Chereads / Annaya & Takdirnya / Chapter 39 - Masih Ada Orang Yang Mirip Denganmu

Chapter 39 - Masih Ada Orang Yang Mirip Denganmu

"Maaf," bisik Brayn di telinga Anna dengan senyum manisnya.

"It's ok," jawab Anna, "sekarang ayo kita cari buku yang lain untukmu." Anna bangkit dan menggandeng tangan Brayn lalu berjalan menuju rak buku khusus untuk anak.

Anna fokus mencari buku yang di butuhkan Brayn untuk masuk sekolah, Ayah mertuanya mengatakan jika sekolah telah menyediakan semua kebutuhan murid termasuk alat tulis dan yang lainnya, tapi Anna tetap ingin Brayn merasakan bagaimana menyambut hari pertamanya sekolah dengan semua barang yang Anak itu pilih sendiri.

Toko buku ini sangat besar dengan begitu banyak rak buku yang menyediakan semua jenis buku yang di inginkan oleh pengunjung, jadi tidak heran jika toko ini di kunjungi oleh semua orang dari berbagai usia.

Dan juga toko ini berada di pusat perbelanjaan terbesar di kota Z, toko ini menjual buku dengan harga tinggi, serta buku yang di jual juga tidak mudah untuk di temukan di toko buku lain. Itulah yang di jelaskan Rei pada Anna.

Saat Anna sedang fokus mencari segala kebutuhan putranya, tanpa sengaja Ia menyenggol bahu seorang wanita cantik yang berpakaian layaknya wanita karir.

"Maaf," ucap Anna sopan sambil membungkuk.

"Tidak apa-apa," ucapnya ramah.

"Mom, are you ok?" tanya Brayn yang berlari menghampiri Ibunya.

"Yes, " jawab Anna sambil mengelus sayang kepala putranya.

"Maaf, apa dia putramu?" tanya wanita itu dengan tatapan tidak percaya. Rei tidak suka denga pertanyaan wanita ini.

"Ya," jawab Anna tenang.

"Maaf, aku tidak bermaksud membuatmu tersinggung, hanya saja aku pikir kamu masih seorang remaja," jelasnya sopan. Ia tidak menyangka jika wanita cantik yang ada di hadapannya ini sudah menjadi seorang ibu.

"Mom, ayo pergi. Aku sudah selesai memilih buku." Tangan kecil Brayn menarik tangan Anna, Ia tidak suka dengan wanita itu.

"Sekali lagi aku minta maaf," ucap wanita itu yang menghentikan langkah mereka.

"Tidak masalah," jawab Anna sekenanya.

"Kalau begitu, kenalkan aku Kiara Olivia." Wanita itu memperkenalkan diri dengan mengulurkan tangannya.

"Anna," balas Anna dengan menyambut tangan wanita bernama Kiara itu.

"Sebagai tanda permintaan maafku, Aku mengundangmu ke toko kue ku, jika ada waktu mampirlah," ucapnya tulus sambil menyerahkan kartu namanya.

Anna yang tidak nyaman dengan obrolan ini dengan segera meraih kartu nama itu dan membacanya sekilas, lalu menyimpannya di dalam tas.

"Kalau begitu saya permisi," ucap Anna. Setelah itu ia melangkah pergi menuju kasir untuk membayar semua tagihan buku yang Ia beli.

Wanita yang bernama Kiara itu terus memandang kepergian mereka hingga hilang dari pandangannya, selain mengagumi kecantikan alami Anna, Ia juga terus memandangi balita tampan yang menurutnya mirip dengan pria yang Ia cintai.

'Di dunia ini ternyata masih ada orang yang mirip denganmu' batinnya.

****

Entah apa yang terjadi pada Sebastian pagi ini, tapi yang jelas itu membuat Daren dan Dania kewalahan, bagaimana tidak tanpa pemberitahuan sebelumnya kepada mereka berdua, Sebastian memutuskan untuk melakukan inspeksi.

"Apa yang terjadi pada manusia batu itu," gerutu Dania pada Daren. Saat ini mereka sedang menuju ruangan Sebastian.

"Entahlah," jawab Daren santai.

Ting

Lift berbunyi bersamaan dengan pintunya terbuka, kini mereka berada di lantai 25 tempat dimana ruangan Sebastian berada.

"Selamat pagi dokter Daren dan dokter Dania," sapa Smith saat melihat kedua sepupu Bosnya sudah tiba.

