Jam istirahat telah selesai dan Diah bersama teman-temannya kembali ke kelas untuk melanjutkan pelajaran. Dengan berjalan terseok-seok akhirnya dia berhasil sampai di kelasnya dengan bantuan Maja, awalnya dia telah menolaknya tetapi Maja bersikeras membantunya karena tidak ingin lukanya bertambah parah. Diah hanya bisa pasrah dan menerima bantuannya, sebenarnya dia sedikit canggung karena sudah lama tidak diperlakukan seperti ini.
Rifan menaikkan sebelah alisnya menatap Diah yang berjalan mendekatinya. "Terlalu bersemangat lari hingga membuat lukamu menjadi parah?" sindirnya dan melirik kaki Diah.
Diah menahan untuk tidak memutar matanya dan berjalan menuju bangkunya, ia tidak berniat menjawab pertanyaan Rifan!
Sudut bibir Rifan naik saat melihat sikap acuh Diah, ia menompang kepala dan menatapnya. "Melarikan diri karena tidak ingin mendengar kritik dari orang lain sungguh kekanak-kanakan."
Diah menggigit bibirnya dengan kuat dan memberikan lirikan tajam pada Rifan, orang bodoh mana yang akan menerima kritikan dari orang sepertinya, dia bahkan sangat buruk dengan nilainya.
Rifan mengerutkan keningnya merasakan tatapan merendah dari Diah, matanya tanpa sengaja jatuh pada kertas di tangannya. "Kertas apa itu?"
Belum sempat menyembunyikan kertas di tangannya, Rifan dengan cepat merebut kertasnya.
"Kau-"
"Ah formulir pendaftaran ekstra," guman Rifan setelah menyadari kertas apa itu. "Kau ingin mendaftar ke ekstra apa?"
Diah merebut kertasnya kembali dan melototi Rifan. "Bukan urusanmu!"
Rifan hanya mendengus dan menompang kepalanya kembali untuk mengawasi Diah.
Diah sebisa mungkin mengabaikan tatapan Rifan dan menulis data diri di formulir pendaftaran, ia berniat memilih ekstra matematika karena dia cukup lemah dalam pelajaran tersebut. Ia berharap jika memasuki ekstra ini dia akan meningkatkan kemampuannya.
Rifan mengerutkan dahinya melihat pilihan Diah. "Matematika? Kau tidak bosan terus belajar?"
Diah tidak menjawabnya dan terus mengisi formulir.
"Ku beritahu ekstra Matematika itu cukup buruk kau akan bekerja lembur seperti kuda untuk menyelesaikan tugas-tugas dari mereka. Ketua mereka fanatik sangat matematika!" Rifan mendesah ketika mengingat ketua ekstra matematika yang selalu menjadikannya saingan padahal dia tidak perduli.
"Bukankah itu bagus untuk meningkatkan kemampuan?" ia merasa jika terus berlatih soal matematika maka kemampuan seorang murid dapat meningkat.
Rifan hanya memutar matanya setelah mendengar perkataan Diah. "Aku sarankan kau tidak memasuki ekstra tersebut, selain ketuanya yang fanatik matematika, anggotanya juga tidak ada satupun yang normal, bahkan tidak ada anggota perempuan di ekstra itu karena menejemen buruk ketuanya," katanya sambil mendengus.
"Benarkah?" tanya Diah ragu.
Rifan mengangguk dan membujuknya. "Semua murid kelas kita sudah mengetahui 'reputasi' ketua ekstra matematika, jadi pilihlah ekstra lain jika tidak ingin rambutmu memutih di usia muda."
Diah menjadi bimbang setelah mendengar perkataan Rifan, ia tidak terlihat membohonginya dan entah mengapa Diah sedikit mempercayainya. "Aku akan memilih ekstra lain."
Melihat Diah yang akan mencentang ekstra kimia, Rifan dengan cepat menghentikan tangannya. "Apakah kau gila belajar? Kenapa memilih ekstra untuk pelajaran, bukankah sudah cukup pelajaran resmi dari sekolah?"
Diah mencoba melepaskan cengkraman Rifan pada pergelangan tangannya tetapi dia kesusahan. "Tolong lepaskan aku! Aku juga cukup lemah dengan pelajaran ini jadi aku ingin bergabung."
Rifan melepaskan tangan Diah kemudian memijat dahinya. "Lemah pada pelajaran kimia bukan berarti kamu harus masuk ekstra itu, ekstra di bentuk untuk tujuan mengembangkan bakat bukan tempat untuk belajar dan meningkatkan nilai."
