Chapter 20 - Part 20

Setelah dia memastikan ruangan itu sudah tampak indah. Dia kemudian pergi ke dapur dan memasak beberapa hidangan terbaik. Setelah itu, dia mulai bersiap-siap. Dia memilih pakaian terbaik yang dia punya dan berdandan dengan sangat baik. Berulang kali dia melihat dirinya di cermin untuk memastikan apakah penampilannya sudah menarik atau belum. Kemudian dia pergi ke ruangan yang sudah dia hiasi itu dan menunggu kekasihnya disana.

Agar dirinya tidak bosan, Dia memutar lagu romantis dan mulai tersenyum sendirian membayangkan hubungannya dengan Perle kekasihnya.

Dan tak lama kemudian terdengarlah bunyi bel pintu, Sang Dosen pun begitu bahagia mendengarnya, maka dia segera berlari dan membukakan pintu.

Dia begitu takjub melihat kekasihnya begitu cantik mengenakan gaun yang dia berikan. Kakinya juga semakin indah dengan sepatu merah yang dia pakai. Lalu Sang Dosen mengulurkan tangannya dan menuntun kekasihnya pada ruangan itu.

Sesampainya disana, kekasihnya itu pun merasa terharu karena belum pernah mendapatkan perhatian istimewa itu seumur hidupnya. Ada banyak pria yang datang kepadanya dulu tapi semuanya hanya memanfaatkan kecantikannya saja.

Maka gadis itu menangis melihat semua hiasan bunga dan ukiran namanya yang tersusun dari beragam bunga-bunga indah.

Sang Dosen pun menjadi bingung. Dia berpikir apakah dia sudah melakukan kesalahan sehingga kekasihnya menangis. Dia berkata,

"Maafkan aku jika kamu tidak suka dengan semua ini."

"Tidak. Tidak. Aku sangat bahagia. Aku begitu bahagia sehingga menangis. Terima kasih untuk semua ini."

"Aku melakukan semua ini karena aku sangat mencintai mu. Dan aku ingin hidup bersama mu. Maukah kau menikah dengan ku?"

Sang gadis tidak menjawab apapun selain memberikan pelukan padanya.

"Sudahlah! Lebih baik kita duduk. Aku sudah menyiapkan hidangan istimewa untuk mu. Mari!" (Ujar Sang Dosen)

Maka Sang Dosen membuka penutup nampan itu hingga semua hidangan itu terbuka. Lalu dia menaruhnya di piring dan menyuapi Sang Gadis.

Dia sangat bahagia melihat kekasihnya makan dari tangannya. Mereka saling berbagi suapan.

Setelah mereka makan, Sang Dosen memutar lagu favoritnya dan mengajak kekasihnya berdansa. Mereka berdua pun terbuai dan dimabuk asmara. Lalu Dia berkata,

"Aku ingin kita segera menikah. Karena aku ingin memiliki seorang anak sebelum usia ku semakin tua. Aku ingin kau bersama ku di rumah ini. Apa yang aku miliki akan menjadi milik mu juga."

"Tapi aku..." (Balas Sang Gadis)

"Ssttt... Aku tidak ingin mendengar alasan lain. Aku mohon menikahlah dengan ku." (Balas Sang Dosen sambil memohon di hadapannya)

Akhirnya Sang Gadis pun tersenyum dan memeluk Sang Dosen dengan erat sebagai tanda dia menerima lamaran itu.

Melihat itu, Sang Dosen pun bersorak gembira dan menggendong gadis pujaannya itu sambil berputar-putar. Lalu berkata,

"Terima kasih sudah menerima ku. Akhirnya aku menemukan tempat ku berlabuh."

"Tapi aku punya permohonan untuk mu. Jika nanti aku menjadi lemah dan tak bisa membahagiakan mu. Tolong jangan menjadi geram dan marah pada ku."

"Tidak. Itu tidak akan pernah terjadi. Aku sudah menunggu mu sejak lama. Mana mungkin aku bersikap kasar terhadap mu. Aku berjanji."

Mereka berdua sangat menikmati hari itu. Dimana mereka bisa saling berbagi dan meluapkan gelora cinta mereka. Dan Sang Dosen pun puas dengan semua yang dia lakukan. Usahanya untuk menyenangkan Sang Gadis tidak sia-sia.

Lalu ketika malam tiba, Sang Dosen ingin mengantar kekasihnya pulang. Sang Dosen sudah berjanji tidak akan tidur dengan gadis itu sebelum mereka menikah. Dia tidak ingin merusak kehormatan kekasihnya.

