Chereads / Pacarku Terlalu Malas / Chapter 23 - BAB 22 - Belanja

Chapter 23 - BAB 22 - Belanja

"Apa kamu memiliki kegiatan lain setelah sekolah?" tanya Rifan setelah kelas berakhir.

Diah yang tengah memasukan bukunya ke dalam tas berhenti sejenak kemudian menggelengkan kepalanya. Kegiatannya setelah sekolah biasanya hanya tinggal di kamar asrama dan mengerjakan tugas.

"Baguslah kalau begitu, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat," kata Rifan bernafas lega.

"Kemana?" tanya Diah.

"Ke supermarket, tadi pagi mboh Nah memintaku pergi belanja karena bahan makanan di rumah hampir habis." Ketika dia mengatakan 'rumah' seolah itu adalah tempat mereka berdua.

"Kurasa aku tidak bisa, aku harus menyalin catatan." Dia belum selesai menyalin catatan Maja oleh karena itu dia menolak ajakan Rifan.

Rifan hanya memutar matanya karena Diah menolaknya dengan alasan tersebut, ia tahu bahwa Diah cukup pintar dari selama pengamatannya selama beberapa hari ini, sepertinya dia maniak belajar dan selalu ingin mendapatkan nilai terbaik. Apakah orang tuanya menuntun Diah agar menjadi yang terbaik?

"Apakah orang tuamu yang memaksa untuk terus belajar?" Matanya menyipit berbahaya.

Diah menggelengkan kepalanya, orang tuanya tidak pernah memaksanya belajar dan mendapatkan nilai yang bagus. Mereka selalu membiarkannya melakukan apa yang dia suka dan tidak akan memaksa. "Tidak, aku memang suka belajar."

Melihat tidak ada perubahan ekspresi yang signifikan dari Diah membuat Rifan bernafas lega, untung saja orang tuanya tidak memaksa. "Kalau begitu tolong temani aku ke supermarket, lagipula kamu sudah menghabiskan banyak makanan." Rifan menggoda Diah dengan menggoyangkan tas bekal di depan wajahnya.

Diah melototi Rifan yang tidak tahu malu, bukankah dia sendiri yang menawarinya makanan tersebut. Jika dia tahu bahwa Rifan akan menggunakannya sebagai hutang maka dia tidak akan memakannya sama sekali!

"Aku tidak tahu bahan makanan mana yang baik, jadi tolong bantu aku memilihnya," pinta Rifan sekali lagi.

"Eh bukankah kau pernah kerja di minimarket ya?" Seketika Diah mengingat bahwa saat mereka bertama kali bertemu, Rifan adalah pegawai minimarket dekat kompleks perumahannya.

Rifan melemparkan tatapan menuduh ke arah Diah. "Aku dipecat," katanya santai seolah itu bukan hal yang serius.

"Ah dipecat?" Sebenarnya Diah penasaran kenapa Rifan bekerja di minimarket, bukankah dia bisa makan di lantai tiga yang sangat mahal. Ini sangat aneh darimana dia mendapatkan semua uang itu?

Apakah dia merampok?

Ataukah bertengkar dengan ayahnya sehingga kartu ATM nya diblokir?

Diah rasa yang terakhir adalah yang paling tepat, bukankah banyak anak kaya generasi kedua yang suka menyombongkan harta orang tuanya.

Pantas saja Rifan dipecat dari pekerjaannya, mungkin saja dia tidak betah dan akhirnya keluar dari pekerjaannya kemudian meminta maaf kepada ayahnya lalu mendapatkan akses kartu ATM nya kembali.

Terpikal anak kaya generasi kedua.

"Aku tahu bahwa kau tidak akan bertahan lama disana," cibirnya ketika mengingat perilaku kurang ajarnya pada pelanggan.

Rifan merasa aneh karena tidak bisa mengartikan tatapan Diah kemudian meraih bahunya. "Bukankah kamu yang menyebabkanku dipecat?" Ia mencoba mengingatkannya.

"Ah aku?" Diah menatapnya tidak percaya.

"Tidak ingat?" Rifan menahan dirinya agar tidak menggertak Diah lebih jauh. "Kamu memberikan ulasan buruk kepadaku hingga aku tidak berkonsentrasi bekerja dan akhirnya dipecat."