Diah menatap Rifan kemudian mendengus. "Terserahku ingin memilih ekstra yang mana." Ia mengabaikannya dan mengisi kembali data dirinya.
Rifan memutar matanya sekali lagi saat melihat Diah ingin mencentang ekstra fisika. "Astaga fisika, seriously? Kau gila belajar atau ingin mencari tempat les gratis."
Diah mengerucutkan bibirnya dan menatap Rifan kesal karena selalu mengganggunya, ia memiliki hak untuk memilih ekstra manapun yang akan ia ikuti!
"Pilih saja yang ini!" dengan seenaknya Rifan merebut kertas Diah dan mencentang salah satu ekstra tanpa persetujuannya.
"Kau-" Diah melebarkan matanya dan mencoba merebut kertas formulir kembali tetapi sayang sekali Rifan dengan cepat berdiri sehingga dia tidak bisa meraihnya karena perbedaan tinggi badan mereka.
"Aku akan membantumu mengumpulkannya." Rifan menaikkan sudut bibirnya saat melihat Diah kesulitan mengambil kertas.
"Sampai jumpa." Ia melambaikan tangan dengan santai tanpa memperdulikan seorang guru yang baru saja memasuki kelas.
Diah menggigit bibirnya dan menahan diri agar tidak meneriaki Rifan karena tingkah kurang ajarnya, andai saja jika guru belum masuk kelas dia akan mengejar Rifan dan mengambil kertasnya kembali! Ia tidak tahu ekstra aneh apa yang dia pilih!!!
"Buka halaman 78." Pak guru mengabaikan kepergian Rifan karena sudah terbiasa, ia langsung memulai kelas dan tidak memperhatikan salah satu muridnya yang tidak bisa tenang.
oOo
"Lily berhenti!"
Seorang gadis berambut panjang berhenti saat namanya di panggil, ia membalikkan tubuhnya dan melihat Rifan menghampirinya.
"Ada apa Rifan?" ia heran karena Rifan memanggilnya padahal mereka tidak pernah saling berkomunikasi, walaupun dia mengenalnya akibat ketenaran legendarisnya.
"Ini adalah kertas pendaftaran ekstra, titip berikan ke pak Andra." Rifan memang tidak pernah berinteraksi dengan Lily tetapi dia dapat mengenalinya berkat ingatan fotografisnya ketika mengecek data murid saat melakukan perawatan rutin server.
Lily tidak keberatan karena dia memang ingin pergi ke perpustakaan. "Baiklah akan aku berikan pada beliau." Ia menerima kertasnya dan mengucapkan selamat tinggal.
Setelah menitipkan formulir pendaftaran dia berjalan menuju lab. komputer, ia telah melakukan perawatan rutin pada server sekolah sejak dia masuk ke sekolah ini dan melakukan perjanjian dengan kepala sekolah. Walaupun bayarannya tidak setinggi klien di luar negeri dia tetap melakukannya untuk mempertahankan perjanjian.
Ia harus melindungi perilaku aslinya agar 'mereka' tidak menyadari kemampuannya!
Jika 'mereka' melihat kemampuannya yang sangat bernilai maka 'mereka' akan mengikatnya seperti anjing yang bisa di suruh-suruh!
Rifan mengeluarkan kunci dan membuka pintu, kepala sekolah telah memberikan kunci cadangan agar dia bisa melakukan perawatan rutin kapanpun dia bisa. Kepala sekolah mempercayai karakternya sehingga tidak waspada saat memberikan akses tersebut.
Ia memasuki ruang kontrol utama dan menyalakan salah satu komputer, ia memasukan akun beserta kata sandinya untuk mengakses server utama dan memeriksa bug kecil yang bisa ia perbaiki. Ia terlihat tenang melakukan pekerjaannya dan tidak terlihat kesulitan, berkat kemampuan ingatannya yang cukup baik, ia dapat mengingat kode program dengan tepat dan melakukan analisis jika ada kesalahan kode.
Ia sudah berkutat dalam pekerjaan ini sejak dia berusia 12 tahun, awal ia mengenal programmer adalah saat setelah 'dia' meninggalkannya. Rifan yang kala itu masih kecil sempat depresi dan mengalami trauma yang di perbesar akibat ingatan fotografisnya. Mungkin ingatan tajamnya sangat berguna baginya, tetapi di sisi lain itu seperti pedang tajam bermata dua yang bisa melukainya.
