Chapter 19 - Part 19

Ke esokan harinya, Sang Dosen bangun pagi-pagi sekali dan bersiap-siap pergi ke kampus. Hari itu, adalah hari ujian bagi mahasiswanya. Sang Dosen pun mempersiapkan semua berkasnya dan tak lupa dia membawa hadiah kecil untuk kekasihnya yang akan dia temui sebelum berangkat ke kampus.

Maka dia mengemudikan mobilnya dengan cepat dan pergi ke taman.

Setiap kali dia ingin bertemu dengan kekasihnya, Sang Dosen akan selalu pergi ke taman. Dia tidak pernah tahu dimana tempat tinggal gadis itu dan dia tidak ingin tahu. Karena baginya, yang penting adalah cintanya yang tulus dapat terbalaskan.

Gadis berambut merah yang panjang itu berdiri menantinya disana sambil memandangi air mancur. Tempat dimana mereka berbagi ciuman pertama mereka setelah menerima cincin berlian itu.

Sesampainya disana, Sang Dosen berjalan diam-diam mendekati gadis pujaannya itu. Lalu dia memeluknya dari belakang. Kemudian sambil menyentuh wajah Sang Gadis, dia berkata,

"Nanti malam, aku ingin makan malam dengan mu di rumah ku. Dan aku ingin Perle ku ini memakai gaun dan sepatu ini. Aku akan sangat bahagia jika kau sudi menerimanya."

"Kau tidak perlu melakukan semua ini hanya untuk membuat ku bahagia. Karena bersama mu saja, aku sudah bahagia."

"Jangan berkata begitu! Kau sangat berarti untuk ku karena kau sudah mengisi kekosongan hidup ku."

"Baiklah, aku akan datang. Aku akan memakai gaun dan sepatu ini hanya untuk mu. Sekarang pergilah agar kau tidak terlambat."

"Baiklah! Sampai bertemu nanti malam Perle ku sayang. Aku mencintai mu."

Sang Dosen pun meninggalkan sang gadis dengan wajah yang berbinar-binar.

Wajah bahagia itu terus ada sampai dia tiba di kampus.

Maka security yang melihat Sang Dosen pun berkata,

"Ehem... Ehem... Sepertinya ada yang lagi kasmaran."

"Apa? Kasmaran? Nggak lah." (Balas Sang Dosen mencoba untuk mengelak)

"Saya sudah pernah merasakan wajah bahagia itu sebelumnya pak."

"Oh yah? Kapan?"

"Waktu aku jatuh cinta dengan istri kulah pak."

"Oh iya. Aku lupa kalau kau sudah berkeluarga."

"Tapi wajah bahagia itu hanya bertengger sebentar saja dalam diri ku. Wajah itu terbang setelah kami menikah."

"Memangnya apa yang terjadi setelah kalian menikah?"

"Yah... Setiap hari aku selalu tersakiti."

"Maksudnya tersakiti bagaimana?"

"Dia selalu menendang ku jika aku memberinya sedikit uang. Dan akan mengoceh sepanjang hari."

"Kalau kau tahu begitu, kenapa kau menikahinya?"

"Sejak kami pacaran, istri ku itu sangat baik, lembut dan ramah. Tapi setelah menikah, barulah aku tahu semuanya."

"Oh begitu. Yang sabar yah. Semoga kelak istri mu bisa berubah. Sudah! Aku pergi dulu. Sebentar lagi kelas akan dimulai."

Sang Dosen pun berjalan menyusuri lorong kampus sambil berpikir tentang kekasihnya itu. Mungkinkah nanti gadis pujaannya akan berakhir seperti itu? Dia selalu ingin bertanya tentang diri gadis itu, tapi selalu takut.

Akhirnya Sang Dosen pun tiba di kelas. Kemudian dia mengeluarkan kertas-kertas ujian itu dari tasnya dan menatap wajah mahasiswanya. Lalu berkata,

"Kerjakan dengan sungguh-sungguh agar kalian lulus. Jangan coba-coba menyontek. Karena mata ku akan mengawasi gerak-gerik kalian bahkan sampai gerakan terhalus sekalipun. Jadi berhati-hatilah."