Mulut Diah sedikit terbuka saat mendengar perkataan Rifan, ia segera melepaskan tangganya dan mencibir dengan suara rendah. "Lagipula kau memang kurang ajar dan pantas mendapatkan ulasan buruk."

Rifan semakin menarik sudut bibirnya dan melingkari pinggang Diah dengan lengannya. "Bukankah kamu harus bertanggung jawab karena menyebabkanku dipecat dan ngomong-ngomong aku belum membuat perhitungan denganmu." Ia meniupkan udara ke telinga Diah.

Diah bergidik ngeri dan telinganya berubah merah, ia mencoba melepaskan diri dari Rifan karena dia tidak bisa berteriak minta tolong sebab kelas ini sudah sepi dan sebagian besar murid sudah pulang.

"Lepaskkan aku!"

Rifan tidak menuruti permintaannya dan malah memperkuat pelukannya. "Tidak, sampai kamu setuju ikut denganku ke supermarket!"

Diah sekuat tenaga melawan Rifan tapi semua usahanya berakhir sia-sia, tenaga mereka berdua sangat berbeda dan terlihat jelas bahwa Diah akan kalah darinya.

"Lepaskan aku!"

"Tidak!" Rifan mendekatkan kepalanya ke telinga Diah dan menggigitnya dengan gemas.

Wajah Diah semakin memerah akibat perbuatan Rifan dan akhirnya memilih kompromi, jika mereka terus seperti ini maka tidak ada akhir yang bagus untuk Diah dan lebih baik dia menuruti permintaan Rifan.

"Baik aku setuju." Nafasnya tersegal-segal dan dia mencubit lengan Rifan agar melepaskannya. "Lepaskan aku!"

Rifan tersenyum senang dan akhirnya melepaskan pelukannya, dia berlutu dihadapan Diah untuk menawarkan punggungnya. "Ayo naik."

Dengan pasrah Diah naik ke punggungnya dan melingkari tangannya ke leher Rifan.

Dasar pemaksa!

oOo

"Menurutmu mana yang bagus?" Rifan tengah bingung memilih sayur dan meminta pendapat Diah.

"Yang ini saja!" Diah mengambil seikat sayur segar dan memasukannya ke troli.

"Aku tahu kamu akan berguna jika aku ajak," kata Rifan sambil bersenandung kecil.

Diah hanya memutar matanya dan memasukan sayuran lain ke dalam troli, sudah banyak bahan makanan yang mereka beli dan ada juga beberapa cemilan. Mereka juga berbelanja keperluan pribadi seperti sabun, sampo, pasta gigi dll. Tentu saja itu adalah keperluan Rifan dan Diah tidak membelinya.

Sekarang mereka berada di area sayur dan daging yang menjadi tujuan akhir mereka, Rifan selalu meminta pendapat Diah karena dia tidak bisa membedakan mana yang baik, dimatanya semua terlihat sama. Rifan mengambil banyak bahan makanan hingga troli sudah terisi penuh namun dia tidak berhenti.

"Kamu lebih menyukai daging ayam atau daging sapi?" Rifan mengangkat dua daging yang berbeda agar Diah bisa memilih.

"Pilihlah apapun yang kau suka, lagipula aku tidak akan memakannya," ujar Diah sambil mengibaskan tangannya.

Rifan mengerutkan dahinya tidak senang. "Aku membelikan bahan makanan ini untukmu karena kamu terlihat tidak suka saat kita makan di lantai tiga," katanya penuh perhatian.

Diah merasa salah tingkah dan tidak tahu harus bersikap seperti apa, bagaimana bisa Rifan tahu bahwa dia tidak nyaman makan di kanti mewah itu? Apakah dia memperhatikannya?

"Kamu tidak perlu melakukan hal yang merepotkan seperti ini, aku bisa makan di kanti lantai dua atau satu," katanya sambil meringis melihat bahan makanan di troli, itu benar-benar banyak.

"Makanan di sana tidak cukup baik dan banyak micin yang ditambahkan, itu tidak baik untuk kesehatan.," sanggah Rifan menasehatinya

"Kupikir tidak seburuk itu." Diah menggelengkan kepalanya tidak setuju.

"Bukankah teman-teman sekelas kita terlihat baik-baik saja setelah makan di sana, lagipula makanan di sana cukup ramah kantong," katanya berpendapat.

