Gadis itu mendapat tatapan iba dan ejekkan dari seluruh pasang mata yang berada di sepanjang koridor bangsal, saat Sebastian mempermalukannya tidak ada yang berani menatapnya secara langsung, karena mereka tidak mau mendapat imbas dari amarah Sebastian.
"Bukankah dokter itu luar biasa? Dia membela Kita orang lemah dan juga tidak tergoda dengan dokter cantik itu," ucap seorang ibu yang merupakan seorang pasien, Dia menyaksikan kejadian itu sedari awal.
"Benar-benar lelaki idaman," jawab seorang lagi yang menuntun pasien tersebut.
"Jangan berkhayal terlalu tinggi, orang seperti Kita bukanlah levelnya," ucap ibu itu sedikit mengeraskan suaranya. Agar ucapannya di dengar oleh dokter muda tadi yang telah berjalan pelan meninggalkan bangsal dengan kepala menunduk menahan malu.
*****
Rumah sakit ZCG adalah rumah sakit termewah di kota Z begitupun dengan kota-kota lain yang juga memiliki rumah sakit cabang. Peraturan dan fasilitas yang di buat secara turun menurun membuat rumah sakit itu terus berkembang dengan baik hingga sekarang.
Apalagi setelah Sebastian yng memegang kendali penuh atas rumah sakit. Seluruh masyarakat memepercayakan kesehatannya di rumah sakit itu karena memiliki staff yang berkompeten di bidangnya.
Peraturan yang di buat Sebastian banyak menguntungkan bagi rakyat kecil yang kesusahan dalam finansial mereka. Rumah sakit swasta ini menerima dengan pintu terbuka setiap rakyat kecil yang tidak punya uang sekalipun. Selama mereka datang dan mengeluh maka dengan sebaik mungkin mereka di layani.
Prinsip Sebastian tidak ada orang kaya atau orang miskin, semua manusia sama di matanya, oleh sebab itu dirinya sangat murka jika ada dokter yang mengabaikan nyawa seseorang hanya karena status sosial.
Sebastian tidak akan bisa mentotelir siapa saja yang berani lalai terhadap tugas dan kewajiban, karena ia meyakini jika dokter adalah perantara Tuhan untuk menyelamatkan nyawa seseorang.
Oleh karena itu semua rumah sakit ZCG yang tersebar di seluruh kota dan mancanegara di lengkapi dengan fasillitas dan perlengkapan mumpuni. Serta peraturan yang mutlak yang tidak bisa di ganggu gugat.
Tidak hanya orang miskin, bahkan orang dengan ekonomi kelas menengah dan atas pun mempercayakan kesehatan mereka di rumah sakit swasta ini, meski mereka harus membayar lebih dari rumah sakit swasta yang lain. Karena mereka menganggap rumah sakit ini memiliki kwalitas paling baik, sehingga mereka tidak perlu ragu untuk berobat di sana.
Banyak orang yang mengagumi konsep peraturan yang di terapkan oleh Sebastian, ini seperti si kaya membayar si miskin atau lebih tepatnya bersedekah terhadap sesama tanpa mereka sadari.
Dengan mereka yang memiliki finansial lebih baik, mereka harus membayar lebih mahal untuk rawat inap dan obat yang mereka dapatkan, tapi itu sama sekali tidak masalah bagi mereka, karena mereka juga mendapat pelayan yang terbaik dari satff dan dokter ahli.
Tidak ada perbedaan yang signifikan dari setiap bangsal, hanya jumlah pasien saja yang berbeda. Selebihnya sama, semua pasien mendapat kenyamanan dan pelayanan yang setara.
Daren yang memiliki posisi sebagai direktur utamapun sangat mendukung peraturan yang di terapkan oleh sepupunya, mereka besar dengan didikan yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan yang di tanamkan oleh sang kakek yang secara mutlak adalah pendiri ZCG. Jadi sekaranglah mereka merelisasikan semua hasil didikan yang telah mereka terima sedari kecil.
Banyak pengusaha yang bergerak di bidang kesehatan ingin menanam saham di rumah sakit, namun tidak semudah itu bisa melewati dirinya dan Sebastian, karena prinsip mereka nyawa manusia bukanlah untuk di bisniskan.
****
"Lagi ada masalah?" tanya Daren begitu mereka memasuki ruangan Sebastian.