Maka Sang Dosen pun membagikan kertas ujian itu ke setiap mahasiswa. Setelah itu dia berdiri di belakang dan memantau mahasiswanya. Lalu dia berjalan menuju mejanya dan duduk sambil memandangi mahasiswanya dengan tajam. Tatapan itu begitu menakutkan bagi mahasiswanya. Sehingga semua mahasiswanya menjadi sangat tegang menghadapi ujian itu.

Belakangan Sang Dosen mulai lengah memantau mahasiswanya karena memikirkan kekasihnya itu. Tiba-tiba dia teringat pada perkataan security itu tentang nasibnya setelah menikah. Dia berkata dalam hati,

"Aku juga tidak tahu semua fakta tentang kekasih ku. Yang aku tahu saat ini adalah dia gadis yang baik dan cantik. Agh...Tapi sudahlah! Jangan dipikirkan terus."

"Ada yang sudah selesai? Bagi yang sudah selesai bisa keluar." (Ujar Sang Dosen)

Lalu beberapa mahasiswanya satu-persatu mulai menyerahkan kertas ujian mereka dan meninggalkan ruangan. Sampai akhirnya ada satu mahasiswa yang masih duduk disana dan diam sambil menundukkan kepalanya. Maka Sang Dosen pergi menghampirinya dan melihat kertas ujiannya yang kosong. Sang Dosen pun bertanya,

"Kenapa kertas mu kosong? Kenapa kau tidak menjawab satu soal pun?"

"Maaf pak. Aku sama sekali tidak fokus dengan ujian ini."

"Apa maksud mu tidak fokus? Apa kau punya masalah serius?"

"Iya pak."

"Apa masalah mu?"

"Pacar ku mengancam akan bunuh diri jika aku tidak menikahinya."

"Memangnya kenapa kau harus menikahinya dengan terburu-buru?"

"Aku melakukan kesalahan. Aku tidur dengannya saat aku sedang mabuk. Dan sekarang pacar ku hamil. Aku tidak tahu harus bagaimana sekarang."

"Aduh, aduh, apa lagi yang harus bapak katakan. Bapak juga bingung. Bapak hanya bisa bilang, kau harus bertanggung jawab. Memang tidak akan mudah bagi mu untuk meneruskan pendidikan mu jika kau sudah memiliki tanggung jawab lain. Tapi bapak yakin kau bisa melakukannya. Sekarang bapak beri kau waktu 15 menit. Dan kerjakan soal-soal itu agar kau lulus."

"Terima kasih pak."

Maka dia menunggu sampai 15 menit itu berlalu, tapi mahasiswanya itu masih belum menjawab satu soal pun. Sejak tadi dia memandang, belum ada satu goresan pena pun di kertasnya. Melihat itu, Sang Dosen pun menyuruh mahasiswanya itu pulang. Dia berkata,

"Sudahlah! Lebih baik kau pulang saja. Lebih baik tenangkan dulu dirimu. Aku akan berikan kau kesempatan untuk mengulang ujian mu. Tapi ingat! Jangan beritahukan hal ini pada mahasiswa yang lain. Paham!"

"Baik pak. Terima kasih. Sekali lagi terima kasih pak." (Balasnya sambil menitikan airmatanya)

Ketika mahasiswanya pergi meninggalkan ruangan itu, Sang Dosen pun kembali galau dan cemas. Dia berbicara pada dirinya sendiri,

"Sejak tadi pagi aku bertemu dengan orang yang memiliki masalah dengan kekasihnya. Yang satu ditindas istrinya, dan yang satu lagi sedang dilema karena melakukan kesalahan. Aku jadi bingung. Kira-kira nasib percintaan ku kelak akan seperti apa yah. Perle adalah cinta pertama ku di usia ku yang sudah tidak muda lagi. Dan aku berharap dia tidak mengecewakan ku.

Tapi, sudahlah! Lebih baik aku segera pulang. Aku harus cepat sampai di rumah dan mempersiapkan hidangan makan malam ku bersama Perle."

Maka Sang Dosen pun mengemudikan mobilnya dengan cepat. Sesampainya di rumah, dia segera menghiasi rumahnya dengan banyak bunga-bunga indah dan balon warna-warni. Lalu dia menempatkan sebuah lilin diatas meja dan sebotol minuman anggur. Setelah itu dia berdiri dan memandangi ruangan itu sambil berpikir apakah masih ada hiasan yang perlu ditambah atau tidak.