Chereads / A Story You Can Tell / Chapter 11 - Akademi Sihir Part 2

Chapter 11 - Akademi Sihir Part 2

Setelah mulai belajar di akademi sihir, anehnya Pangeran Albert justru lebih sering bolos. Ia hanya menghabiskan waktu untuk berkeliling atau tidur di rumah kaca di akademi. Berkat hal itu, seragam yang ia kenakan hampir selalu kotor karena bercampur rumput dan tanah lembab. Seragam yang terdiri atas kemeja putih dengan mantel cokelat yang dibordir lambang akademi sihir berwarna emas sebagai luaran. Kemudian ia juga mengenakan celana pendek selutut dan sepatu bot berwarna cokelat. Pangeran Albert juga biasanya menggunakan ikat kepala bermotif kotak-kotak berwarna hitam bergaris emas. Perlengkapan sihir seperti batu energi dan tongkat tergantung di ikat pinggang yang ia gunakan. Praktisnya menjadi penyihir adalah dalam waktu singkat ia bisa membersihkan dirinya sendiri tanpa harus mencuci seragam itu.

Selama berada di akademi sihir, Pangeran Albert tidak merasakan kesenangan yang sama seperti saat belajar bersama Iriel. Kebanyakan pelajarannya mulai dari dasar, dan anak-anak seusianya yang hanya menggunakan sihir tipe pemula membuatnya bosan. Dan di antara semua hal yang memuakkan, Pangeran Albert paling tidak senang mendengarkan orang bergunjing. Selalu saja ada suara-suara yang membicarakan dirinya.

"Dia bisa menggunakan sihir, tidak salah lagi ibunya adalah penyihir rendahan yang menggoda Yang Mulia,"

"Ah … dia tidak sehebat itu, mungkin dia hanya beruntung karena darah kerajaan mengalir dalam dirinya,"

"Apa yang coba ia buktikan dengan menjadi seorang penyihir?"

Selalu saja ada prasangka-prasangka yang membuat Pangeran Albert tidak nyaman. Kemudian diantara semua ketidaknyamanan itu, hal yang paling meresahkan adalah Raja sama sekali tidak melirik dirinya. Satu-satunya hal yang membuat Pangeran Albert terus melangkah adalah kecintaannya terhadap sihir. Meski Ririas menolaknya, setidaknya sihir tidak akan pernah berpaling.

Pada suatu hari ketika Pangeran Albert telah lulus ujian middle class[1] ia mengikuti sebuah kelas yang menjelaskan tentang Pusaka Sihir. Kelas hari itu sangat spesial karena dibawakan langsung oleh ketua asosiasi sihir yang juga merupakan tangan kanan Raja. Ia adalah Anna Rubble. Wanita paruh baya yang mendedikasikan dirinya pada Ririas dan keluarga kerajaan. Anna Rubble digadang-gadang sebagai penyihir nomor satu. Namun, di antara semua rumor yang beredar mengenai dirinya, terdapat satu rumor tidak mengenakkan. "Anna Rubble adalah The Sinner[2]," katanya.

Anna Rubble menjelaskan bahwa Pusaka Sihir merupakan pelindung dari Ririas. Rahasia dari kemasyhuran negeri itu adalah Pusaka Sihir itu sendiri. Pusaka Sihir merupakan kandidat terpilih yang menggunakan sihir skala besar untuk menciptakan perdamaian. Mereka yang terpilih akan dinaikkan derajatnya dan menjadi panutan oleh para penyihir.

Pergantian Pusaka Sihir biasanya dilakukan 20 tahun sekali. Namun, penyelenggaraan pemilihan kandidat dilakukan 5-10 tahun sebelum pergantian. Syarat kandidat Pusaka Sihir adalah penyihir upper class yang berusia di bawah 20 tahun. Pusaka Sihir menjadi posisi yang sangat diinginkan oleh banyak penyihir. Bagi mereka yang terpilih, akan ada rasa kebanggan dan pembuktian sebagai penyihir terhebat di usia muda.

Anna Rubble menyampaikan di pidatonya, "Mereka yang terpilih menjadi Pusaka Sihir akan mendapatkan berkah dan diangkat oleh langit menjadi Dewa Pelindung Ririas," begitulah dia dengan wibawanya hingga membuat setiap orang di dalam ruangan bersorak.

