah kacau. Apa yang terjadi pada ku sampai aku tidak pernah fokus seperti ini?"
"Jadi bagaimana pak belanjaannya?" (Tanya petugas mini market)
"Tunggu sebentar, saya akan segera kembali. Saya akan pulang sebentar untuk mengambil dompet saya dulu. Sepertinya saya melupakannya. Saya akan membayar semua belanjaan ini. Maaf kan saya."
Dia pun cepat-cepat pergi dari sana dan berlari ke rumahnya yang tak jauh dari mini market itu. Sesampainya disana, dia langsung mengeluarkan semua isi tasnya untuk mencari dompetnya.
"Dimana dompet ku? Kenapa tidak ada disini? Aku ingat, aku menyimpannya disini? Agh,,, coba aku periksa di saku celana ku, barangkali ada disana."
Dia pun menggeledah semua sakunya tapi tak menemukannya.
"Astaga, dimana aku menaruh dompet ku? Kenapa aku jadi pikun begini?"
Maka dia pun diam sejenak sambil mencoba mengingatnya,
"Yah, terakhir aku melihat dompet ku ada di mobil. Yah aku meletakkannya di sana"
Dia pun segera pergi ke mobil dan menemukan dompetnya tergeletak di kursi mobil. Lalu dia segera ke mini market dan membayar belanjaannya.
Dia pulang sambil membawa 2 tas belanja yang besar.
Dan sesampainya di rumah, dia segera menyeduh secangkir kopi. Lalu duduk sambil termenung sejenak, berharap dirinya segera punya pasangan.
**********
Setelah itu dia melanjutkan kembali pekerjaannya,
"Akhirnya soal-soal ini selesai juga. Waktu ujian tinggal dua hari lagi. Jadi aku bisa santai sejenak."
Sang Dosen pun menyalakan TV dan menonton acara olahraga favoritnya. Dia menonton sampai tengah malam. Dia berkata,
"Aku ingin menghabiskan waktu ku dengan menonton tim favorit ku ini. Sudah lama aku tidak melihat mereka karena terlalu sibuk."
Belakangan Sang Dosen pun ketiduran dan membiarkan TV menyala sampai pagi.
Ke esokan harinya, Sang Dosen berencana pergi ke taman. Dia berharap disana dia bisa menemukan seorang gadis yang akan menjadi tambatan hatinya.
Maka dia pun memilih pakaian terbaik yang dia punya dan parfum yang paling bagus yang sangat jarang dia pakai. Tak lupa dia juga memakai minyak rambut dan menyisir rambutnya dengan sangat baik. Dia menghabiskan waktu berjam-jam untuk berdandan agar terlihat menarik. Dia juga membawa sejumlah uang dan beberapa kartu kreditnya. Yang akan dia gunakan untuk berkencan membelanjakan pujaan hatinya itu nanti.
Maka setelah bercermin untuk terakhir kalinya, dia pun siap berangkat. Lalu dia menyalakan mobilnya, dan menyetel musik romantis. Lalu bernyanyi sambil menyetir.
Dia melajukan mobilnya dengan pelan-pelan sambil memandangi setiap tempat yang dia lalui. Sampai akhirnya dia tiba di tujuan.
Sesampainya disana, Sang Dosen memeriksa kembali penampilannya di cermin dan segera turun dari mobilnya. Dia begitu gugup, karena baru pertama kalinya Sang Dosen berpenampilan layaknya anak muda. Sembari berjalan menyusuri taman, dia berharap tidak akan bertemu dengan mahasiswanya. Karena dia bisa saja kehilangan harga dirinya sebagai seorang dosen karena penampilannya yang berlebihan.
Lalu Sang Dosen duduk di kursi taman sambil memandangi air mancur yang menari dengan indah. Tak lama kemudian seorang gadis berambut panjang dan bertubuh ramping datang menghampirinya, entah dari mana dia datang. Gadis itu menatap Sang Dosen dan berbicara dengan lembut. Dia berkata,
"Apa aku boleh duduk disini?"
"Oh, yah, tentu. Silahkan. Siapa pun bisa duduk disini." (Balasnya dengan sangat gugup)
Gadis itu begitu cantik, kulitnya putih bersih, dan rambutnya sangat panjang dan indah.
Gadis itu pun duduk cukup dekat dengan dirinya. Kemudian dia berkata,
"Apa kau sedang menunggu seseorang disini?"
"Ah, tidak. Saya datang sendirian dan tidak menunggu siapa pun. Lalu bagaimana dengan mu?" (Tanya Sang Dosen gugup)
"Aku juga sendirian. Dan tidak menunggu siapa pun." (Balasnya sambil menatap mata Sang Dosen)
Maka dia pun bingung harus bicara apa lagi. Dia tidak pernah melihat gadis secantik itu sebelumnya. Sang Dosen pun mulai berkeringat dan tegang.
Maka gadis itu berkata padanya,
"Kau kenapa? Kenapa kau begitu berkeringat dan terlihat pucat? Apa kau sakit?"
"Ah. Tidak. Tidak. Bukan apa-apa. Mungkin aku hanya lapar. Ah, iya benar. aku lapar." (Balas Sang Dosen sambil tersenyum malu)
"Kalau begitu, pergilah makan supaya kau tidak sakit."
"Iya baiklah! Tapi apakah kamu juga mau makan? Kita bisa makan bersama." (Balas Sang Dosen yang mencoba terlihat ramah)
"Agh tidak. Terima kasih."
"Oh begitu, baiklah!" (Balas Sang Dosen)
Tapi Sang Dosen tak kunjung beranjak dari kursi taman dan duduk diam sambil memandangi air mancur. Maka gadis itu berbicara lagi,
"Kenapa kau masih disini?"
"Agh... maafkan aku jika nanti kau tersinggung dengan perkataan ku. Sebenarnya aku tidak lapar. Aku berkeringat dan pucat karena gugup. Aku begitu gugup duduk di samping mu. Tolong maafkan aku."
"Benarkah? Tapi kenapa?"
"Sekali lagi, tolong maafkan aku. Tapi aku belum pernah melihat gadis secantik dirimu. Itulah sebabnya aku terlihat bodoh dan sangat gugup seperti ini."
"Jika demikian, seharusnya akulah yang minta maaf karena telah membuat mu susah seperti ini. Baiklah! Kalau begitu, aku akan pergi."
"Agh.... Jangan! Jangan! Tetaplah disini bersama ku. Aku sangat senang bisa memiliki teman baru. Mmm... Maukah kau menjadi teman ku? Yah, memang aku sudah tidak muda lagi dan tidak pantas menjadi teman mu." (Balas Sang Dosen)
"Hei, jangan berkata begitu! Pertemanan tidak diukur dari rentang usia seseorang. Dan siapa pun bisa berteman kan? Baiklah, aku mau menjadi teman mu. (Balas Sang Gadis)
"Terima kasih."