Orang tersebut menutup laptopnya dan menyenderkan tubuh ke kursi, seringaian kecil terlihat dari sudut bibirnya ketika mengingat target yang dia bidik. Sudah lama dia menjalani hidup seperti ini dan dia merasa sedikit lelah tetapi dia tidak bisa berhenti begitu saja dan membuat usaha yang telah dia bangun hancur.
Ia membuka ponselnya dan melihat sebuah foto yang telah dia sembunyikan. "Aku menemukan orang sepertimu."
"Bisakah aku beristirahat sejenak?" Pandangannya berubah sendu dan dia mengusap wajahnya gusar.
oOo
Rifan tidak bisa tidur nyenyak setelah mendapat pesan dari perentas itu, kantung mata yang terlihat samar di bawah matanya semakin hitam dan moodnya menjadi buruk. Sepertinya perentas itu tidak akan berhenti sampai dia mengalahkannya.
Sebenarnya apa yang dia inginkan?
Rifan bangkit dari ranjang dan mengenakan sepatunya, dia tidak bisa tidur lagi dan lebih baik mencari Diah. Berada didekatnya membuat Rifan nyaman seperti perasaan yang 'dia' berikan, sudah lama dia tidak merasakan perasaan hangat ini dan mulai kecanduan dengan keberadaan Diah.
Rifan membuka pintu UKS dan melihat koridor masih sepi, ia melihat jam tangannya dan mengerutkan kening ketika menyadari ini masih jam pelajaran dan Diah pasti masih di kelas. Sepertinya dia harus menunggu di kursi santai dekat kelas mereka sampai bel berbunyi.
oOo
Diah berjalan tertatih-tatih untuk keluar kelas, obat yang diberikan Rifan sepertinya cukup ampuh dan rasa sakitnya mulai berkurang, dia tidak tahu apakah memarnya sudah memudar karena dia belum melepas perbannya, tetapi dia yakin hanya tinggal beberapa hari lagi kakinya akan sembuh dan dia bisa berjalan dengan normal.
"Ayo ke kantin!" ajak Maja.
Diah mengangguk dan mengikuti Maja bersama Nadzifah dan Lailun, mereka berempat sudah berjanji untuk pergi bersama karena hari ini ada diskon beli 3 gratis 1 untuk pembelian mie ayam di toko Pak Rami. Sepertinya Pak Rami sedang memiliki banyak rezeki karena dia sangat jarang memberikan diskon seperti ini dan mereka tidak bisa melewatkannya.
Nadzifah dan Lailun yang berjalan di depan mereka tiba-tiba berhenti bergerak, Diah dan Maja saling berpandangan dengan bingung dan mencoba melihat apa yang menyebabkan mereka berhenti. Alangkah terkejutnya ketika mendapati Rifan tengah duduk di kursi dekat kelas sambil menatap lurus ke arah mereka atau lebih tepatnya Diah.
Diah merasa tidak nyaman ditatap seperti itu oleh Rifan, entah mengapa dia merasa seperti kelinci kecil yang tengah ditatap serigala lapar. Nalurinya berkata bahwa dia harus bersembunyi darinya.
Rifan menarik sudut bibirnya ketika melihat Diah, ia bangkit dari kursi dan berjalan mendekatinya sebelum kucing kecil itu melarikan diri. Sepertinya dia sangat suka menghidarinya padahal ia tidak pernah berniat jahat padanya.
"Berhenti!" Rifan dengan cepat menangkap tangan Diah. "Aku akan membawanya makan bersamaku," kata Rifan kepada ketiga orang tersebut.
Mereka mengangguk dan menutup mata atas permintaan tolong Diah, mereka tidak bisa menolak permintaan Rifan karena pengaruhnya di sekolah ini. Lagipula mereka juga tahu bahwa Rifan tidak akan berbuat buruk pada Diah di depan mata semua penghuni sekolah.
Diah mengutuk mereka di dalam hati karena dengan kejam meninggalkannya, mereka tidak ada bedanya dengan 'orang-orang itu' dan Diah mulai menyesal masuk ke sekolah ini.
"Apa yang kau pikirkan?" Rifan mengetuk kepala Diah dengan pelan.
"Jangan berpikiran yang aneh-aneh." Rifan selalu tidak bisa menafsirkan tatapan Diah terhadapnya, dia seperti buku baru yang masih tersegel dan ia sangat penasaran dengan isinya.
Diah melirik dari sudut matanya untuk melihat pipi Rifan yang memerah, hati kecilnya merasa bersalah karena melakukan itu. "Kita akan kemana?"
Rifan mengeratkan genggaman tangannya. "Kita akan makan di lantai tiga."