Setiap orang yang mengikuti kelas hari itu sangat terpukau termasuk Pangeran Albert. Bahkan Pangeran Albert sendiri sangat tergoda dengan kalimat yang mengagung-agungkan Pusaka Sihir. Sempat terbesit dalam hatinya, "Mungkin dengan menjadi Pusaka Sihir, Raja akan merasa bangga."

Pangeran Albert berjalan keluar ruangan ketika kelas itu hampir kosong. Namun, ketika ia hendak melewati pintu keluar ia berpepasan dengan salah satu teman kelasnya, Treiya Rubble. Pada hari itu Pangeran Albert mengingat jelas wajah gadis itu. Alis tegas dengan tatapan yang tajam, Treiya Rubble yang terkenal dengan posisi nomor satu harus digeser oleh pangeran Ririas. Tatapan itu menunjukkan rasa haus akan kemenangan. Makanya ia sadar, ketika ingin memperebutkan posisi Pusaka Sihir nantinya, Treiya Rubble akan menjadi saingan pertamanya.

Waktu petang seusai mengikuti pelajaran di akademi, Pangeran Albert bergegas ke rumah berbahan serba mahoni milik Iriel. Di sana, ia menemukan masternya yang masih bersantai sambil menikmati teh di sore hari. Rumah Iriel menghadap matahari terbenam, sehingga di balik jendela ia bisa menikmati cahaya senja yang sayup-sayup menembus kaca. Baru saja wanita itu hendak menenggak teh di gelasnya tiba-tiba pangeran muda membuka pintu dengan membantingnya keras.

"IRIEL …," wajah anak itu memerah sehabis lari menyusuri hutan. Iriel yang hampir saja tersedak karena terkejut merapikan diri dengan meletakkan teh itu kembali ke atas meja kemudian menyambut muridnya dengan senyum. Senyum yang sepertinya agak dipaksakan.

"Aku ingin menjadi Pusaka Sihir," ucap anak itu dengan senyum lebar dan masih berdiri di depan pintu. Mendengar hal tersebut, Iriel lebih terkejut lagi. Wanita itu kemudian bangkit dari kursi goyangnya dan berjalan perlahan ke arah Pangeran Albert.

"Aduh …," Pangeran Albert merintih kesakitan setelah kepalanya dijitak.

"Panggil aku Master," ujar wanita itu.

Iriel menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan, ia kemudian menatap lekat-lekat murid yang ada di hadapannya, "Mengapa kau ingin jadi Pusaka Sihir?" Tanyanya.

"Aku akan menjadi penyihir terhebat yang diakui oleh seluruh penduduk Ririas," jelas pangeran itu dengan wajah berseri-seri.

Iriel tersenyum simpul, tetapi ada kesedihan di balik tatapannya. Ia menepuk kepala anak itu kemudian berkata dengan nada sendu, "Baguslah."

Dua tahun kemudian Pangeran Albert mengikuti ujian kenaikan level. Saat itu saingan terberatnya adalah Treiya Rubble. Gadis itu merupakan salah satu penyihir muda yang menjanjikan. Darahnya masih satu garis keturunan dengan Anna Rubble. Penyihir terkuat dari Ririas merupakan bibinya. Meski begitu, hal yang membuat Treiya kuat bukan karena darahnya, melainkan semangat juang dan keinginannya untuk terus maju. Saat ujian Pangeran Albert sempat dibuat kewalahan.

Meski begitu, pada akhirnya Pangeran Albert berhasil lulus ujian dan menyisihkan Treiya Rubble. Ia menjadi satu-satunya lulusan yang berhasil menjadi upper class pada waktu itu. Meski dari segi kekuatan, Treiya dan Pangeran Albert hampir setara, dari segi teknik Pangeran Albert masih lebih unggul. Hal yang membuat Pangeran Albert unggul adalah daya imajinasinya yang kuat dan pengetahuannya yang luas. Jenis sihir yang ia keluarkan hampir selalu kompleks. Hal itulah yang membuat dirinya dijuluki sebagai penyihir genius. Kemudian lambat laun rumor tidak baik mengenai dirinya surut berkat prestasi yang ia capai.

Beberapa bulan setelah Pangeran Albert mengikuti ujian sihir, pengumuman mengenai penyelenggaraan pemilihan kandidat Pusaka Sihir dikeluarkan. Hanya saja, berbeda dari pemilihan-pemilihan sebelumnya, kali ini Raja Ririas terlibat langsung. Kemudian dalam pengumuman tersebut terdengar hal yang mencengangkan. Untuk menghargai pencapaian dan sebagai delegasi keluarga kerajaan, Sang Raja mengeluarkan dekret untuk menetapkan Pangeran Albert sebagai salah satu calon kandidat terpilih.

