Chereads / Pacarku Terlalu Malas / Chapter 17 - BAB 16 - Tamparan

Chapter 17 - BAB 16 - Tamparan

"Turunkan aku di sini!" Diah memberontak sekali lagi saat mereka semakin mendekati sekolah, dia tidak ingin orang lain melihatnya tengah di gendong oleh Rifan dan itu sangat memalukan.

Rifan tidak menuruti permintaan Diah dan semakin mengeratkan gendongannya. "Jangan bergerak!"

Diah menatap Rifan dengan kesal, ia sudah tidak peduli jika memperburuk moodnya dan mengikari perkataannya yang ingin menghindari Rifan, ia sudah terlanjur basah jadi sekalian saja tercebur. "Turunkan aku! Turunkan aku!" ia memberontak dengan keras hingga Rifan kualahan.

"Jangan bergerak dasar kucing nakal." Rifan memberikan tatapan mengancam padanya.

Diah sebenarnya takut karena tatapannya tetapi dia sudah tidak peduli lagi dan lebih mementingkan harga dirinya jika di lihat banyak orang. "Jika kau tidak menurunkanku maka aku akan terus memberontak!"

Rifan merasa tidak berdaya karena tatapan ancamannya tidak berguna, ia heran bukankah sebelumnya Diah terlihat patuh padanya tetapi mengapa sekarang dia sangat tidak patuh.

"Cepat turunkan aku!!!!" Diah mulai mengangkat tangannya dan menjambak rambut Rifan.

"Awwww… jangan menjambak rambutku." Rifan meringis kesakitan saat Diah menjambaknya.

"Tidak mau! Cepat turunkan aku!" Diah masih bersikeras dengan keinginannya.

Tanpa mereka sadari sebuah mobil yang sudah melewati mereka tiba-tiba bergerak mundur untuk mendekati mereka, kaca mobil di turunkan dan terlihat seorang pemuda yang tengah mengemudi dan bersiul saat melihat Rifan yang tengah 'sibuk.'

"Aiyooo~~~ yang sudah punya cewek sekarang selalu bangun pagi untuk mengantarkannya ke kelas, matahari benar-benar sudah terbit dari barat," sindir pengemudi itu yang ternyata adalah Reynaldi.

Rifan memberikan tatapan tajam pada Reynaldi kemudian berjalan mendekati mobilnya lalu menurunkan Diah. "Sudah ku turunkan."

Diah masih memegang lengan Rifan untuk menompang tubuhnya karena dia masih merasakan rasa sakit dari selep, ia tidak bisa berdiri sendiri dan butuh bantuannya.

Rifan hanya mendengus melihat Diah masih bergantung padanya, ia membuka pintu belakang dan memasukkan Diah ke mobil Reynaldi beserta dirinya sendiri. "Ayo berangkat!" perintah Rifan.

"Gue bukan sopir lo." Reynaldi memberikan tatapan tajam dari balik spion.

"Bacot lo!" ujar Rifan kasar.

Reynaldi masih terlihat kesal karena Rifan memerintahkannya tetapi tetap menyalakan mobilnya. "Sialan bukannya terima kasih ke gue karena nebengin, lo malah ngomong kasar."

Mobil telah menyala dan Reynaldi melajukan mobilnya hingga memasuki lingkungan sekolah, dia baru saja datang dari rumahnya karena suasana semalam cukup suram setelah Rifan dan Abi kalah dari seorang perentas. Ia tidak ingin berada di tengah badai dan memilih pulang ke rumah dengan damai, berada di tengah dua teman sialannya yang bermood buruk akan membawa Reynaldi ke dalam kesialan.

Tak lama kemudian mereka akhirnya melewati gerbang sekolah karena jarak saat dia bertemu Rifan tidak terlalu jauh, ia mengemudikan mobil dengan perlahan karena sudah semakin banyak murid lain yang mulai berdatangan dan dia tidak ingin terjadi kecelakaan. Ia membelokkan stir ke kanan karena itu adalah area khusus parkir untuk mobil.

"Ngomong-ngomong kalian baru saja darimana?" tanya Reynaldi penasaran.

Diah masih menutup mulutnya dan menatap keluar jendela.

"Dari rumah gue," jawab Rifan singkat.

Ekspresi Reynaldi berubah menjadi serius setelah mendengar perkataan Rifan, ia menatapnya dari balik spion dan mengkonfirmasi suatu hal. "Lo serius?"

Rifan bisa mengerti tatapan Reynaldi kemudian menganggukkan kepalanya. "Gue serius."

Tak ada ekspresi main-main di wajah Reynaldi. "Gue gak nyangka lo duluan dari kita bertiga, padahal lo gak pernah dekat dengan siapapun." Tentu saja yang dimaksud Reynaldi adalah perempuan.

"Lo tahu jika gue sudah mengambil keputusan itu gimana." Rifan sudah berteman dengan Reynaldi sejak kecil dan tentu saja dia sudah paham dengan watak aslinya.

