Jihan menghentikan permainannya dan menatap mamahnya. " apa,,?? mengapa mamah peduli,, bukankah selama ini mamah tidak pernah mengurusi jihan.. Mamah tidak tau kan apa yang jihan lakuin selama ini, apa yang jihan makan dan apa yang jihan rasakan. " jihan berlalu meninggalkan mamahnya menuju kamarnya.
" maafkan mamah sayang, ini memang salah mamah.. " gumamnya di dalam hati.
Rio pulang dari kuliahnya dia melihat mamahnya yang sedang duduk di bangku ruang tamu, ia melihat mamah dengan raut muka sedih. Rio menghampiri dan menenangkan mamahnya.
" jihan lagi mah.. " tanya rio.
Mamah tidak menjawab, ia hanya menunduk sambil menangis.
rio bangkit dan pergi kelantai atas menuju kamarnya jihan. Sampainya dikamar jihan. ia melihat jihan sedang berada di balkon kamarnya.
Rio memhampiri jihan dan duduk di sampingnya, jihan yang menyadari kedatangan kakaknya hanya terdiam. " gua tau lu enggak salah,, gua tau lu hanya terbakar emosi."
Jihan menengok ke arah kakaknya sebentar lalu kembali menatap ke luar.
" lu harus bisa menahan emosi yang ada di dalam diri lu, apa lu tau,, gua juga merasa sedih ketika ayah tiada, gua terpuruk olehnya, tapi gua berusaha tegar dan melupakan semuanya... Gua tau mamah tidak mengurusi kita, tapi lu harus mengerti mamah ngelakuin ini semua demi masa depan kita." jelasnya,.
Ia melihat ke arah jihan, jihan yang ikut menatap kakaknya langsung memeluknya dan menangis di pelukannya.
" jangan salahin mamah, mamah sebenarnya sayang sama kita,, Tapi ia terpaksa melakukan ini semua " rio lalu mengusap rambut jihan.