Diah mengerutkan keningnya saat mendengar ha tersebut, kantin di lantai tiga adalah kantin terbaik di sekolah ini, bahkan dia pernah mendengar dari kakaknya bahwa kokinya adalah koki berbintang dengan bayaran mahal. Tentu saja harga makanan di sana juga mahal.
Walaupun keluarganya terbilang cukup kaya dia tidak pernah hidup boros, ayahnya adalah seorang dosen sedangkan ayahnya adalah seorang guru. Dia memiliki dua kakak laki-laki yang telah memiliki pekerjaan mapan, kakak pertamanya adalah PNS di institut pemerintah dan kakak keduanya adalah pengusaha restoran. Dia sering makan di restoran kakaknya karena disana sangat enak dan tentu saja Diah tidak perlu membayarnya.
Dia tidak tahu apakah makanan di lantai tiga ini memiliki rasa yang lebih baik daripada restoran kakaknya, sebab dengan harga yang mahal itu dia merasa makanan di restoran kakaknya adalah yang terbaik.
Dia tidak suka menghambur-hamburkan uang.
"Kita ke kantin lantai 2 saja." Diah menghentikan Rifan untuk merubah pikirannya.
Rifan menggelengkan kepalanya. "Disana terlalu ramai dan aku tidak suka." Rifan sangat benci keramaian sehingga dia tidak pernah makan di kantin lantai satu atau dua.
"Di lantai tiga ada ruangan private dan sedikit orang di sana." Ini adalah alasan Rifan mengapa dia selalu makan di kantin lantai tiga, suasana tenang di ruangan private adalah hal yang dia sukai.
Diah mengerutkan kening tidak setuju dan mencoba membujuknya. "Kita bisa membeli makanan di kantin lantai dua dan memakan makanan kita di kelas atau taman."
Rifan tetap menggelengkan kepalanya dan menarik tangan Diah dengan lembut. "Ada banyak orang di sana," katanya tetap kukuh.
Sebenarnya dia tidak keberatan dengan saran Diah tetapi dia tahu bahwa ia akan merasa tidak nyaman jika di tatap oleh semua orang, oleh karena itu dia membawanya ke lantai tiga untuk makan dengan tenang di ruang private.
Diah masih ingin membujuknya tetapi Rifan dengan cepat meraih pinggangnya dan membawanya ke lantai tiga tanpa persetujuannya, ia ingin memberontak tetapi segera mengurungkan niatnya ketika melihat murid di lantai tiga telah turun dan melihat mereka. Ia ingin sekali menggali lubang untuk bersembunyi, ini sangat memalukan!
Setelah sampai di lantai tiga masih ada beberapa orang yang berjalan menuju tangga, sebagian besar murid di lantai ini adalah murid kelas 12 yang sedang mempersiapkan ujian kelulusan sehingga suasana di sini sedikit tenang. Hanya sedikit yang berjalan ke kantin lantai 3 dan sebagian besar memilih turun untuk membeli makanan yang lebih murah.
"Kita sampai." Rifan menurunkan Diah dan menuntunnya ke ruangan tempat biasa dia makan.
Diah melihat sekeliling dan merasa kantin ini sangat elegan seperti restoran berbintang, ada sebuah lampu gantung yang terlihat seperti kilauan kristal, lantai yang terbuat dari marmer yang terlihat mewah dan dipadukan dengan konsep restoran abad pertengahan. Kursi dan meja tertata rapi namun sedikit berjauhan, sepertinya penataan seperti ini agar restoran terlihat luas dan menjaga privasi pelanggan agar bisa makan dengan tenang.
Rifan membawanya ke kanan dan memasuki sebuah ruangan, ia bisa melihat konsep yang cukup mirip seperti di luar namun ada pemandangan buatan beruba air terjun kecil beserta kolam yang penuh dengan ikan dan menambah keindahan ruangan. Ada balkon di dekat mereka dan ditanami oleh beberapa tumbuhan hijau yang memanjakan mata.
Diah berdecak kagum dengan desain ruangan ini, ia berjalan mendekati meja dan menyentuh struktur halus di tangannya, entah mengapa dia sedikit familiar dengan hal ini.
"Pilihlah makanan yang kamu inginkan." Rifan menyerahkan menu pada Diah.
Diah membuka menu tersebut dan dia menelan ludah ketika melihat harga yang tertera, ini sangat mahal bahkan hampir seperti uang sakunya selama sebulan hanya untuk satu porsi saja!
"Aku tidak ingin ini." Diah mengggelengkan kepalanya dan memberikan kepada Rifan kembali.
"Kenapa?" Rifan mengerutkan dahinya dan melihat menu makanan yang biasa dia pesan, apakah Diah tidak menyukai makanan seperti ini?
"Terlalu mahal," ujar Diah dengan suara kecil dan menundukan kepalanya.
Rifan hanya terkekeh dan menepuk kepalanya yang selalu membuatnya gatal. "Aku yang akan membayarnya, kamu bisa memilih makanan yang kamu inginkan."