Maka dia segera menyiapkan mobilnya dan mengantarnya pulang. Sepanjang jalan mereka lalui sambil mengobrol dan bercanda. Sampai tiba-tiba sebuah mobil yang melaju dengan sangat cepat dan tidak terkendali datang dan menabrak mereka. Mobil itu dikendarai oleh seseorang yang sedang mabuk.

Peristiwa itu begitu tragis dan mengerikan. Karena kejadian itu, Sang Dosen dan Kekasihnya itu meninggal. Kebahagiaan yang mereka berdua dapatkan hanya bisa dirasakan dalam hitungan hari. Impian Sang Dosen untuk memiliki istri dan anak pun harus sirna karena kematian.

Segala rencana yang sudah dia buat untuk masa depannya, kini tinggal kenangan.

Berita kematian Sang Dosen pun terdengar ke esokan harinya pada seluruh mahasiswanya dan rekan-rekan kerjanya.

Sang Dosen yang tidak memiliki anggota keluarga itupun dimakamkan secara terhormat oleh seluruh mahasiswa dan sesama dosen.

Dia dimakamkan disamping jasad kekasihnya. Mereka juga menaruh bunga-bunga dan foto-foto Sang Dosen bersama Sang gadis diatas makam keduanya.

Isak tangis pun terdengar diantara kumpulan mahasiswa dan sesama Dosen.

Kemudian salah seorang dari mahasiswanya berkata,

"Pak. Kenapa bapak pergi secepat ini? Aku bahkan belum sempat membalas kebaikan bapak. Bapak sudah memberiku kesempatan untuk mengulangi ujian ku. Dan aku sudah mempersiapkan semuanya. Sekarang siapa yang akan menguji ku pak. Bapak tidak menepati janji bapak sendiri. Kenapa semua ini harus terjadi begitu cepat? Kenapa?" (Ujarnya sambil menangis keras)

Mahasiswa yang berdiri di sampingnya hanya diam saja dan membiarkan dia meluapkan emosinya di atas makam Sang Dosen.

Dia terus berteriak, Kenapa? Kenapa? Dan kenapa? Hanya kata-kata itu yang keluar dari mulutnya. Perlahan satu persatu teman-temannya dan juga sesama dosen mulai meninggalkan pemakaman itu. Sedangkan dia masih berada disana.

Kemudian dia berkata lagi,

"Sekarang apa yang harus aku lakukan pak? Siapa yang akan memberikan ku jalan keluar dari masalah ku? Kemarin bapak mengajarkan ku untuk bertanggung jawab atas kesalahan yang aku lakukan. Dan aku sudah menurutinya. Aku sudah berjanji pada pacar ku akan menikahinya setelah aku lulus ujian. Tapi aku belum lulus dari mata pelajaran yang bapak ajarkan. Maka sekarang bagaimana pak? Apa yang harus aku lakukan?" (Ungkapnya sambil menangis dan berlutut diatas makam itu)

Tak lama kemudian, seseorang yang tak dikenal datang menghampirinya. Dia berkata,

"Sudahlah, jangan menangis lagi! Kau hanya akan menyakiti dirimu sendiri saja. Jika kau sungguh menyayangi seseorang yang kau tangisi itu, maka bangkitlah dan bedirilah dengan tegak. Hadapi kenyataan ini dengan hati yang lapang dan tegar. Kehidupan itu memang menyimpan banyak misteri."

"Siapa kau bicara seperti itu padaku?"

"Aku bukan siapa-siapa. Tapi aku melihatmu begitu menderita. Karena itulah aku menghampirimu dan mengatakan semua itu pada mu. Aku yakin kau adalah lelaki yang tangguh seperti orang yang kau tangisi itu."

Setelah mengatakan semua itu, Pria itu pun menghilang dari hadapannya dengan cepat. Maka dia segera bangkit dan menghapus air mata di wajahnya. Lalu berkata,

"Yah, dia benar? Aku tidak boleh lemah. Aku harus kuat. Aku pasti bisa menghadapi kenyataan ini. Meski bapak sudah tiada, tapi nasehat-nasehat bapak akan selalu ada bersama ku. Selamat jalan pak. Semoga nanti kita bisa bertemu lagi di kehidupan yang kedua."

Sekian ceritanya teman-teman.

Jika ceritanya menghibur, jangan lupa vote yah😆

Terima kasih,😆😆😆