Rifan masih ingin berdebat dengan Diah. "Tidak, makanan disana tidak baik, lebih baik aku meminta mboh Nah agar memasak untukmu."

"Aku tidak ingin merepotkannya." Diah tidak setuju.

"Itu sudah tugas mbok Nah," bantah Rifan.

Mereka masih berdebat selayaknya sepasang kekasih yang sedang bertengkar hingga menarik perhatian. Jika orang lain tidak mendengar percakapan asli mereka, maka sebagian besar orang akan mengira bahwa Rifan sedang memarahi Diah. Apalagi saat mereka berdebat sesekali tubuh kecil Diah akan gemetar seperti ditindas.

"Yooo.. gue kira mat ague salah, ternyata itu lo Fan."

Ada suara yang menyela percakapan mereka dan terlihatlah Reynaldi yang berjalan mendekat sambil merangkul seorang wanita.

"Ngapain lo kesini?" Rifan mengerutkan dahinya.

"Bego ya lo? Apa lagi yang gue lakuin disini kalau bukan belanja," cibir Reynaldi sambil memutar matanya.

"Bego ngatai bego, gak sadar diri ya lo?" Rifan memberikan tatapan merendah dan memberikan pengingat bahwa nilai Reynaldi terjun bebas di bawahnya.

"Sialan ya lo!" Reynaldi menahan diri agar tidak meraih kerah Rifan untuk memukulnya di depan umum, dia tidak mau terlibat dengan pihak keamanan supermarket ini.

"Diah jangan mau sama orang seperti ini." Karena tidak bisa menang dari Rifan lebih baik dia menargetkan Diah. "Gue punya banyak kenalan cowok ganteng yang bisa lo pilih asalkan jangan bersama cowok babi ini!" tunjuknya ke arah Rifan sambil menyeringai.

Diah hanya tertawa kecil karena canggung berdiri di antara mereka, dia tidak tahu harus merespon seperti apa terhadap tawaran Reynaldi.

"Lo mau hasut cewek gue?" Rifan mendelikkan matanya kesal dan meraih kerah pakaiannya.

"Bro dia bukan cewek lo!" Reynaldi hanya terkekeh saat Rifan termakan provokasinya. "Jadi dia bebas pilih yang mana." Mempermainkan Rifan adalah hal yang menyenangkan bagi Reynaldi walaupun sering mendapatkan balasan dari Rifan dan dia tidak pernah bosan.

Jika bukan karena Diah, Rifan yakin bahwa kepalan tangannya akan mendarat di wajah sombong Reynaldi dan membuat playboy kelas kakap itu meratapi wajah tampannya.

"Jangan bertengkar!" Diah mencoba memisahkan mereka dan menarik Rifan menjauh. "Ayo kita pergi ke kasir untuk membayarnya."

Rifan masih melototi Reynaldi tapi dia tetap mengikuti Diah. "Lihat aja nanti di kamar!"

Diah merasa kata yang diucapkan Rifan agak aneh di telinganya, ia tahu bahwa Rifan sekamar dengan Reynaldi dan Abi. Tetapi saat dia mengatakan akan menunggunya di kamar, entah mengapa pikirannya berkelana ke hal lain hingga membuat pipinya memerah malu.

Sepertinya dia sudah terkontaminasi oleh Ines dan Siti.

Lama-kelamaan dia akan menjadi wanita busuk seperti mereka.

(Wanita busuk = Fujoshi)

-TBC-

~Forum Sekolah~

Sub Forum : RIFAN GET OUT!!!

Pengirim : @toohandsome

Topik : Belanja

Pas gue ke supermarket gak sengaja ketemu Rifan sama Diah sedang belanja, tumben banget dah tu bocah mau belanja. Gue suruh beliin air aja susahnya minta ampun.

Komentar :

@mianmian yah jangan samain lo sama pacarnya lah

@superman iri bilang bos lagian lo juga punya pacar sendiri

@kerlipanbunga Rey kan pacarnya bejibuh jadi dia bingung mau sama yang mana

@pejalankaki ngomong-ngomong lo jalan sama si 124 ya?

@toohandsome hah? siapa 124?

@pejalankaki cih pura-pura bodoh, itu pacar ke-124

@toohandsome asdfghjkl