Pagi ini, Grace baru saja keluar dari kamar mandi. tapi di dalam kamarnya ada Gob yang sudah berdiri sambil menundukkan wajahnya dengan patuh. Untung saja, dia mengenakan selimut. Dia seolah memiliki firasat kalau akan ada seseorang yang datang ke kamarnya. Dia pun melirik pada Gob, membuka tirai kamarnya sehingga ruangannya menjadi tak segelap tadi. Duduk di atas ranjang, sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"Ada apa, Tuan Gob? Apakah ada yang perlu kau sampaikan pagi ini? kau tahu jika aku akan sarapan di bawah bersama dengan Nick, bukan?" tanya Graca pada akhirnya.
Gob pun tampak mengangguk patuh, untuk kemudian dia menyerahkan sebuah kartu dan laptop kepada Grace.
"Rencana Nona Hester telah berjalan dengan lancar…," kata Gob, menyerahkan dua benda itu kepada Grace, membuat Grace bahagia bukan main. Di atas saja ada sebuah laptop, juga sebuah kartu kredit. Tapi yang membuat Grace senang bukanlah kartu kredit, melainkan laptop yang ada di sana. Jika dia memiliki laptop, itu tandanya jika dia memiliki kesempatan untuk berhubungan dengan orang-orang di luaran sana melalui internet. Dan dia juga pasti bisa menghubungi Korvin, ya itulah yang dia inginkan. Tidak lebih dari itu. "Tuan Kyle menyuruh saya untuk memberikan ini kepada Anda. Dua benda yang bisa Anda gunakan jika Anda sedang bosan."
"Kalau laptop, aku masih bisa paham, sebab aku berada di rumah dan bisa melakukan kegiatan baruku dengan ini. lantas kartu ini? aku tidak bisa pergi ke mana pun, Tuan Gob. Bagaimana bisa aku menggunakan kartu ini, apakah kau sedang bercanda?"
"Nanti sore, saya diutus oleh Tuan Kyle untuk menemani Nona jalan-jalan dan berbelanja."
"Benarkah? Jadi aku—"
"Nona Hester jangan senang dulu, sebab bagaimanapun juga semuanya masih diawasi dengan ketat oleh Tuan Kyle. Terlebih ini adalah kali pertama Nona Hester keluar, jadi jangan harap Nona Hester bisa bertemu dengan Tuan Muda Hester terlebih dahulu. Semuanya harus dilakukan dengan bertahap, agar rencananya berjalan dengan baik, Nona," kata Gob pada akhirnya.
Grace hanya bisa apa, dia tampak tersenyum kaku kemudian dia menganggukkan kepalanya. Dia tidak mungkin sama sekali untuk membantah. Untuk apa dia membantah? Bisa melakukan kemajuan sebesar ini adalah hal yang sangat membanggakan untuknya.
Untuk setelahnya, Grace dan Gob pun menoleh. Rupanya Nicholas sudah masuk ke kamarnya sampai membuat Gob akhirnya memilih untuk pergi. Dengan mimik wajah tegang Grace memandang Gob, karena dia takut kalau Nicholas bisa mendengar ucapannya tadi.
"Bagaimana, apakah kau suka dengan hadiah kecil dariku?" tanya Nicholas. Sebuah helaan napas keluar dari mulut Grace, setidaknya dia tahu kalau Nicholas tak mendengar ucapannya tadi. Untuk kemudian Grace pun mengangguk semangat.
"Ya, tentu… aku sangat menyukainya, Tuan Kyle. Terimakasih," jawab Grace pada akhirnya.
Nicholas kemudian menarik kedua tangan Grace dan menariknya sampai ambruk dengan sempurna di atas ranjang. Handuk yang melilit di tubuh Grace kini sudah terlepas sempurna. Bahkan terlihat begitu nyata, bagaimana dada besar Grace naik turun, mengimbangi deburan napasnya yang mulai tak teratur.
Nicholas tampak mendekatkan wajahnya pada wajah Grace, bibirnya hanya berjarak satu inci pada bibir Grace. Grace memandang bibir penuh itu, dia berharap jika akan terjadi sesuatu pagi ini. namun ternyata, Nicholas tidak melumat bibirnya, dan itu agaknya membuatnya kecewa bukan main.