Ia membutuhkan waktu yang lama untuk kembali normal hingga 'mereka' mengiranya berubah menjadi idiot. Sayangnya Rifan telah kembali normal tak lama setelah dia berhasil menata ingatannya yang kacau dan mengalihkan otaknya untuk berpikir dalam kode pemograman yang dapat membuatnya melupakan 'dia' sejenak. Akhirnya dia bisa bernafas lega dan menjalani hidup normal walaupun dia masih berpura-pura idiot di depan 'mereka'.
"Apa ini?"
Rifan mengerutkan dahinya saat menyadari ada hal aneh dalam kode program, ia mengetikkan serangkaian perintah untuk mengakses hal tersebut tetapi dia tidak berhasil merentasnya. Ekspresinya berubah serius dan jari-jarinya dengan cepat menari di atas keyboard komputer.
"Program sistem keamanan?" Entah mengapa Rifan merasa aneh terhadap program itu, ia merasa seperti pernah melihatnya di suatu tempat.
Jarinya tidak lelah mengetik di keyboard walaupun keringat sudah keluar dari dahinya, ia masih fokus memecahkan kode program tersebut dan mencoba mengambil alih akses pada hal yang di lindungi program tersebut. Ia ingin tahu hal apa yang di sembunyikan hingga harus menggunakan program sistem kemanan sehingga tidak bisa ia akses dari luar.
Waktu terus berlalu tetapi Rifan tidak berhasil memecahkan kode program tersebut, tangannya sudah mulai lelah dan bergerak lambat di atas keyboard. Keringat telah keluar dan membasahi seragamnya seolah-olah dia tengah melakukan pekerjaan fisik yang berat. Wajahnya terlihat pucat dan matanya mulai memerah karena kelelahan.
"Sial," runtuk Rifan sambil membanting keyboard.
"Kenapa aku merasa familiar dengan kode programnya?" Rifan menggertakan giginya dan mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja sambil berpikir.
"Tapi dimana?"
Ia masih tenggelam dalam pikirannya dan mencari kode program yang familiar dalam ingatannya, ia menggunakan otaknya semaksimal mungkin untuk mengingat kembali hal tersebut.
"Kode itu seperti semalam!"
Akhirnya Rifan ingat bahwa sususan kode program tersebut ternyata cukup mirip dengan hacker yang merentas komputernya. Ia mengakui keahliannya sangat hebat dan dia memiliki kode program yang unik yang cukup membingungkannya, walaupun bahasa mesin tetap 0 dan 1 tetapi cara dia mengimplentasinya cukup aneh dan dia tidak mengenali bahasa pemogramannya sama sekali. Padahal setiap bahasa pemograman memiliki ciri khasnya masing-masing dan dia cukup menguasainya.
"Aku harus mendiskusikannya dengan Abi." Ia tidak bisa menyelesaikannya sendiri dan butuh orang lain untuk mendiskusikannya.
-TBC-
~Forum Sekolah~
Sub Forum : RIFAN GET OUT!!!
Pengirim : @ohinikahcinta
Topik : Tidak mau berpisah.
Baru saja gue bertemu Rifan dan dia memberikan formulir pendaftaran ekstra ke gue, awalnya gue bingung karena dia sudah masuk ke ektra. Tapi pas gue cek kertanya ternyata itu namanya DIAH apalagi dia satu ektra dengan RIFAN!
[PIC]
Komentar :
@Akuingindia ckckckckck sampe gak mau pisah jadi dia paksa ceweknya ke ekstra itu.
@nomnom Ngomong-ngomong dia gabung ke ekstra mana sih? kok gue gak pernah liat dia di ekstra manapun ya.
@toohandsome kalau gak salah dia gabung ke ektra sastra sejarah.
@nomnom lah bukannya tuh ekstra hampir mau bubar ya?
@toohandsome karena mau bubar makanya Rifan gabung, kayak kalian gak kenal aja, dia kan males banget gabung sama organisasi.
@diadiadia eh emang bisa gabung ke ektra itu? terakhir gue lihat jumlah anggotanya cuma satu
@LeaderToFeature selama Rifan masih ada, tuh ekstra bakal tetep berdiri apalagi ada tambahan anggota baru.
@nomnom kok gue pengen gabung ya
@diadiadia kok gue pengen gabung ya +2
@spidermanterbang kok gue pengen gabung ya +3
@mencarihidayahhidup kok gue pengen gabung ya +4
@nikkilove kok gue pengen gabung ya +9999
@toohandsome ada yang salah dengan otak kalian semua!!!