"Gue tahu bro." Reynaldi tersenyum kecil ketika mengingat kepribadian Rifan yang tegas. "Pertahankan! Awas jangan sampai hilang!"

Rifan membalas senyum Reynaldi kemudian menyentuh tangan Diah. "Gue akan mengikatnya."

Diah mengerutkan dahinya mendengar obrolan yang tidak bisa dia pahami di antara mereka, ia menatap Rifan penuh pertanyaan berharap agar dia bisa menjelaskannya, tetapi Rifan tidak berniat menjelaskannya dan malah memperkuat pegangan tangannya.

"Bro gue suka gaya lo." Reynaldi bersiul sambil menatap pegangan tangan mereka dari balik spion.

Pipi Diah memerah dan dia dengan cepat melepaskan pegangan tangan mereka.

Untung saja mobil sudah sampai di parkiran dan dia dengan cepat membuka pintu mobil untuk keluar, tetapi pinggangnya dengan cepat diraih oleh Rifan dan dia menabrak punggungnya dengan keras.

"Kamu belum bisa berjalan," ujar Rifan sambil mengeratkan lengannya.

Reynaldi merasa merinding ketika Rifan menggunakan aku-kamu saat berbicara dengan Diah, padahal dia sering menggunakan lo-gue saat berbicara dengan teman sebaya. Apakah ini yang disebut kekuatan cinta telah merubah orang menjadi aneh dan gila?!?!

Rifan membawa Diah keluar dari mobil dengan hati-hati kemudian berjalan mendekati Reynaldi dan mengetuk kaca mobilnya. "Jangan lupa bawain seragam gue!" dengan seenaknya dia melenggang pergi bersama Diah tanpa memperdulikan Reynaldi yang tengah meruntukinya.

"Sialan gue bukan babu lo!"

OOo

Ada banyak pasang mata yang menatap mereka karena Rifan memegang pinggangnya, Diah merasa risih dan tidak nyaman oleh tatapan tersebut. Dia ingin cepat-cepat kembali ke kelas dan menenggelamkan wajahnya ke meja karena terlalu malu menghadapi hari ini.

Apakah hari-hari kedepan akan terus seperti ini karena dia terlibat dengan Rifan?

Rifan menunduk dan melihat Diah, dia bisa merasakan tatapan orang lain yang dilemparkan padanya dan dia sudah terbiasa merasakannya. Tetapi sepertinya kucing kecil ditangannya merasa tidak nyaman dan terus menggigit bibirnya gelisah. Ia mengalihkan pandangan dan memberikan tatapan peringatan kepada orang lain agar tidak melihat Diah, ia tidak bisa membiarkannya tidak nyaman jika berada di dekatnya.

Semua orang pura-pura tidak melihat mereka dan melakukan aktivitas yang tertunda setelah menadapatkan tatapan peringatan dari Rifan. Walaupun mereka masih penasaran dengan gadis di sampingnya tetapi nyawa lebih penting daripada rasa ingin tahu!

Diah merasa lega setelah melihat pintu kelasnya di depan mata, ia semakin mempercepat langkahnya dan ingin segera duduk di mejanya. Dia sudah tidak tahan dengan tatapan orang lain dan membutuhkan tempat untuk bersembunyi, walaupun dia pernah mengalami hal ini tetapi dia tetap merasa tidak nyaman dan takut.

Ketika melihat Diah yang sudah datang, Maja ingin menyapanya namun ia menggigit lidahnya ketika melihat Rifan yang datang bersamanya. Respon semua orang dikelas hampir mirip seperti Maja dan mereka menahan pertanyaan yang sangat ingin mereka ajukan. Sepertinya pesona anak baru ini cukup kuat karena dapat menarik perhatian Rifan sebongkah batu keras itu.

Setelah sampai dikursinya Diah segera duduk dan merebahkan kepalanya diatas meja, ia masih sedikit mengantuk karena bangun terlalu pagi dan ingin beristirahat sejenak sebelum bel masuk berbunyi.

"Mengantuk? Ayo tidur denganku ke UKS!" tawar Rifan pernuh perhatian.

Diah mendelikkan matanya dan dan memberinya tatapan tajam, tanpa bisa dikendalikan tangannya terangkat dan menampar pipinya dengan keras hingga berbunyi di kelas yang sunyi.

Plakkkk

Semua orang menatap tidak percaya ke arah Diah karena berani menampar Rifan, perlu diketahui posisi Rifan disekolah sangat tinggi dan tidak ada yang berani menyinggung perasaannya bahkan guru-guru juga enggan berurusan dengannya.

Bagaimana bisa Diah dengan berani melawannya? Apakah dia memiliki 9 nyawa?!?!?

Semua orang menunggu respon Rifan dengan takut-takut, dia tidak pernah memandang jenis kelamin dan memperlakukan perempuan sama seperti laki-laki, mereka khawatir jika Rifan akan menghajar Diah hingga wajahnya hancur dan menangis.

Diah tercengang dan menatap tangannya tidak percaya, bagaimana bisa dia menampar Rifan dengan keras?!?! Selesai sudah, dia pasti membalas dendam kepadanya seperti mereka dan hidup Diah akan kembali ke neraka.

