Chereads / Annaya & Takdirnya / Chapter 40 - Orang Seperti Pria Ini Tidak Akan Bisa Bergurau

Chapter 40 - Orang Seperti Pria Ini Tidak Akan Bisa Bergurau

"Rumah sakit ini bukan wisma penampungan, Anda jangan seenaknya saja keluar masuk rumah sakit ini," ucap seorang gadis yang berprofesi sebagai Dokter magang.

"Saya juga tidak mau sakit Dok," jawab sedih pasien itu.

"Makanya jangan manja Bu, lagian saya lihat dari catatan medis Ibu, Anda itu hanya menderita sakit lambung ringan." Dengan enggan Dokter magang itu memeriksa pasien yang menjadi tanggung jawabnya.

Dokter magang itu merasa kesal karena di tempatkan di kelas bawah, padahal tujuannya magang dirumah sakit mewah ini adalah kelas atas atau paling tidak kelas menengah.

Meskipun Ia tau rumah sakit terbesar di kota Z ini memfasilitasi dengan baik kelas bawah, tapi tetap saja ini bukanlah harapannya.

"Bagaimana bisa ada sampah dirumah sakit ini." Suara dingin seseorang menghentikan gerakan Dokter tersebut. Aura dingin langsung menyelimuti ruangan yang di tempati tiga pasien tersebut.

Dokter magang tesebut membalikkan tubuhnya untuk melihat siapa pemilik suara berat nan merdu, dan alangkah terkejutnya Dia, jika saat ini di hadapannya ada dua pria tampan bak malaikat yang berdiri di depan pintu dengan sneli yang menambah kadar ketampanan mereka.

PLAAKK

Tanpa di duga Dania yang datang dengan senyum ramahnya kearah pasien, dan dengan mudahnya Ia menampar keras Dokter magang itu, sementara Dokter tersebut merasakan sakit dan terkejut dengan cara bersamaan.

Setelah itu, Ia berjalan ke ranjang pasien dan berkata, "bolehkah Saya memeriksa ulang Anda, Bu?" tanyanya ramah pada pasien.

Pasien itu mengangguk, Ia mengagumi kecantikan Dokter yang bersikap baik ini padanya. Dokter yang mendapat tamparan keras itu menangis dalam diam, Ia tidak tau siapa wanita yang menamparnya ini, tapi yang jelas Ia adalah dokter senior dirumah sakit ini, Dia juga menangis karena menahan rasa malu.

"Kondisi Anda sudah lebih baik, dua hari lagi Anda boleh pulang Bu," ucap Dania ramah sambil memeriksa catatan medis pasien.

"Terima kasih dok," lirihnya.

"Sama-sama Bu. Dan juga Saya ingin meminta maaf atas ketidak nyamanan Ibu, Kami lalai dalam memberi pelayanan." Dania meminta maf secara tulus. Wanita bersurai coklat itu membungkuk sopan.

"Kontrol semua pasien dengan baik. Saya tidak ingin ini terulang lagi," ucapnya pada seluruh psrawat yang bertugas, dengan takut semua perawat mmengangguk pelan.

Dania berjalan ke arah Dokter magang yang masih menangis sambi menundukkan kepala. Dania membaca nametagnya setelah sampai di hadapan gadis itu.

"Rachel Aluna Atmoedjo." Eja Dania tenang dengan melipat kedua tangannya. Siapa sangka dokter yang selalu ramah kepada pasien dan staff bisa semenakutkan ini.

"Iyy--aa," ucapnya terbata.

"Kenapa gagu?" cibir DAnia dengan tatapan meremehkan. Jika tidak mengingat harus menjaga etikanya, ingin rasanya Ia menjambak gadis di depannya yang bermake up tebal ini. Ingatkan Dania untuk mengantur ulang standart riasan dirumah sakit ini.

Daren yang paham jika Dania masih dalam mode kesal, langsung mengambil alih perhatian semua orang yang menyaksikan adegan Dania yang dengan mudah menampar Dokter magang.

"Mohon perhatiannya semua," ucapnya mengambil alih, "Saya sebagai Direktur utama sekaligus Dokter rumah sakit ini mohon maaf yang sebesar-besarnya atas ketidak nyamanan yang di timbulkan oleh Dokter magang Kami."

Daren membungkuk hormat kepada seluruh pasien yang ada di bangsal itu dan di ikuti oleh seluruh staff yang bertugas, dan juga yang turut serta bersama mereka saat melakukan inspeksi.