Mendengar hal tersebut Pangeran Albert sangat senang. Hari itu menjadi salah satu hari paling membahagiakan dalam hidupnya. Bagaimana tidak, setelah sekian lama akhirnya pangeran muda itu merasa keberadaannya diakui oleh Sang Raja. Segala usahanya kini membuahkan hasil, oleh karena itu tinggal satu usaha lagi. Ia tidak boleh mengecewakan keluarga kerajaan kali ini. Ia harus terpilih menjadi Pusaka Sihir.

Mengikuti seleksi Pusaka Sihir sangatlah sulit. Pada waktu itu terdapat ratusan penyihir muda yang berpartisipasi. Penyihir-penyihir tersebut merupakan penyihir yang menjanjikan dan Pangeran Albert menjadi yang termuda di antaranya. Untuk terpilih sebagai Pusaka Sihir, terdapat berbagai macam tes, mulai dari rapalan mantra, tingkat energi sihir, kemampuan pengendalian, hingga aplikasi dalam pertarungan langsung.

Pangeran Albert mempersiapkan segalanya dengan matang. Hampir setiap hari ia menemui masternya untuk berlatih. Ada kalanya ia memaksakan diri hingga tubuhnya tidak mampu bergerak. Ia berlatih sampai larut malam hingga mimisan. Namun, Pangeran Albert tidak pernah mengeluh. Harapan yang ditanggung dipundaknya lebih besar ketimbang semua usahanya. Ia terus berlatih sampai-sampai Iriel mencemaskan kondisinya.

Ketika penyelenggaraan pemilihan berlangsung, sesuai harapan Pangeran Albert berhasil masuk pada putaran terakhir. Pada putaran terakhir tes yang dilakukan berupa pertarungan langsung. Saat itu, meski Pangeran Albert terbilang ahli tetapi lawannya jauh lebih tangguh. Beberapa kali ia dibuat jatuh tersungkur, satu-satunya hal yang menjadi keunggulannya adalah sikap pantang menyerahnya. Pertarungan itu disaksikan oleh Raja Ririas, dan Pangeran Albert sama sekali tidak ingin kalah. Meski tubuhnya sudah kepayahan bahkan berdarah-darah, ia terus bangkit. Lawannya dibuat kesal dan kebingungan.

Lawan Pangeran Albert merupakan pemuda berusia 17 tahun. Saat itu ia hampir saja kalah karena lawannya lebih tangguh baik dari segi kekuatan, pengetahuan, dan pengalaman. Pangeran Albert bahkan hampir saja putus asa karena tidak ada lagi cara yang dapat ia pikirkan. Satu-satunya hal yang bisa ia lakukan adalah bertahan. Ia hanya berusaha menangkis dan menghindari segala serangan yang ia terima. Tetapi pada saat pertarungan itu berlangsung terjadi keanehan. Baru saja lawan Pangeran Albert ingin mengeluarkan jurus pamungkasnya, tiba-tiba ia tidak sadarkan diri. Saat itu ia dianggap tumbang karena kehabisan energi. Pangeran Albert berhasil memenangkan pertarungan karena menjadi yang terakhir berdiri di arena.

Suara kembang api, sorak sorai penduduk Ririas, kemudian berbagai macam atraksi yang dilakukan oleh penyihir pada malam itu. Malam perayaan dinobatkannya Pangeran Albert sebagai kandidat terpilih Pusaka Sihir. Pangeran muda itu duduk tepat di samping Raja Ririas. Tidak ada hal yang lebih membanggakan dari pada itu, pikir si pangeran muda. Rasanya, segala kerja keras dibalas dengan buah yang manis. Ia begitu senang hingga seluruh tubuhnya dipacu oleh adrenalin. Rasa-rasanya ingin turut menari seraya mengikuti irama musik. Rasa-rasanya ingin menaiki sapu terbang dan keliling angkasa kemudian berteriak pada dunia. Namun, Pangeran Albert harus tetap menjaga wibawanya. Sebagai pangeran kedua dari Ririas dan kandidat Pusaka Sihir, ia harus berlaku sopan.

