"Mom!" Seru Brayn saat melihat Anna yang sudah berada di ruang tunggu khusus.
"Jangan berlari," ucap Anna memperingati Brayn.
"Aku merindukanmu Mom," ucap Brayn. Ia langsung mencium pipi Anna dan memeluk Anna kuat begitu Anna mensejajarkan tubuhnya.
"Bagaimana hari pertamamu, menyenangkan tidak?" tanya Anna sambil mengurai pelukan Brayn dan mengelus sayang surai putranya.
"Ternyata tidak ada yang istimewa," bisiknya pada Anna. Anna hanya mengerutkan alis karena bingung dengan jawaban Brayn.
"Selamat siang nyonya," sapa Miss Anneth. Wali kelas Brayn.
"Selamat siang Miss," ucapnya membalas sapaan guru Brayn, "Rei, bawa Brayn dan tunggu Saya di mobil," ucapnya pada Rei.
"Baik Nyonya," jawab Rei. Namun sebelum itu Anna menyuruh Brayn untuk menyalim tangan gurunya dan mengucap salam.
Setelah memastikan Brayn masuk ke dalam mobil, Anna beralih menatap wanita di sampingnya, yang sepertinya seusia dengannya, tanpa berniat basa-basi Anna pun bertanya, "bagaimana hari pertama putra Saya di kelas?"
"Brayn anak yang cepat tanggap terhadap materi yang Saya dan patner berikan, ia sangat mudah memahami, bahkan dalam mengerjakan tugas anak itu bisa cepat menuntaskannya. Tidak ada kesulitan baginya untuk mengejar pelajaran," jelas wanita itu, "dan juga untuk anak seusia Dia yang duduk di bangku Tk, Dia termasuk golongan anak yang cerdas dan unggul dari teman sebayanya." Wanita bernama Anneth itu mengagumi sosok Anna yang anggun.
"Apa itu sesuatu yang salah?" tanyanya. Ia menyadari jika Brayn adalah anak yang cerdas dari pertama kali bertemu.
"Sama sekali tidak Nyonya, hanya saja anak yang seperti itu cenderung sulit untuk bergaul, tapi Saya harap Brayn bisa membaur bersama temannya di hari-hari berikutnya." Anneth menjelaskan dengan sopan dan hati-hati.
"Terima kasih untuk informasinya, kalau begitu Saya permisi." Anna lega karena putranya tidak dalam pskologis yang serius seperti yang ia khawatirkan. Setelah mengucapkan salam Anna pun pergi.
"Baik Nyonya Anna," jawab Anneth sopan.
****
Sepanjang perjalanan Brayn mengoceh banyak hal pada Anna tentang hari pertamanya sekolah, dan Anna dapat menyimpulkan jika sekolah adalah hal yang tidak sesuai ekspetasi Brayn.
Rei yang juga ikut mendengar obrolan ibu dan anak itu, menyimpulkan jika Tuan mudanya ini memiliki pemikiran yang luar biasa, bagaimana tidak ia menganggap sekolah sambil bermain itu membosankan. Baginya saat main ya main saat belajar ya belajar tidak bisa di satukan.
"Mommy tau, bahkan Miss Carla jauh lebih baik dari Miss-Miss yang ada di sekolah," ucap Brayn sambil memainkan ujung rambut Anna. Ia sangat suka wangi rambut ibunya.
"Tidak baik membandingkan seperti itu, setiap orang punya kelebihan dan kekurangannya," ucap Anna lembut.
"Tapi, Miss carla lebih bisa membuatku bersemangat saat belajar," ucapnya lagi.
"Lalu kamu mau homeschooling lagi?" tanya Anna serius. Ia tidak ingin Brayn tertekan dalam menjalani pendidikan.
"Bukan begitu, Aku pikir kenapa Miss Carla tidak mengajar di sekolahku saja," jawabnya dengan cengiran.
Anna di buat kagum dengan cara berpikir putranya ini, bagaimana anak berusia lima tahun mengerti mana guru yang bisa membuatnya semangat mana yang tidak, padahal Anna melihat jika guru yang ada di sekolah itu memiliki jiwa guru yang tinggi.
Bahkan dengan sabar melayani setiap pertanyaan dan tindakan para balita yang masih berada di fase serba ingin tau, dan Brayn megatakan jika guru seperti itu tidak bisa membuatnya bersemangat.
