Diah membuka matanya dan merasa ada sesuatu yang menimpa tubuhnya, dia mengerutkan dahinya dan menyingkirkan sesuatu itu tetapi itu malah berbalik dan mengencangkan pelukan di pinggangnya. Diah merasa kesal dan dengan paksa membuka matanya, tapi yang menyapa pandangannya malah dada bidang dengan suhu hangat yang membuatnya nyaman.
"Kyaaaaaaaa~~~"
Diah segera berteriak dan mendorong Rifan hingga jatuh dari ranjang, dengan panik dia melihat tubuhnya untuk memastikan apakah ada tanda mencurigakan. Ia segera bernafas lega karena pakaiannya masih rapi dan tidak ada tanda-tanda bekas gigitan.
"Kenapa kau naik ke ranjangku?!?!" teriak Diah marah.
Rifan yang jatuh dari ranjang segera duduk di lantai dan mengusap kepalanya yang terbentur. "Aku tidak bisa tidur jadi aku pergi ke kamarmu," katanya dengan tenang.
Diah sangat geram mendengar jawabannya, dia meraih guling dan memukulkannya ke arah Rifan. "Dasar mesum!!!"
Rifan mencoba mengelak dari pukulannya. "Tubuhmu sangat kecil saat aku peluk, sebaiknya kamu harus banyak makan!" Ia malah memprovokasi Diah.
Wajah Diah berubah gelap dan semakin memukul Rifan. "Pergi dari sini!"
"Baik-baik aku akan pergi." Rifan memilih mengalah dan pergi meninggalkan kamar.
Nafas Diah tersenggal-senggal karena marah dan melototi kepergian Rifan.
Ucapan laki-laki memang tidak bisa dipercaya!
oOo
Rifan bersenandung senang karena ini adalah pertama kalinya dia tidur dengan Diah, apalagi ini adalah tidur paling nyamannya setelah dia keluar dari 'sana' dan mendapatkan gangguan dari perentas itu.
Diah memang obat tidur baginya dan dia harus mempertahankannya!
Mbok Nah sangat terkejut saat melihat senyum Rifan, ini adalah pertama kalinya dia tersenyum sejak kembali disini. "Ada hal baik Fan?" tanyanya penasaran.
Rifan berbalik dan melihat mbok Nah berdiri dibelakangnya. "Tidak apa-apa." Ia membuka kulkas dan mengambil apel yang dia beli kemarin.
Mbok Nah tidak percaya itu tetapi dia tidak mengajukan pertanyaan, ia berjalan menuju dapur untuk melakukan pekerjaannya sekaligus membuat sarapan untuk Rifan.
Diah mengintip dari pintu dan menatap sekitar dengan waspada, setelah memastikan Rifan tidak ada, dia langsung bernafas lega dan berjalan keluar menuju dapur. Ia ingin mengambil air untuk membasahi tenggorokannya yang serak akibat beteriak.
Diah yang memasuki dapur tidak menyadari keberadaan mbok Nah yang berada di halaman belakang untuk mengambil celemek yang telah dia cuci. Saat mbok Nah memasuki dapur dia sangat terkejut dengan punggung Diah yang sangat mirip dengan majikan lamanya apalagi mereka mengenakan pakaian yang sama.
"Nyonya!" panggilnya tanpa sadar.
Mendengar ada suara, Diah berbalik dan melihat mbok Nah. "Selamat pagi, mbok Nah," sapanya ramah.
Keterkejutan belum menghilang dari mbok Nah apalagi ketika menyadari itu bukanlah nyonyanya tetapi malah gadis kecil yang dia temui kemarin. Hal yang paling dia kejutkan adalah pakaian yang dikenakannya karena Rifan tidak akan membiarkan siapapun menyentuhnya bahkan dia sendiri.
"Bagaimana kamu mengenakan pakaian itu?"
Diah menatap pakaiannya kemudian menjelaskan. "Kemarin Rifan mengajakku belanja di supermarket karena katanya bahan makanan hampir habis. Kami tidak sadar bahwa waktu telah berlalu hingga jam sembilan malam dan aku tidak bisa kembali ke asrama sekolah. Jadi aku terpaksa menginap disini dan Rifan meminjamkan pakaian ini," jelas Diah merasa canggung dan tidak ingin ada kesalahpahaman diantara mereka kerena dia menginap di rumah ini.
"Aku akan mengembalikan pakaian ini setelah aku cuci," lanjutnya. Ia rasa pakaian ini sangat istimewa bagi Rifan.
Mbok Nah akhirnya tahu apa yang terjadi dan dia memunculkan senyum kecil, karena Rifan telah mengizinkan Diah mengenakan pakaian itu maka artinya Rifan telah memutuskan memilih Diah.
"Tidak apa-apa kamu bisa menggunakannya," kata mbok Nah ramah.
Diah tersenyum canggung dan menganggukan kepalanya.
"Pantas saja kulkas telah terisi penuh, jadi kalian sudah pergi ke supermarket untuk belanja." Mbok Nah berjalan menuju kulkas dan mengeluarkan bahan makanan.
"Apa makanan kesukaanmu? Aku akan memasaknya," tawar mbok Nah.
