"Sudah selesai." Rifan meniup kakinya untuk meredakan rasa sakitnya walaupun dia tahu itu tidak berguna, tetapi dia tetap melakukannya untuk menenangkan Diah. "Aku akan membalutnya dengan perban."
Diah menurunkan tangannya dan menatap Rifan dengan mata berkaca-kaca, ia terlihat berhati-hati saat melilitkan perban dikakinya seolah-olah membungkus hadiah berharga. Entah mengapa Diah merasa malu dan dia memalingkan wajah agar tidak melihat Rifan.
"Sudah selesai." Rifan menatap hasil karyanya dengan puas.
Diah menunduk dan menatap kakinya yang diperban, sepertinya Rifan sudah terbiasa melakukannya karena hasilnya terlihat rapi. Apakah dia sering terluka?
"Ada apa?" Rifan tidak mengerti arti tatapan Diah dan mengerutkan keningnya.
Diah menggelengkan kepalanya, kemudian memainkan ponselnya kembali.
Rifan duduk di samping Diah dan mengambil remote untuk menyalakan tv, ia melihat jam di dinding yang masih menunjukan waktu pagi dan sekolah belum buka. Ia berniat menghabiskan waktu bersama Diah di rumah ini daripada tinggal di kelasnya yang membosankan.
Diah melirik Rifan dari sudut matanya, walaupun benci mengakuinya dia memang terlihat tampan apalagi dengan potongan rambut pendek yang membuatnya terlihat segar dilihat. Seperti saat Diah melihatnya di minimarket saat itu, ia terlihat sangat cocok menggunakan seragam pegawai seolah-olah seperti model yang sedang beriklan untuk menjerat para kaum hawa.
Ia mungkin tampan tetapi kulitnya terlihat putih pucat seolah-olah dia jarang berjemur di bawah sinar matahari dan akan terlihat cukup kontras jika di bandingkan dengan kulitnya. Diah bukan penggemar kulit putih dan cukup mensyukuri kulitnya yang berwarna kuning langsat sedikit gelap, ia merasa jika berkulit putih seperti Rifan terlihat tidak baik untuk kesehatan. Ia pernah melihat di google bahawa orang berkulit putih cukup sensitif dengan sinar matahari dan mudah terkena penyakit kulit.
"Ada apa?" Rifan mengalihkan perhatian dari tv saat merasakan tatapan Diah.
Diah menggelengkan kepalanya dengan kuat kemudian menunduk untuk memainkan ponselnya lagi.
Rifan menaikkan sebelah alisnya merasa bingung, entah mengapa dia selalu tidak bisa menafsirkan arti tatapan Diah.
Terdengar suara dari dapur yang membuat Diah penasaran, ia menegakkan tubuhnya dan melihat siluet seseorang dari sana. Ia menyenggol lengan Rifan untuk bertanya. "Siapa itu?"
"Oh itu mbok Nah," jawab Rifan santai sambil menatap tv.
"Bukankah kau mengatakan rumah ini kosong?" tanya Diah heran.
"Kamu ingin rumah ini kosong?" Bukannya menjawab Rifan malah melemparkan pertanyaan yang ambigu.
Diah membelalakkan matanya dan memukul lengannya dengan kesal. "Jangan berpikiran kotor!"
Rifan merasa tanyangan di tv sudah tidak menarik, ia memilih meladeni Diah dan bersandar miring pada sofa. "Kupikir kamu menyukai rumah kosong dan hanya ada kita berdua," ucapnya dengan main-main. "Kamu tidak terlihat memberontak saat aku membawamu ke sini."
Diah memundurkan tubuhnya hingga mentok di ujung sofa, pipinya memerah ketika sadar bahwa dia terlihat tenang saja saat Rifan membawa dia ke rumahnya. Semua ini harus di salahkan pada desain rumah yang terlihat cantik dan elegan hingga membuat Diah tidak sadar dan merasa nyaman berada di rumah ini.
"Suasana di sini sangat mendukung, bagaimana jika kita melakukan sesuatu?" Rifan menjilat sudut bibirnya dan perlahan mendekati Diah.
Diah melebarkan matanya dan menyilangkan tangannya di depan dada, ia seperti kucing kecil yang ketakutan ketika melihat serigala yang akan memakannya. Apalagi rumah ini sangat sepi walaupun ada orang di dapur yang tengah sibuk.