"Bos juga tidak memberi tahu saya sebelumnya jika ingin melakukan inspeksi," ucap Smith yang memahami arti tatapan Dania.

"Mari saya antar," ucap Smith.

"Tidak perlu," jawab Dania dengan ketus.

"Maklumi saja Smith, Dania seperti itu karena tidak berani meluapkan kekesalannya pada Ibas." Daren kemudian melangkah masuk keruangan Sebastian dengan Dania yang telah lebih dulu masuk.

"Bas, harusnya kamu memberi tahu kami lebih awal," ucap Dania pelan. Sudah di katakan oleh Daren kan jika Dania tidak akan berani meluapkan rasa kesalnya pada manusia yang bernama Sebastian.

Sebastian tidak mengatakan apapun tapi tatatapan tajamnya sukses membuat nyali Dania ciut, sehingga Dania hanya bisa mengumpat dan menggerutu dalam hati.

"Harusnya kalian selalu siap kapanpun aku ingin melakukan inspeksi," ucapnya tenang sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Bukan begitu, masalahnya aku ada janji saat makan siang," ucap Dania yang menahan kesal.

"Aku tidak peduli pada janjimu itu," jawab Sebastian acuh. lalu matanya menatap Daren yang sedari tadi senyum-senyum sendiri seperti orang gila.

"Daren katakan sesuatu," bisik Dania. Ia tidak sakit hati pada ucapan ketus sepupunya, karena Ia mengenal betul watak Sebastian, yang Ia inginkan sekarang adalah Sebastian mengundurkan waktu inspeksi.

"Aku tidak bisa melakukan apapun, batalkan saja janji kencan butamu itu," ucap Daren tenang. Ada untungnya juga Sebastian mengadakan inspeksi dadakan , karena dengan begitu Dania bisa membatalkan janji konyolnya, pikir Daren.

"Siapa yang mau kencan buta!" Seru Dania pada kembarannya ini.

"Sudah?" tanya Sebastian yang jengah melihat keduanya.

"Kenapa mendadak?" tanya Daren pada akhirnya. Ia yakin Sebastian saat ini sedang dalam mood yang tidak baik.

"Hanya ingin," jawabnya seadanya. Sebastian berdiri dari kursi kebesarannya, lalu mengambil snelinya yang tergantung, sambil memakai sneli itu Ia berjalan keluar ruangannya.

Sementara Dania cengok dengan jawaban sepupunya itu. Karena hanya dia ingin, Dania harus membatalkan janjinya? Bolehkah Dania menjerit frustasi sekarang!

Daren yang mendengar jawaban sebastian hanya tersenyum simpul, karena ia yakin inspeksi ini adalah peralihan sepupunya utuk meluapkan emosi yang tertahan. Jangan katakan Daren sepupu terbaik Sebastian jika Ia tidak bisa menebak tindakan sepupunya.

"Sudahlah Dania, menggerutupun tidak ada gunanya," goda Daren, setelah itu ia menyusul Sebastian.

Ingin rasanya Dania mencekik kembarannya itu saat ini juga, bagaimana bisa Daren tidak membantunya sama sekali, malah membuatnya malu di depan sebastian dengan mengatakan kalau ia punya janji untuk kencan buta.

Dengan tidak semangat Dania mengeluarkan ponselnya untuk mengirim pesan bahwa Ia tidak bisa menepati janjinya kali ini, dan akan menggantinya dengan lain hari.

Inspeksi ini harus di hadiri oleh ketiganya, karena mereka lah yang memiliki pengaruh dan tanggung jawab besar pada rumah sakit ZCG.

Lagipula sejak Sebastian meninggalkan rumah sakit selama tujuh bulan terakhir, inspeksi sama sekali belum pernah di lakukan. Jadi sudah sewajarnya Sebastian melalukam itu sekembalinya dari pertapaan, pikir Dania.

Seluruh staff rumah sakit di buat kelimpungan atas inspeksi mendadak ini, semua dengan cepat menyiapkan laporan yang di butuhkan untuk di serahkan kepada Sebastian, sebab mereka tidak ingin mendapat masalah dari pemiliki rumah sakit ini. Karena tidak ada despensasi bagi siapa saja yang melakukan kesalahan dan kelalaian.

Dan benar saja, Sebastian secara rinci memeriksa satu persatu bagian dari rumah sakit. Mulai dari bangsal kelas bawah, menengah dan atas tidak luput dari pemeriksaannya. Bahkan dokter dan pegawai magang pun tidak lepas darinya.