Diah menggelengkan kepalanya dan mengambil bahan makanan. "Tidak perlu, aku bisa membuatnya sendiri." Diah tidak ingin merepotkan orang lain.
"Kamu bisa memasak?" Mbok Nah semakin ramah terhadap Diah. "Baguslah kalau begitu, jadi dia tidak akan kelaparan." Dengan Diah disisi Rifan membuat mbok Nah tidak khawatir lagi padanya.
Diah hanya tertawa kecil dan tidak tahu harus bagaimana menanggapi perkataan mbok Nah.
Rifan menyenderkan tubuhnya di tembok dan melihat Diah tengah sibuk memasak dengan mbok Nah. Mereka dengan cepat akrab dan menemukan topik yang sama karena mereka sama-sama suka memasak, sesekali Diah akan bercerita tentang kakak keduanya yang bekerja sebagai koki dan sering mengajarinya memasak.
oOo
Rifan duduk di sofa dan menyalakan ponselnya, tidak ada lagi pesan dari perentas itu dan dia membuka aplikasi marketplace untuk membeli celemek. Matanya dengan hati-hati memindai puluhan foto produk dan dengan seksama membaca deskripsinya. Dia telah mengukur tubuh Diah saat mereka tidur karena itu adalah tujuannya semalam menyelinap di kamarnya.
Matanya berbinar saat melihat celemek lucu berwarna pink yang bergambar kelinci, bahkan ada bonus ekstra berupa bando telinga dan sarung tangan kelinci. Rifan membayangkan dalam pikirannya jika Diah mengenakan celemek beserta bonusnya maka Riifan semakin tidak sabar untuk memakannya.
Itu sangat lucu dan dia ingin menyentuhnya dengan gemas!
Karena banyak pilihan produk yang bagus, Rifan tidak repot-repot bingung memilihnya dan langsung memasukannya ke keranjang belanjaan. Rifan tidak sabar saat Diah mengenakan semua ini.
Diah mengerutkan dahinya ketika melihat Rifan tengah terkikik-kikik seperti orang tidak waras saat melihat ponselnya, ia bergerak mendekatinya untuk melihat hal menarik apa yang sedang dilihat oleh Rifan.
Tapi sayang sekali Rifan menyadari keberadaan Diah dan segera menyembunyikan ponselnya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Diah curiga.
Rifan dengan mata terbuka berbohong kepada Diah. "Aku sedang chat bersama temanku."
Diah menyipitkan matanya tidak percaya tetapi dia tidak mengajukan pertanyaan, dia harus pergi untuk mandi karena dia harus berangkat ke sekolah dan sisa masakan dia serahkan kepada mbok Nah.
"Aku tidak percaya," katanya kemudian berbalik meninggalkan Rifan.
Rifan menahan cakarnya untuk tidak menarik kelinci kecil ke dalam pelukannya, di matanya dia melihat Diah memiliki ekor berbulu yang menggemaskan dan sekarang tengah bergoyang-goyang
Rifan sangat ingin menyentuhnya!
oOo
Makanan sudah disajikan diatas meja oleh mbok Nah dan Rifan beserta Diah sudah mandi dan berganti pakaian. Untung saja Diah sempat menggantung pakaiannya sehingga tidak menimbulkan bau tidak sedap, jika tidak dia akan sangat malu.
"Ayo makanlah!" Mbok Nah melepaskan celemek dan menaruhnya ke gantungan.
"Mbok Nah juga makan bersama kita," ajak Diah.
Mbok Nah menggelengkan kepalanya. "Lain kali saja karena hari ini aku harus pergi ke sekolah anakku untuk menghadiri rapat orang tua."
Diah hanya ber-oh ria. "Kalau begitu hati-hati diperjalanan mbok."
"Oh ya aku sudah menyiapkan bekal makanan untuk kalian makan saat siang hari." Mbok Nah menunjukan kotak bekal yang sudah dia kemas dalam tas.
"Terima kasih mbok," kata Diah sambil tersenyum.
"Sama-sama, jangan lupa dihabiskan ya." ujar mbok Nah sebelum menutup pintu
"Ya Mbok."
Rifan masih berkutat dengan dasinya dan menarik perhatian Diah, kali ini dia mengenakan seragam dengan rapi hingga mengikat dasi ke lehernya. Tatapi hingga sekarang dia belum berhasil mengikat dasi dengan bagus.
Diah menghela nafas tidak berdaya dan membantunya.
"Kamu tahu, kita seperti sepasang suami-istri." Rifan menundukan kepalanya untuk menatap Diah, wajah mereka cukup dekat.
Dengan kesal Diah mengencangkan dasinya hingga membuat Rifan tercekik.
"Apa kamu akan membunuh suamimu?!?!?" Rifan mencoba melonggarkan ikatan dasi.
Diah hanya mendengus kemudian duduk di kursi. "Suami pantatmu!"
-TBC-
Jika pacarmu memiliki fetis tertentu, apa yang akan kamu lakukan?
A.. Menuruti keinginannya.
B. Bermain bersamanya
C. Tolak fetis yang memalukan!
D. Isi sendiri.....