"Jangan mendekat!" dengan spontan Diah menjerit hingga membuat orang yang berada di dapur keluar dengan terburu-buru.
"Ada apa?" masih memegang sendok, mbok Nah keluar dari dapur dan melihat mereka berdua saling berdekatan.
"Uhuk…" Rifan terbatuk kecil kemudian kembali ke tempat duduknya semula. "Tidak apa-apa mbok Nah."
Mbok Nah menyipitkan matanya saat melihat tatapan minta tolong dari Diah. "Apa yang kau lakukan pada gadis kecil itu Rifan?"
Rifan hanya tertawa kecil yang mengejutkan mbok Nah. "Aku hanya membantunya membalut perban." Ia menunjuk kaki Diah.
Mbok Nah merasa terkejut saat melihat tawa Rifan, sejak dia pindah ke rumah ini dia tidak pernah tertawa sekalipun bahkan tersenyum kepada orang lain. Bagaimana bisa dengan gadis kecil itu Rifan bisa tersenyum dan tertawa dengan bebas?
Diah melototi Rifan marah atas kebohongannya, ia memang membantunya membalut kakinya tetapi alasan dia berteriak adalah karena perbuatan tidak senonohnya!
"Eh ini siapa?" Mbok Nah sangat penasaran dengan gadis kecil yang bisa membuat Rifan tertawa.
"Namanya Diah, mbok," jawab Rifan.
Mbok Nah tahu itu bukan urusannya jika ikut campur dalam masalah Rifan, tetapi sebagai orang lebih tua dia hanya bisa menasehatinya. "Jangan main-main dengan anak SD, atau akan mengganggu sekolahnya."
Tubuh Diah terlihat seperti anak keduanya yang berada di kelas 6 SD dan sebentar lagi lulus, mbok Nah memperingati Rifan agar tidak mengganggu belajarnya dengan pacaran karena itu tidak baik untuk masa depannya.
Rifan menggigit bibirnya untuk menahan tawa setelah mendengar perkataan mbok Nah, memang jika di lihat sekilas Diah terlihat cukup pendek seperti anak SD yang akan lulus dan membuat banyak orang salah paham. Dia bahkan hampir salah paham juga.
Diah hanya memijat dahinya lelah karena kesekian kalinya terjadi salah paham.
"Hahahahahahahaha….." Rifan tidak berhasil menahan tawanya dan tertawa dengan keras hingga matanya menyipit.
Pipi Diah semakin memerah dan dia melototi Rifan yang tengah tertawa keras, dia meraih tasnya dan memukulkannya ke arah Rifan.
Buk Buk Buk Buk
oOo
"Maaf aku tidak tahu jika kamu adalah teman sekelas Rifan." Mbok Nah meminta maaf setelah mendengar menjelasan dari mereka.
"Tidak apa-apa mbok." Dengan lapang dada Diah memaafkannya walaupun masih sedikit kesal.
"Kau terlihat seperti anak keduaku yang sebentar lagi lulus dan mengira kalian di usia yang berbeda." Mbok Nah merasa malu karena salah menebak usia Diah.
"Tidak apa-apa, aku sudah terbiasa." Ia sering di salahpahami akan usia karena tinggi badannya dan Diah sudah mulai terbiasa, lagipula ada keuntungan kecil karena tinggi badannya.
Seperti sering mendapatkan harga lebih murah.
Bahu Rifan masih terlihat gemetar walaupun dia menutup mulutnya.
"Masih tertawa?" Diah melototi Rifan dengan kesal.
"Tidak, aku tidak tertawa." Rifan mengendalikan dirinya sambil menggigit bibirnya.
Diah hanya mendengus melihat Rifan, ia melihat jam di ponselnya dan mendesak Rifan agar segera berangkat, sebentar lagi sekolah akan di mulai dan dia tidak ingin terlambat. "Ayo pergi ke sekolah!" perintahnya.
Rifan mengangguk kemudian membawa Diah di depan tubuhnya tanpa peduli akan pemberontakannya. "Mbok Nah kami berangkat dulu, malam minggu kami akan kembali."
"Hati-hati fan." Mbok Nah mengikuti mereka hingga depan pintu dan menatap kepergian mereka dengan tatapan dalam.
oOo
"Hoammm… pagi big bos." Seorang pria dengan rambut berantakan datang ke kantor bosnya dengan pakaian lusuh tanpa tahu malu.
