Kaki Diah sudah sembuh walaupun dia belum bisa berjalan dengan lancar, sebelumnya Rifan telah menawari agar dia menggendongnya di belakang punggung tetapi Diah dengan cepat menolaknya.
Dia tidak ingin menjadi pusat perhatian lagi.
Setelah sarapan mereka berangkat ke sekolah menggunakan sepeda, sebenarnya itu adalah sepeda yang dipinjam Rifan dari anak tertua mbok Nah. Jarak rumah Rifan dengan sekolah memang tidak terlalu jauh tetapi dia tidak akan membiarkan Diah menempuh jarak itu karena tidak ingin kakinya sakit lagi.
Rifan membonceng Diah dan perlahan memasuki lingkungan sekolah, sudah banyak murid yang telah berdatangan dan mereka sangat terkejut saat mereka datang bersama dari luar padahal mereka tinggal di dalam asrama sekolah. Apalagi Rifan mengenakan seragam sekolah dengan lengkap yang menjadi pemandangan langka.
Rifan dengan cepat melemparkan tatapan tajam penuh peringatan agar membuat Diah merasa tidak nyaman. Dia tahu bahwa kedatangan mereka akan menimbulkan kehebohan tetapi dia dengan tenang membonceng Diah menuju parkiran sepeda.
Awalnya Diah merasa tidak nyaman dan mencengkeram pakaian Rifan hingga kusut, dia menyembunyikan wajahnya di belakang punggung Rifan dan akhirnya bernafas lega saat mereka sampai di tempat parkir. Tempat parkir sepeda lebih sepi daripada tempat parkir motor sehingga tidak banyak orang disana.
Rifan ingin membantu Diah berjalan tetapi ia menolaknya, ia bersikeras berjalan sendiri dan tidak memerlukan bantuan Rifan. Akhirnya mereka berjalan berdampingan dengan Rifan sesekali menatap kaki Diah khawatir.
Sesampainya di kelas sudah banyak orang yang menatapnya tetapi Diah mencoba bersikap tenang dan berjalan menuju bangkunya. Ada beberapa orang yang ingin bertanya tetapi tidak ada yang berani mendekat karena ada Rifan disampingnya.
Apalagi Maja dia ingin bertanya kenapa Diah tidak kembali ke kamar asrama kemarin.
Tak berselang lama, akhirnya bel masuk telah berbunyi dan semua murid masuk ke kelas mereka. Satu per satu guru memasuki ruang kelas dan memulai pelajaran hari ini.
oOo
"Aku akan bertemu dengan temanku dulu," kata Rifan setelah melihat pesan dari Abi.
Diah menganggukkan kepalanya dan dengan acuh mengabaikannya, dia masih sibuk menyalin catatan.
Rifan menghela nafas tidak berdaya dan mengangkat tangannya untuk mengelus kepala Diah dengan gemas. Dia sangat ingin melakukan hal ini sejak kemarin dan akhirnya dia bisa melakukannya sekarang.
Diah menampar tangan Rifan karena dia paling tidak senang jika ada orang yang mengelus kepalanya, dia merasa di perlakukan seperti anak kecil.
Rifan hanya menyeringai atas tingkah Diah dan berjalan keluar meninggalkan kelas.
Melihat Rifan akan meninggalkan kelas membuat murid kelas 11 IPA 2 senang, mereka akhirnya memiliki kesempatan untuk bertanya kepada Diah dengan tenang. Tetapi rencana mereka segera hancur saat Rifan melirik cctv kemudian memberikan tatapan peringatan.
Sepertinya pendapat Diah terhadap Rifan benar.
Dia memang TIRAN!!!
Murid kelas 11 IPA 2 mendesah kecewa karena tidak bisa mendapatkan berita HOT, mereka ingin menjadi orang pertama yang mempostingnya di forum rahasia.
Tapi itu tidak berlaku untuk Maja, dia malah dengan tenang berjalan mendekati bangku Diah dan duduk di kursi Rifan. Dia segera mengajukan pertanyaan yang selama ini dia pendam.
"Kemarin kamu ada dimana? Kenapa tidak kembali ke asrama?"
Semua orang mengagumi keberanian Maja dan segera menajamkan telinga untuk mendengarkan jawaban dari Diah. Mereka sangat penasaran bagaimana mereka datang bersama dari luar sekolah.
Diah menghentikan kegiatannya dan dengan canggung menatap Maja, dia tidak bisa mengatakan bahwa semalam menginap di rumah Rifan.
"Kemarin aku harus pulang dulu untuk urusan keluarga dan maaf aku tidak menghubungimu kemarin karena ponselku baterainya habis." Hubungan mereka cukup baik dan Diah menyesal membuat Maja khawatir.
Maja mengangguk mengerti dan tidak bertanya lagi. "Oh karena itu."
Para pendengar mendesah kecewa karena tidak ada berita HOT yang bisa mereka share. Apalagi mereka sangat kesal karena Maja tidak mengajukan pertanyaan mengapa Diah bisa datang bersama Rifan.
Diah bernafas lega karena Maja tidak bertanya mengenai Rifan, dia benar-benar tidak tahu bagaimana harus menjawabnya.