Terakhir kali Pangeran Albert mengikuti pesta formal kerajaan adalah ketika ulang tahun Pangeran Mahkota. Tak pernah sekalipun ia membayangkan akan tiba hari di mana ia menjadi pusat dari pesta itu sendiri. Pemandangan melihat penduduk Ririas tertawa gembira karenanya merupakan hal yang amat langka. Malam itu menjadi malam luar biasa. Pangeran Albert mengenakan blazer kerajaan berwarna olive green dengan kalung emas yang digantungkan di bawah kerah bajunya. Untuk pertama kalinya di hadapan pubilk, ia menggunakan gelang kerajaan turun temurun yang diberikan pada dirinya. Gelang itu diukir dengan simbol kerajaan yang bertuliskan "Edler." Gelang emas itu melingkari tangan Pangeran Albert dengan pas. Konon katanya gelang itu mengandung energi sihir sehingga setiap orang yang memakainya akan berukuran pas.

Di saat malam semakin larut dan pesta baru saja memasuki puncak acara, Raja Ririas berdiri dari singgasananya pertanda akan menyampaikan sebuah pidato. Kemudian di antara semua kegaduhan para tamu undangan, Raja yang baru saja akan pergi ke balkon tempat orang-orang dapat melihatnya dengan jelas, tiba-tiba menepuk pundak Pangeran Albert. Tanpa memandang, tanpa melirik sedikit pun, Raja itu berkata lirih, "Kerja bagus."

Pundak yang disentuh oleh Sang Raja terasa panas. Rasanya terdapat bobot luar biasa dari sentuhan itu. Pangeran Albert terkesima hingga tak satu pun kata mampu terucap. Kemudian punggung Sang Raja perlahan semakin menjauh dan pidatonya terdengar samar-samar, tetapi bekas sentuhannya tak kunjung hilang. Suara gendang yang dipukul atau alunan biola yang digesekkan sama sekali tidak terdengar.

Pangeran Albert meremas bajunya seolah menahan jantungnya agar tidak berdegup lebih kencang lagi. Tangannya yang dikepalkan masih saja gemetaran saking senangnya. Tetapi wajah itu semakin merah dan pandangannya semakin kabur. Seolah momen itu bergerak lambat, beberapa detik setelahnya Pangeran Albert tersadar, ia menitikkan air mata. Terdapat rasa haru, rasa bahagia, rasa tak percaya, dan rasa bangga yang bercampur aduk.

"Terima kasih," ucap anak itu dalam hati.

Beberapa saat setelah Sang Raja menyampaikan pidatonya orang-orang menemui Pangeran Albert. Mereka mengucapkan selamat dan memberikan pujian.

Mulut yang awalnya dipakai menghina, kini dipakai menyampaikan pujian. Miris sekali melihat hal itu, tetapi Pangeran Albert tidak peduli. Di antara semua pujian yang ia dengar, ia telah mendapatkan yang ia inginkan.

"Selamat malam," seorang gentleman usia 40an mendatangi Pangeran Albert. "Selamat karena telah terpilih menjadi Pusaka Sihir," ucapnya seraya mengulurkan tangan. Pangeran Albert menjabat tangan pria yang memakai setelan jas berwarna hitam itu lalu mengucapkan terima kasih.

"Dilihat lebih dekat Anda benar-benar mirip dengan Putri Ririka," ucapnya sembari tersenyum getir.

Pangeran Albert bertanya-tanya, siapa gerangan maksud pria berkacamata itu. Tetapi sebelum ia sempat menanyakannya, seorang pelayan tiba-tiba menabrak pria itu dan menumpahkan minuman.

"Ma--maaf," pelayan itu menundukkan kepala berulang-ulang. Wajahnya penuh kekhawatiran karena bersikap ceroboh kepada bangsawan itu.

"Ah …," Si gentleman membersihkan noda di bajunya menggunakan sapu tangan, ia kemudian undur diri dan segera meminta pelayan membantunya untuk menghilangkan noda tersebut.

Pangeran Albert yang terlibat dalam kejadian itu merasa kebingungan. Pria itu tiba-tiba muncul kemudian pergi meninggalkan rasa pahit di lidah. Tetapi di antara semua kebingungannya, Pangeran Albert paling bingung dengan nama yang pria tadi sebutkan.

"Ririka?" Tanyanya dalam hati.

~

[1] Middle Class = penyihir level dua yang menggunakan tipe sihir pertama dan kedua (manipulasi alam dan rekonstruksi). Untuk meningkatkan level harus melalui ujian sihir

[2] The Sinner = penyihir yang menggunakan sihir terlarang berupa kutukan atau tabu.