Chereads / Annaya & Takdirnya / Chapter 43 - Hari Pertama Brayn Masuk Sekolah

Chapter 43 - Hari Pertama Brayn Masuk Sekolah

Brayn sangat antusias menyambut hari pertamanya ke sekolah, ia sampai bangun lebih awal untuk bisa menyiapkan semua keperluannya agar tidak ada yang tertinggal.

Anna juga sama semangatnya dengan Brayn, ia tidak sabar untuk mengantar Brayn kesekolah dan mengenalkan dirinya sebagai ibu anak itu.

Pagi ini setelah sholat subuh Anna langsung pergi ke dapur untuk membuatkan sarapan dan bekal untuk Brayn, Anna ingin ia sendiri yang menyiapkan segala kebutuhan putranya dari hal yang terkecil hingga yang terbesar.

Para pelayan yang telah sibuk di dapur tidak di izinkan Anna untuk membantunya, hanya Roshie yang beberapa kali menunjukkan letak bahan makanan dan bumbu dapur.

Roshie mengagumi cara Nyonyanya yang lihai dalam menggunakan alat dapur, padahal banyak wanita muda jaman sekarang yang tidak pandai memasak karena lebih memilih menjadi wanita karir, tapi Nyonyanya berbeda. Dan dia mensyukuri Tuannya mendapatkan wanita seperti Anna.

Setelah selesai menyiapkan sarapan dan bekal putranya, Anna pergi menuju kamar Brayn untuk membangunkan anak itu dan membantunya memakai seragam sekolah.

"Kamu sudah mandi?" tanya Anna saat masuk ke kamar Brayn dan melihat anak itu sudah segar.

"Morning, Mom," sapa Brayn, " ini hari pertamaku sekolah tentu aku harus bangun lebih awal." Brayn sangat antusias menyambut hari ini, dan Anna bisa melihat binar kebahagiaan dari mata anaknya. Dengan telaten Anna memakaikan seragam yang semakin membuat anaknya terlihat tampan.

"Kamu harus semangat setiap hari, mengerti," ucap Anna yang di angguki Brayn cepat.

"Mom, di mana Papa?" tanyanya saat sudah tiba di meja makan dan tidak melihat keberadaan ayahnya.

"Mungkin akan turun sebentar lagi," jawab Anna. Sebenarnya ia tidak yakin apakah Sebastian ada dirumah atau tidak, karena saat Anna bangun pagi tadi ia tidak melihat pria itu di dalam kamar.

"Tunggu di sini sebentar bersama Ned, Mommy akan segera kembali." Anna segera menuju kamarnya untuk mandi dan bersiap mengantar Brayn.

"Tuan anda terlihat sangat bersemangat sekali," ucap Ned pada Brayn sambil menuangkan segelas susu untuk Tuan kecilnya itu.

"Apa sangat terlihat Ned?" tanya Brayn polos. Ia tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.

"Sangat jelas," jawab Ned dengan senyum hangatnya.

"Ini hari pertamaku benar-benar ke sekolah, selama ini aku hanya merasakan homeschooling dan itu membosankan," jawabnya. Ned yang medengar itu merasa iba.

"Mulai sekarang anda akan terus ke sekolah dan memiliki banyak teman untuk belajar dan bermain," ucap Ned.

"Semoga saja." Lalu Brayn meminum susunya sambil menunggu orang tuanya yang akan bergabung dengannya untuk sarapan.

Pagi ini Anna berpenampilan sederhana seperti biasa dengan riasan yang natural, karena Anna bukan tipe wanita yag suka berpenampilan dan berdandan secara berlebihan.

"Apa Papa belum selesai Mom?" tanya Brayn saat melihat ibunya hanya turun seorang diri.

"Papamu sepertinya tidak pulang," jawab Anna saat sudah duduk di meja dan menyiapkan sarapan Brayn.

"Oh," gumam Brayn lesu.

"Sekarang sarapan dulu ya, mungkin apamu sedang ada pasien yang tidak bisa di tinggal." Anna mencoba memberi alasan yang masuk akal pada Brayn

"Ah, benar juga aku lupa jika Papa seorang dokter yang hebat," jawabnya yang kembali riang. Anna mengelus sayang surai Brayn. Anak ini selalu mencoba memahami sesuatu dengan baik.