Jemari Nicholas kini merayap di atas dada Grace, memutar putting Grace sampai Grace mengelejang hebat karenanya. Kedua kaki Grace terus bergerak-gerak gelisah, membuat Nicholas tampak senang melihat tubuh Grace yang sangat begitu aktif itu.
"Selamat menikmati hadiahmu, Grace," bisik Nicholas, yang meninggalkan Grace begitu saja saat Grace sedang dalam keadaan ingin dicumbu.
Grace langsung memukul ranjangnya. Dia sama sekali tak mengerti bagaimana dengan dirinya sekarang. Dia merasa jika dirinya benar-benar jalang, tapi dia tak tahu jika jalang adalah panggilan yang pantas untuknya.
Hingga kemudian, Grace mengambil sesuatu pada laci samping tempat tidurnya, kemudian dia memejamkan matanya hebat. Tangan kirinya terus meremas dadanya sendiri, dan tangan kanannya memasukkan benda itu kepada miliknya.
"Sialan kau, Nicholas Kyile! Kau telah membuatku menjadi jalang!" geram Grace pada akhirnya.
Sementara itu, Nicholas yang mengintip dari balik pintu tampak tersenyum. Belum… ini belum saatnya baginya untuk menuruti apa pun keinginan dari Grace. Dia benar-benar sangat ingin tadi. Tapi dia masih belum mau memberikan hal itu kepada Grace. Dia ingin Grace menjadi semakin liar karenanya, dan dia ingin Grace bahkan telah kehilangan rasa malunya untuk meminta dan melayaninya dengan terang-terangan sampai Grace kehilangan rasa gengsinya itu. dan untuk mendapatkan itu, Nicholas harus bisa bertahan sedikit lebih lama lagi.
Grace terus mendesah dari kamar tidur, tubunnya mengelejang penuh kenikmatan. Matanya terpejam rapat-rapat. Entah kenapa dia tak memiliki fantasi liar lain selain dengan Nicholas. Dia membayangkan Nicholas sekarang berada di atasnya, mencumbunya dengan begitu penuh cinta, memainkan ritme yang tampak sangat menggoda, sehingga membuat Grace terus mengerang dan mendesah dengan begitu nikmatnya.
Grace benar-benar butuh Nicholas, entah kenapa dia menjadi merasa candu dengan tubuh Nicholas. Entah mengapa seluruh bagian tubuhnya benar-benar membutuhkan sosok Nicholas dan dia ingin dipuaskan oleh Nicholas apa pun yang terjadi.
Nicholas tampak memejamkan matanya, dia menuruni anak tangga kemudian dia masuk ke dalam ruang bawah tanah. Di sana ada dua wanita tawanannya, kemudian dia masuk ke dalam salah satu ruangan tawanan itu kemudian dia mendekati wanita itu.
Tanpa basa-basi Nicholas langsung mencium leher wanita itu, dia langsung menurunkan celananya dan memasukkan miliknya kepada milik wanita itu dengan begitu kasar.
Tanpa ciuman dan tanpa hal yang sangat menyenangkan, Nicholas melampiaskan waktunya, sampai wanita itu memandang Nicholas dengan tatapan nanarnya.
"Tuan, bisakah lepaskan aku dari ruangan ini? aku janji kepadamu aku tidak akan pergi ke mana pun. aku akan melayanimu dalam hubungan ingim dan lain sebagainya. namun, bisakah aku keluar? Aku merasa jijik jika setiap hari harus melayani yang lainnya juga. aku mau hanya kamu, Tuan. Aku hanya ingi melayanimu saja," rengek wanita itu, dia hendak menggapai wajah Nicholas dan ingin menciumnya, tapi Nicholas sama sekali tak memberinya izin.
"Jangan menganggap hubungan ini berarti. Aku hanya menggunakanmu sebagai pelampiasan. Jadi jangan berkata macam-macam dan nikatilah, selama kau bisa menikmati apa yang kuberikan kepadamu," kata Nicholas dengan senyuman penuh dengan makna. Dan tak lama setelah itu, saat Nicholas telah mencapai puncak. Tangannya yang kini membawa pisau itu langsung menikam punggung wanita itu sampai tembus dadanya, wanita itu memandang Nicholas dengan tatapan nanarnya.
"T… Tuan…."
"Hukuman karena kau telah meminta lebih dariku,"