Bosnya mengerutkan dahinya melihat anak buahnya yang selalu serampangan saat berpakaian, pantas saja dia masih jomblo hingga sekarang. "Keluar kau belum mandi," ujarnya jijik sambil meliriknya.
Pria tersebut dengan tidak tahu malunya duduk selonjoran di sofa dan mengambil tab di atas meja. "Nanggung bos nanti siang aja gue mandi, biar sekalian sorenya gak usah mandi," katanya dengan bahasa non-formal.
"Bisa gunakan bahasa Indonesia yang benar? Aku tidak paham bahasamu," ujar bosnya sambil memutar mata.
"Bos kita adalah perusahan yang bergerak di bidang internet, masa gak tahu bahasa gaul kekinian yang beredar di internet?" cibir pria itu tanpa mengalihkan pandangan dari tabnya.
"Ada ratusan bahasa di internet, apakah aku harus mempelajari semuanya? Buang-buang waktu saja," sahutnya sambil mendengus.
"Bos kita memasuki dunia digital dan harus beradaptasi, ikuti tren sekarang juga cukup bagus untuk melihat target market kita." Pria itu menurunkan tabnya dan menatap bosnya yang sangat kaku dan tidak bisa mengikuti tren anak muda.
"Bos lain kali luangkan waktu untuk beristirahat, kamu sudah bekerja keras sejak perusahaan ini di bangun, awas jika kamu jatuh sakit aku tidak ingin menggendongmu ke rumah sakit." Pria itu merasa lelah hanya melihat bosnya bekerja keras dari pagi hingga malam, sebenarnya dia mengagumi keahliannya dalam mengembangkan perusahaan ini dari 0 hingga menjadi menjadi besar seperti sekarang. Tetapi itu juga bukan hal baik jika dia terus memforsir dirinya untuk terus bekerja.
Bosnya melepas kacamata dan memijat keningnya. "Istirahat?" ia terdiam sejenak untuk berpikir. "Ide bagus."
"Hah?" Pria itu menatap tidak percaya pada bosnya karena menyetujui sarannya dengan mudah, padahal dia sering menolaknya.
"Aku akan pergi untuk beristirahat dan kau jaga perusahaan ini agar tetap berdiri." Bosnya bangkit dari tempat duduknya dan meraih mantel di dekatnya. "Awas saja jika perusahaanku bangkrut," ancamnya dengan tatapan tajam.
"Tung- tung- tunggu bos kau serius?" Pria itu masih tidak percaya dengan keputusan mendadak yang di keluarkan bosnya, ia segera mencengkram lengannya agar menghentikannya pergi.
Bosnya melepaskan cengkraman tangannya kemudian menyerahkan flashdisk pada pria itu. "Semua hal yang kau butuhkan sudah aku masukkan ke dalam flashdisk itu, kau tinggal mempelajarinya."
"Bos jangan bercanda! Kau tidak bisa lepas tangan seperti ini! Bagaimana dengan para pemegang saham?"
"Katakan saja aku sedang berlibur dan semua hal akan diserahkan kepadamu." Dengan senyum senang bosnya menepuk bahu pria itu kemudian berjalan menuju pintu.
"Apa yang kau lakukan saat beristirahat, bos?" Pria itu memegang flashdisk seperti batu panas.
"Aku akan menikah."
-TBC-
~Forum Perusahaan~
Sub Forum : NO BOS!!!
Pengirim : @snoweagle
Topik : BOS MELARIKAN DIRI!!!
Sialan dengan tidak bertanggung jawabnya bos meninggalkan perusahaan tanpa ada pengumuman sama sekali. Dia bahkan memberikan tumpukan pekerjaanya padaku untuk di kelola dan mengancamku dengan kejam!!!
Komentar :
@loveley jangan bohong! bos bukan orang seperti itu.
@diataslangit aku juga tidak percaya, bos adalah orang yang bertanggung jawab dan tidak akan meninggalkan kita.
@mianmian di antara kita semua, bos adalah orang yang mustahil keluar dari perusahaan ini.
@whitesnake hei @snoweagle jangan gunakan bos untuk bercanda dengan hal seperti ini, awas saja jika gajimu dipotong.
@slyfox lagipula alasan apa hingga bos meninggalkan perusahaan ini?
@snoweagle dia bilang ingin menikah
@slyfox pembohong
@loveley pembohong +2
@mianmina pembohong +3
@whitesnake pembohong +4
@diataslangit pembohong +5
@snoweagle AKU TIDAK BERBOHONG!!!