"Dan Anda segera keruangan Saya bersama Dokter penanggung jawab Anda," ucap Daren dingin. Ia melihat dokter wanita itu yang masih bisa menatapnya lapar saat seperti ini.

"Maafkan Saya Dok, Saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi," ucap gadis itu dengan suara di buat selembut mungkin. Salah satu alasannya ingin magang dirumah sakit ini adalah untuk bertemu secara langsung dengan Dokter tertampan yang selalu menjadi topik pembicaraan hangat di kampusnya.

Sekarang dirinya tidak boleh kehilangan kesempatan itu setelah bertatap muka dengan pujaan hatinya. Daren William Parker itulah nametag yang tersemat di sneli pria di hadapannya ini.

"Harusnya Anda meminta maaf dulu kepada pasien dan keluarganya sebelum meminta maaf pada pihak rumah sakit." Daren jengah dengan tatapan memuja dan tingkah tidak tau malunya gadis muda ini.

"Pastikan jika Aku tidak akan melihatnya lagi." Suara dingin Sebastian sekali lagi mengintrupsi mereka semua yang ada di sana.

Gadis yang bernama Rachel baru menyadari jika sedari tadi kejadian ini juga di saksikan oleh seorang Dokter yang memiliki ketampanan luar biasa, bahkan Ia mengakui jika Daren berada di bawah pria ini. Tatapan tajam dan suara dinginnya menusuk sampai ketulang, tidak membuat ketampanannya berkurang, justru malah sebaliknya.

"Tidak tau malu," cibir Dania saat melewati gadis itu, Dia berjalaan keluar mengikuti rombongan yang lain.

Rachel yang melihat pria dan semua rombongannya keluar dengan segera menyusul mereka, Ia ingin minta maaf secara lngsung dengan pria tampan yang Ia yakini memiliki jabatan lebih tinggi dari dokter Daren, pikirnya.

Pasien dan seluruh orang yang menyaksikan hanya bisa menggelengkan kepala dengan sikap dokter muda ini, yang secara terang-terangan menunjukkan sikap tidak tau malunya.

"Dok, tolong kasih Saya kesempatan," ucap gadis itu saat sudah ada di depan Sebastian. Dengan berani Ia menerobos rombongan agar bisa bertemu langsung dengan Sebastian yang memimpin jalan.

Sebastian menghempas keras tangannya, sehingga gadis itu terjatuh, itulah akibat dari orang yang berani menyentuhnya. Tapi lagi-lagi gadis itu seperti kehilangan akal, Ia tidak perduli lagi terhadap rasa malu, yang penting sekarang dirinya bisa mendapat perhatian Sebastian, pikirnya.

Sebastian semakin murka dengan tindakan gadis ini yang dengan berani memeluk kakinya dan menempelkan dengan sengaja dadanya, Smith yang melihat itu langsung ingin bertindak namun Sebastian menghentikannya.

Sebastian berjongkok dan meremas kuat dagu gadis ini, hingga gadis ini meringis menahan sakit, jika di perhatikan gadis ini terlihat manis jika tidak menggunakan riasan yang terlalu tebal, tapi bagaimanapun rupa gadis ini tidaklah menarik minat Sebastian.

"Enyah. Atau Aku buat keluargamu jadi gelandangan dengan jentikkan jariku." Tatapan maut dan kalimat mematikan itu mengalun indah di telinga gadis bernama Rachel itu, tubuhnya secara reflek bergetar tiba-tiba.

Dania yang melihat itu merasa sedikit iba pada gadis ini, tapi mau bagimana lagi gadis ini yang memilih membangunkan jiwa iblis dalam tubuh Sebastian.

Meskipun mereka semua tidak tau apa yang di ucapkan Sebastian, tapi mereka bisa menilai dari reaksi yang gadis itu timbulkan, dan mereka yakin apa yang di bisikkan Sebastian padanya pasti sesuatu yang buruk.

Sementara gadis yang ketakutan ini gemetar dengan kepala menunduk, ia menyesali tindakannya, Ia tau apa yang di ucapkan pria ini bukanlah gurauan semata. Tidak! Orang seperti pria ini tidak akan bisa bergurau, pikirnya.

Ia merasakan tubuhnya terhempas kala kaki Sebastian mengambil langkah pergi. Sebastian dengan tanpa perasan menghempaskan kakinya denan kuat agar gadis itu merasakan sakit dan malu secara bersamaan.