"Urus saja urusanmu," jawab Sebastian dingin sambil duduk di kusri kerjanya.
"Masalahmu saat ini jadi urusanku. Karena emosimu hari ini, aku jadi harus lembur." Daren mengucapkan itu sambil berlalu kearah lemari pendingin untuk mengambil air mineral.
"Keluar," ucap Sebastian dingin.
"Mengusirku?" Daren menaikkan sebelah alisnya.
"Apa Kau di abaikan oleh Ibu dan Anak itu?" Tebak Daren. Karena Ia yakin Sebastian seperti ini ada hubungannya dengan Anna.
"Mereka terlihat saling menyayangi. Andai aku pria beruntung yang menjadi Suami dan Ayah, pasti hidupku sangat bahagia sekarang," ucapnya tanpa peduli dengan tatapan tajam Sebastian. Menggoda Sebastian adalah kesenangan tersendiri bagi Daren.
Aku akan berkunjung ke rumahmu. Saat Brayn pergi, Aku tidak ada. Lagipula Aku belum menyapa kakak ipar dengan baik," ucapnya lagi sambil menenggak air mineral itu.
Sebastian tau jika sepupunya itu ingin meamancing emosinya, dan Ia tidak akan terpengaruh sedikitpun akan ocehan Daren. Tapi sebenarnya apa yang di ucapkan daren tidaklah semuanya salah bahkan benar.
"Bagaimana gadis itu bisa di terima magang di sini?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.
"Entahlah," jawab Daren acuh. Ia sibuk dengan ponsel di tangannya.
"Bereskan. Ini tanggung jawabmu." Sebastian kembali sibuk dengan berkas-berkasnya. Sementara Daren yang duduk santai di sofa masih sibuk dengan ponselnya untuk melihat skor bola dari club kesayangannya.
Daren sebenarnya memiliki sikap yang dingin terhadap orang lain, namun ia tidak separah Sebastian, paling tidak Ia masih bersedia ramah kepada siapa saja yang menyapanya. Berbeda dengan Sebastian yang langsung membuat benteng dengan wajah arogantnya sebelum orang berani untuk menyapanya.
Namun begitu, jika Ia sedang berdua dengan Sebastian, sikap dinginnya lenyap berganti dengan sikap tengil untuk menarik perhatian Sebastian. Hanya dengan cara itu Ia bisa tetap dekat dengan Sebastian yang sudah seperti kakak kandungnya, terlepas dari sikap dingin dan cenderung menolak yang di tunjukkan Sebastian. Sebasian seperti ini karena memiliki alasan.
***
"Dania, apa benar tadi Ibas mempermalukan seorang dokter magang?" tanya Lexa yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan Dania tanpa mengetuk pintu.
"Bisa ketuk pintu dulu tidak," ketus Dania yang di hiraukan oleh Lexa. Dania heran terhadap wanita yang dulu pernah menjadi sahabatnya ini bisa berubah jadi wanita yang tidak tau malu dan agresif seperti ini.
"Ternyata gosip cepat sekali menyebar mengalahkan kecepatan cahaya," sarkas Dania. Saat ini moodnya tidak dalam kondisi baik untuk meladeni Lexa.
"Jadi itu benar?" tanyanya lagi dengan senyum senang.
"Iya. Kenapa kamu tersenyum seperti itu? Senang karena ada yang senasib sepertimu?" ejeknya.
"Kenapa kamu bilang begitu? Aku senang karena Ibas menolak gadis itu. Ah, dan gadis itu juga harus sadar diri," ucap Lexa percaya diri.
"Lalu bagaimana denganmu?"
"Maksudmu?" tanya Lexa dengan raut wajah yang bingung.
"Kamu dan gadis itu tidak ada bedanya, bahkan kamu lebih parah darinya." Tanpa perasaan Dania mengucapkan kalimat itu. Sudah di bilangkan saat ini Dania tidak dalam mood yang baik.
"Bukankah kamu keterlaluan Nia," ucap Lexa menatap Dania tidak suka.
"Tapi itu faktanya kan?"
"Tidak. Ibas bukan menolakku hanya saja Dia belum sadar akan perasaannya padaku," ucap Lexa percaya diri.
"Terserah. Sekarang keluarlah, Aku masih banyak pekerjaan." Mengusir Lexa secara halus sepertinya lebih baik dari pada mendengarkan kehaluan Lexa yang memuakkan fikir Dania.