Diah memejamkan matanya tidak berani menatap Rifan dan menunggu balasan darinya tetapi bukan pukulan yang dia rasakan malah rasa hangat yang menyelimuti tubuhnya seperti sebuah selimut hangat di musim dingin. Dia memberanikan diri membuka matanya dan melihat Rifan membungkukan tubuh sambil menyampirkan jaket kepadanya.

"Istirahatlah! Aku akan pergi ke UKS dulu," ujar Rifan lembut sambil memberinya senyum kecil.

Diah terpana melihat senyumnya dan merasa linglung, ini pertama kalinya dia melihat senyum seperti itu pada Rifan karena dia biasanya menyeringai atau tersenyum dengan maksud lain yang membuat Diah takut.

Tidak hanya Diah saja yang terkejut, bahkan semua orang di kelas juga ikut terkejut dengan mulut terbuka lebar menatap tidak percaya kepada Rifan. Bagaimana bisa dia masih bersikap baik pada Diah setelah menerima tamparannya?!?!?!

Ini tidak masuk akal!!!

Mereka ingat ada perempuan dari sekolah lain yang menjebak Rifan dan dia membalasnya dengan pukulan hingga wajahnya memar, tidak ada rasa kasihan dimatanya seolah-olah perempuan itu bisa dia injak kapan saja.

Tapi mengapa dia berbeda bersama Diah?

Rifan mengabaikan tatapan semua orang dan pergi meninggalkan Diah yang masih penuh tanda tanya dan tidak percaya.

oOo

Reynaldi membuka pintu UKS dan melihat ruangan sangat sunyi namun ada satu orang yang tengah berbaring di ranjang dekat jendela, ia berjalan mendekati orang tersebut dan langsung melemparkan seragam di tangannya dengan kasar.

"Nih seragam lo!"

Rifan membuka matanya dan melihat Reynaldi tengah memainkan ponselnya sambil berdiri, ia bangkit dan mengenakan seragamnya dengan cepat.

Reynaldi mengernyitkan dahinya ketika melihat tanda samar diwajahnya. "Siapa orang bodoh yang menampar wajah lo?" dia mengasihani pelaku tersebut karena pasti mendapatkan wajah memar yang lebih buruk dari Rifan.

Sudut bibir Rifan terangkat ketika mengingat Diah. "Kucing kecilku," jawabnya penuh kasih.

"Hah sejak kapan lo melihara kucing? Bukankah lo gak suka hewan?" tanya Reynaldi heran.

Rifan tidak menjawab Reynaldi dan malah memberinya tatapan merendah.

Reynaldi tersadar siapa kucing kecil yang dia maksud dan memberikan tatapan tajam pada Rifan. "Sialan lo mau pamer kalau udah punya cewek?"

Rifan hanya memberinya senyum bangga dan mengelus pipinya seolah dicium kekasihnya.

"Gue gak tahu kalau lo masokis," ujar Reynaldi dan memberikan tatapan jijik. "Bro sebagai cowok lo harus mendominasi!"

"Gak ada salahnya menuruti permintaannya," kata Rifan senang.

"Sialan lo sepertinya sudah kena virus bucin." Reynaldi menjauh dari Rifan seolah tidak ingin tertular virus yang dibawanya.

Rifan mengancingkan kemejanya kemudian berbaring kembali. "Bawa kembali ke asrama!" Rifan melemparkan bajunya kearah Reynaldi dengan santai.

"Gue bukan babu lo, anjing!" dengan kesal Reynaldi melempar baju tersebut ke tempat sampah. "Bawa balik sendiri!"

Reynaldi berjalan keluar UKS dengan kesal dan bersumpah dalam hatinya tidak akan membawa pakaian Rifan lagi!

Rifan mengabaikan pakaian yang dibuang ke tempat sampah, lagipula dia bisa membelinya lagi dan berhubung dia akan menarik uang dari saham investasi barunya.

Tingggg~~~ Tingggg~~~ Tinggg~~~

Dering ponselnya berbunyi dan dia mengambil ponsel diatas meja, ada pesan masuk untuknya dan dia membuka pesan tersebut, tetapi wajahnya dengan cepat berubah dingin ketika menyadari siapa yang telah mengirimnya pesan.

Itu adalah Si Perentas!

-TBC-

[Mini Teater]

"Bro apakah mata gue buram?"

"Apakah tadi itu ilusi?"

"Rifan bersikap baik kepada cewek?!?!?"

"Ini benar-benar matahari terbit dari barat!"

"Cih kalian sudah ketinggalan info!"

"Eh info apa?"

"Semua orang di forum sudah tahu kalau Rifan lagi ngejar cewek."

"Forum mana itu? Gue belum tahu."

"Dasar kudet lo pada, sini gabung ke forum buat info terupdatenya!"

"Gue mau gabung!"

"Apa nama forumnya?"

"Bro masukin gue juga!"

"Gue juga ingin masuk!"

"Minta linknya dong!"