****

Sweet Heart Internasional itulah sekolah yang di daftarkan ayah mertua Anna untuk Brayn. Sekolah ini memiliki fasilitas dan keamanan yang baik, setiap area memiliki cctv dan security untuk mengawasi para siswa.

Seperti namanya, sekolah ini berbasis internasional, sehingga bahasa yang di gunakan untuk berkomunikasi adalah bahasa inggris dan beberapa bahasa lain yang menjadi standart mereka.

Para guru juga memiliki rekam jejak yang baik dalam hal pendidkan, sehingga membuat sekolah ini menjadi favorite di kalangan masyarakat kelas atas.

"Selamat pagi Nyonya Anna," sapa seorang wanita.

"Pagi," jawab Anna.

"Perkenalkan. Nama saya Bethany scott," ucap wanita berusia 40-an itu memperkenalkan diri.

"Saya Annaya Nur Kamila." Anna memperkenalkan dirinya sambil berjabat tangan dengan wanita yang ia yakini adalah kepala sekolah.

"Baiklah nyonya, silahkah duduk." Dengan sopan ia mempersilahkan Anna duduk di sofa yang ada di ruangannya.

"Sebelumnya saya ucapkan selamat datang di sekolah ini, Saya harap Anda dapat mempercayakan anak ada kepada kami tanpa keraguan," ucapnya sopan.

"Semoga sekolah ini sesuai dengan apa yang saya baca dari artikel yang tersebar di internet," ucap Anna tenang.

"Saya harap kami tidak mengecewakan Anda. Jika Anda berkenan, Saya akan membawa Anda berkeliling untuk melihat-lihat."

Anna menerima tawaran kepala sekolah yang memiliki tubuh seperti model itu, tentu wanita itu harus memperhatikan penampilannya, mengingat sekolah itu adalah sekolah terbaik dan termahal di kota Z.

"Seperti yang Anda lihat, sekolah ini di lengkapi dengan fasilitas terbaik dan aman tentunya, Kami juga mempekerjakan staff yang ahli di bidangnya. Sehingga keamanan siswa dan siswi terjamin," jelasnya sambil berjalan mengitari sekolah bersama Anna.

Dalam diamnya Anna mengakui apa yang di katakan wanita itu sesuai dengan apa yang ia lihat, lagipula mana mungkin Ayah mertuanya mendaftarkan Brayn di tempat yang tidak terjamin keamanannya.

"Kalau begitu Saya percayakan anak Saya pada Anda," ucap Anna pada akhir pembicaraannya.

"Terima kasih atas kepercayaan Anda," jawab wanita itu. Ia menilai jika Anna bukanlah istri dari sembarang orang, atau ia adalah seorang single parents yang memiliki finansial yang baik, sehingga bia menyekolahkan anaknya di sini.

"Maaf Nyonya, Saya ingin bertanya," ucapnya sopan. Kini mereka telah kembali keruangan kepala sekolah.

"Silahkan," jawab Anna.

"Kenapa putra Anda tidak menggunakan keluarga di belakang namanya?" tanya wanita itu hati-hati.

Melihat wajah Anna yang berubah dingin ia lantas meluruskan maksud dari ucapannya.

"Saya tidak bermaksud mengusik privasi Anda, hanya saja Saya lihat putra Anda memiliki darah campuran dan biasanya--,"

"Apa itu berpengaruh? Jika iya, Saya akan mencari sekolah lain yang tidak mempersoalkan tentang nama," sela Anna datar.

"Tidak. Bukan begitu maksud Saya. Maaf," ucap wanita itu. Ia sungguh menyesal menanyakan hal yang membuat wanita muda di depannya ini tersinggung, dan salahkan rasa ingin taunya tentang asal usul anak yang bernama Brayn ini.

"Anda hanya perlu menjamin pendidikan dan keamanannya saja, perihal lain Saya rasa Anda tidak perlu tau." Setelah itu Anna bangkit dan meninggalkan ruangan itu.

Beberapa pasang mata yang menyaksika Anna keluar dari ruang kepala sekolah dengan wajah dingin, menjadi penasaran terhadap apa yang di bicarakan oleh mereka.

Para orangtua yang mengantar anaknya dengan penampilan sosialita pun tidak luput memandang Anna dengan tatapan yang berbeda-beda, Anna dapat menilai mereka saat ini sedang menebak dari kalangan mana ia berasal.