Diah masih menggelengkan kepalanya dan mengigit bibirnya. "Aku tidak ingin, ayo kita kembali ke lantai dua saja," ia menarik lengan baju Rifan.
Melihat Diah seperti ini membuat hati Rifan tergelitik dan dia sangat gatal untuk menyentuhnya. "Aku tidak mau, disana sangat ramai," tolak Rifan.
Diah membuka mulutnya untuk berdebat dengan Rifan, dia sangat bersikukuh untuk makan di lantai dua dan tidak peduli apakah Rifan mau atau tidak. Tentu saja Rifan tetap tidak setuju dan membujuk Diah agar tinggal, makanan di sini adalah kualitas terbaik dan dia ingin memberikan segalanya yang terbaik kepadanya. Rifan sudah memutuskan memilih Diah dan tidak akan membuatnya menderita.
Ketika mereka masih berdebat tiba-tiba pintu terbuka dan terlihatlah dua orang yang memasuki ruangan, mereka berdiri di depan pintu sambil menatap Rifan tidak percaya.
"Lo disini Fan?" Abi melirik Diah yang tengah cemberut.
Rifan melirik temannya dan mengangguk kemudian menyisyaratkan dengan tangan agar mereka keluar.
"Aiyoooo~ Setelah punya cewek sekarang lo ninggalin kita," sindir Reynaldi dan menarik kursi.
Rifan melototi Reynaldi yang sudah duduk dan mengganggu waktunya bersama Diah. "Pindah ke ruangan lain!"
"Mager, pantat gue udah nempel di kursi," katanya dengan serampangan.
Diah tidak tahu apakah harus bahagia karena diganggu atau takut karena kedatangan mereka, ia berdiri dari kursi dan berniat meninggalkan ruangan ini. "Aku akan kembali dulu, kalian bisa menikmati makanan bersama."
Rifan mengabaikan Reynaldi dan melirik Abi untuk memberinya isyarat.
Abi mengangguk mengerti dan berdiri di depan Diah untuk menghalangi jalannya. "Lo gak bisa pergi!"
Tubuh Diah sedikit gemetar saat menghadapi Abi, ia bertubuh tinggi dan kekar membuatnya merasa terintimidasi hingga tanpa sadar dia mematuhinya dan kembali ke kursi.
"Nama lo Diah kan, perkenalkan nama gue Reynaldi, lo bisa panggil gue Rey atau Say," ujarnya sambil mengedipkan mata.
"Jaga mata lo!" dengan kesal Rifan melemparinya dengan serbet.
"Sialan lo!"
"Nama gue Abi," kata Abi singkat memperkenalkan diri.
Diah mengangguk dan menciutkan tubuhnya, dia sedikit takut dengan Abi ini.
"Pesan aja yang pengen lo makan Diah, nanti yang bayar Rifan kok," ucap Reynaldi santai dan membunyikan bel agar pelayan datang.
Abi menyodorkan menu pada Diah. "Silakan pilih!"
Dengan tangan sedikit gemetar Diah menerimanya dan memilih makanan.
Rifan menaikan sebelah alisnya saat melihat kepatuhan Diah terhadap Abi, apakah dia menyukai orang kekar sepertinya?
Sepertinya dia harus melatih tubuhnya!
-TBC-
~Forum Sekolah~
Sub Forum : RIFAN GET OUT!!!
Pengirim : @penjalankaki
Topik : Rifan ditampar!
Sialan ini adalah pertama kalinya gue lihat Rifan ditampar dan dia tidak membalas sama sekali! Apakah dia benar-benar menyukai Diah?!?!? Gue ingat beberapa bulan yang lalu dia pernah memukul cewek sekolah lain karena ia memaksa Rifan untuk menjadi pacarnya. Gue kira dia tidak tertarik sama cewek dan lebih suka sesama jenis, lagipula dia deket banget sama Reynaldi dan Abi.
Komentar :
@toohandsome sialan lo! Ngatain gue homo, gue masih suka dada cewek!
@lianliana yah gue juga gak pernah lihat dia deket sama cewek
@bungabulan mereka bertiga selalu bersama hingga membuat hal mencurigakan
@fufujoshi yah kukira dia gak suka cewek, padahal gue suka pair RxR dan RxA
@toohandsome wanita busuk sialan yang selalu berpikiran kotor!!! Gue masih suka cewek!
@LeaderToFeature gak usah ngegas @toohandsome semua orang juga tau mantan lo banyak.
@fufujoshi gue curiga lo punya banyak mantan karena cuma pengen nutupin kedok asli lo, ini sangat mencurigakan!
@lianliana mencurigakan +2
@bungabulan +3
@pejalankaki +99
@toohandsome GUE MASIH NORMAL!!!