"Bibi Rei, boleh tidak Aku memanggilmu kakak Rei saja?" tanya Brayn tiba-tiba.
"Hah." Tanpa sadar Rei menginjak rem mendadak saat mendapat pertanyaan itu.
"Maaf, Saya terkejut," ucapnya pada kedua majikannya itu.
"Apa pertanyaanku begitu berat sampai membuatmu terkejut?" tanya Brayn menatap Rei dengan marah. Akibat ulah Rei ia dan ibunya sedikit terpental, untung ada sabuk pengaman.
"Mom, you ok?" Brayn mengalihkan perhatiannya pada ibunya dan memeriksa keadaan Anna dengan wajah khawatir.
"I'm ok Boy," jawab Anna. Wajah khawatir Brayn begitu menggemaskan bagi Anna, dengan sayang Anna menciumi wajah putranya.
"Apa kalian terluka? Maafkan kecerobohan Saya," lirih Rei dengan menyesal. Ia menghentikan mobilnya di pinggir jalan yang aman, lalu memeriksa keadaan kedua Bosnya.
"Kami baik," ucap Anna. Lalu ia melihat jika Rei memakirkan mobil di depan toserba.
"Brayn, kamu mau makan ice cream tidak?" tawar Anna ntuk mengalihkan Brayn dari rasa marahnya pada Rei.
"Bibi Rei sudah minta maaf, jadi Kamu tidak boleh marah lagi," ucap Anna sayang.
"Iya, maafkan Saya Tuan," cicit Rei.
"Baik, tapi Kamu harus mau Aku panggil Kakak, tidak ada penolakan," ucapnya ketus. Lalu beralih menatap Anna dan berkata, "ayo Mom kita turun dan belikan Kakak Rei ice cream agar bisa menyetir dengan baik."
Rei merasa lega karena Tuan mudanya sudah tidak marah, terserah mau anak itu memanggilnya apa ia tidak perduli. Lagi pula panggilan bibi terlalu tua untuknya yang masih sangat muda fikirnya.
Tapi serius, ia merasa takut saat Tuan mudanya marah, tatapan dan auranya sama persis seperti Bos. Apalagi saat mata yang memiliki bola mata dengan warna yang sama menatapnya tajam, membuat Rei serasa di kuliti.
'Like father like son' batin Rei ngeri. Setelah memakirkan mobil di tempat yang benar, ia menyusul ibu dan anak yang telah lebih dulu masuk ke toserba.
"Kak Rei, mau tau tidak kenapa Aku mengubah panggilanmu?"
'Tidak mau!' jerit Rei dalam hati.
"Karena apa Tuan?" jawaban yang keluar dari mulut Rei sambil menggigit sendok ice cream.
"Karena Kamu terlihat lebih muda dan cantik dari guru-guruku di sekolah," jawab Brayn riang. Dan ia tidak menyadari karena ucapannya pipi Rei besemu merah karena malu.
'Rei, kenapa kamu harus malu saat di puji seorang balita!' jerit dewi batinnya.
"Tapi tidak ada yang bisa menandingi kecantikan Mommyku," ucapnya lagi sambil menatap sayang Anna yang duduk di sampingnya. Dengan telaten Anna membersihkan sisa-sisa ice cream yang ada di pinggir bibir putranya.
Anna tau Rei merasa malu karena ucapan Brayn, dan sebenarnya Anna setuju dengan pendapat putranya itu. Rei adalah gadis yang cantik dan manis, hanya saja ia sedikit tomboy.
Jika wajah blasterannya itu di beri sedikit polesan, serta di pakaiakan gaun, Rei akan tampak sangat cantik pikir Anna, dan tidak ada yang menyangka jika dia seorang bodyguard yang handal.
"Terima ksih Tuan atas pujian Anda, dan Anda bisa memanggil Saya apa saja yang membuat Anda nyaman tentunya," ucap Rei. Ia merasa senang bekerja untuk dua orang ini. Dirinya di perlakukan seperti seoarang adik dan seorang kakak secara bersamaan.
Orang-orang yang melihat mereka tidak akan mengira jika Dia adalah seorang pengawal, mereka terlihat seperti satu keluarga yang sedang makan ice crem dengan Brayn sebagai adik paling bungsu. Reo tidak lagi menggunakan jas resminya, itu membuatnya seperti sedang jalan-jalan daripada melaksanakan tugas.