"Ini ponselmu." Maja memberikan ponselnya.
"Terima kasih." Diah sangat senang karena Maja membawakan ponselnya apalagi daya baterainya sudah terisi penuh.
"Sama-sama." Maja tersenyum ramah. "Oh ya sepertinya kakimu sudah membaik." Maja sudah tidak melihat perban dikakinya walaupun melihat memar samar.
"Ya, ini semua berkat obat dari Rifan," ucapnya tanpa sadar dan dia segera menyesalinya.
"Rifan? Sepertinya hubungan kalian cukup dekat?" tanya Maja penasaran.
Telinga semua orang segera aktif!!!
"Tidak! Kami tidak dekat sama sekali!" Diah segera mengelaknya karena dia tidak ingin orang lain tahu.
Maja sebenarnya masih penasaran tetapi karena Diah terlihat tidak ingin membahasnya maka dia segera berhenti bertanya. Dia tidak suka memaksa orang lain.
"Nanti kita makan bersama di kantin ya?" Maja segera mengalihkan pembicaraan.
Diah memberikan tatapan minta maaf dan menunjukan kotak bekalnya. "Maaf aku sudah membawa bekal dari rumah," katanya menyesal.
"Ya sudah tidak apa-apa," kata Maja memberikan pengertian.
Para pendengar mendesah kecewa sekali lagi dan menguntuk Maja karena mengalihkan pembicaraan.
"Kalau begitu aku kembali dulu karena sepertinya guru akan datang." Melihat jam dinding seepertinya guru akan datang.
Diah menganggukan kepalanya dan memberikan senyuman.
Saat Maja hendak pergi, matanya tanpa sengaja menangkap kotak bekal yang sangat mirip dengan Diah dan berada dilaci Rifan, dia ingin mengajukan pertanyaan padanya tetapi guru sudah memasuki kelas dan dia mengurungkan niatnya.
"Buka halaman 67!"
oOo
"Ada apa?" Rifan tidak basa-basi dan langsung mengajukan pertanyaan.
Reynaldi yang tengah menyenderkan tubuhnya pada tembok memberikan tatapan menggoda ke arah Rifan "Keliatannya lo lagi seneng banget," celetuknya.
Sekarang mereka berada di atap sekolah dan melihat langit biru yang terbentang luas serta hembusan angin yang menerbangkan pakaian mereka. Burung-burung terbang melewati mereka dan matahari bersinar terang tanpa dihalangi oleh awan, hari yang sangat cerah.
"Jika gak ada hal yang penting mending gue balik ke kelas." Rifan lebih menyukai berada di dekat Diah.
"Kemarin perentas itu kirim pesan ke gue buat nanyain keberadaan lo," ujar Abi dengan tenang.
Langkah Rifan terhenti tepat saat dia ingin membuka pintu. "Kemarin dia juga kirim pesan ke ponsel gue."
Reynaldi menghela nafas karena kehidupan temannya diganggu oleh perentas itu, apalagi dia tidak bisa banyak membantu walaupun bisa melakukan coding tetapi kemampuannya tidak sehebat Rifan dan Abi.
"Kemari dan kita akan membahasnya." Reynaldi melemparkan minuman ion ke arah Rifan.
Rifan dengan sigap menangkapnya dan membuka tutup botol, dengan kesal dia langsung meminumnya hingga tersisa setengah. "Sebenarnya apa yang dia inginkan?!?!?!"
"Kemungkinan besar dia menguji lo," kata Abi berpendapat.
"Nguji gue?" Rifan menaikkan sebelah alisnya.
"Ya, dari tekniknya terlihat jelas dia bisa mengalahkan lo dengan mudah dan mencuri semua data, tapi dia malah bermain-main dan melakukannya dengan pelan." Melihat kemampuan perentas memang bisa mengalahkan Rifan dengan cepat.
"Lagian buat apa dia menguji gue? Apakah dia tahu rahasia gue?" Rifan khawatir jika persiapan yang sudah dia bangun sejak dulu akan hancur karena perentas itu.
"Gue gak akan pernah maafin dia jika semua rencana gue hancur." Ia meremas botol minuman hingga tidak berbentuk dan membuangnya kasar ke lantai.
"Gua juga penasaran dengan apa yang dia inginkan, jadi lo harus waspada Fan." Abi menepuk bahunya serius.
"Apa lo pernah bertemu orang yang mencurigakan?" tanya Reynaldi penasaran.
Rifan terdiam mencoba mengingat apakah dia pernah bertemu orang yang mencurigakan, tetapi dia segera menggelengkan kepalanya.
"Oh ya Fan gue mau ngomong sesuatu," kata Abi.
"Ada apa?" Rifan mendongakkan kepalanya.
Wajah Abi berubah serius bahkan dia menggertakan giginya. "Maaf gue gak bisa lagi bantu lo lawan perentas itu."
"Karena dia sudah tahu masa lalu gue."
Wajah Rifan berubah dingin karena perentas itu melibatkan teman baiknya.
"Gue akan lawan dia sendiri!"
-TBC-