Rifan menyeringai setelah membaca komentar pada postingannya, ia mengembalikan ponselnya ke dalam laci dan menatap Diah kembali. Itu adalah kegiatan yang sangat menyenangkan dan membuat mood Rifan berubah menjadi lebih baik. Apalagi semalam dia bertarung lagi dengan perentas itu dan akhirnya kalah, benar-benar membuatnya kesal.
Rifan sangat ingin tahu identitas asli perentas itu dan apakah dia pernah menyinggungnya di dunia nyata atau dunia maya. Ia sangat berhati-hati dalam dunia maya dan tidak pernah menggunakan identitas aslinya, apalagi dia menyerahkan segala urusan mengenai investasi kepada ayah Reynaldi. Sebelum persiapannya selesai dia tidak akan muncul di depan umum dan menarik perhatian 'mereka'.
Biarlah dia dikira autis yang hanya tahu belajar untuk mendapatkan beasiswa, ia bahkan menyempurnakan penyamarannya dengan kerja paruh waktu di tempat lain sebagai kedok. Dia tidak perlu khawatir jika penghuni sekolah ini mengungkapkan penyamarannya, dia telah menanamkan akar yang kuat di tempat ini dan tidak ada yang berani melawannya.
Apapun akan dia lakukan untuk menghancurkan mereka dan melindungi Diah.
"Buka halaman 45!"
Rifan tidak menoleh saat mendengar suara gurunya, dia masih asyik menatap Diah yang telah memasukan catatannya ke dalam tas dan mengeluarkan buku pelajaran. Sepertinya kelinci kecil ini suka sekali belajar bahkan mengabaikan wajah tampannya, dia merasa sedikit tersinggung.
Apakah kumpulan kata itu lebih baik dari dirinya?
Hanya sekali lihat Rifan dapat mengingat isi buku pelajarannya, dia tidak perlu bekerja keras untuk belajar karena ingatannya sangat tajam walaupun sebenarnya dia tidak menyukainya. Dimata orang lain dia sangat hebat karena mendapatkan nilai penuh walaupun dia hanya tidur di kelas, tapi sebenarnya dia tidak menyukai kemampuannya ini karena ia juga tidak bisa melupakan kenangan paling buruk sekalipun.
Diah mencoba sebisa mungkin mengabaikan keberadaan Rifan yang terus menatapnya, sebenarnya dia merasa tidak nyaman dan ingin sekali menenggelamkan diri untuk bersembunyi. Tapi Rifan tidak akan membiarkan Diah menghilang dari depan matanya.
Rifan benar-benar gatal untuk membawa Diah ke pelukannya dan mengusap kepalanya yang menggemaskan. Dia seperti kelinci kecil yang ketakutan melihat predator dan meringkuk untuk melindungi dirinya, itu terlihat lucu dimata Rifan. Sepertinya dia semakin tergila-gila dengan Diah.
Waktu terus berlalu dan pelajaran hampir selesai, sekarang guru telah meminta ketua kelas untuk membagikan selembaran soal yang harus mereka kerjakan untuk pertemuan minggu depan. Guru tersebut tidak bisa hadir karena ada workshop di luar kota sehingga kelas 11 IPA 2 harus belajar mandiri.
Nadzifah membagikan satu per satu kertas soal kepada teman sekelasnya, saat melewati bangku belakang dia hanya menyerahkan satu lembar soal kepada Diah karena dia tahu bahwa Rifan tidak akan mengerjakan soal tersebut.
Lagipula dia tidak memerlukan nilai dari tugas.
"Berikan padaku!" Rifan mengulurkan tangannya untuk mengambil kertas.
Nadzifah tercengang dan menatapnya tidak percaya, selama Rifan berada di sekolah ini dia belum pernah mengerjakan tugas sama sekali. Apakah matahari sudah terbit dari barat?
Ini sangat menakutkan!
"Tumben mengerjakan tugas," ujar Diah heran.
"Tidak, aku tidak mengerjakan tugas." Rifan melambaikan kertas soal di depan Diah.
"Lalu kenapa kamu malah meminta kertas soal?" tanya Diah heran.
Rifan menyeringai dan memberikan kertas soalnya kepada Diah. "Tentu saja kamu yang mengerjakannya." Dia sangat ingin mengoleksi tulisan tangan Diah yang cantik.
Dan dia rasa perlu membeli bingkai untuk memajangnya di kamar.
Diah mengerutkan dahinya tidak senang dan mengembalikan kertas soalnya. "Kenapa aku harus mengerjakannya? Inikah tugasmu sendiri!" cibirnya kesal.
Rifan mendorong kertas soal kembali. "Kita adalah teman sebangku, jadi harus saling menolong," ujarnya penuh omong kosong.
Sejak bersekolah di tempat ini Rifan belum pernah mengerjakan tugas sama sekali dan fokus dengan proyek kliennya. Ia rasa hanya membuang-buang waktu melakukan hal itu karena Rifan sudah mendapatkan nilai penuh saat ujian.
Sudut bibir Diah berkedut saat mendengar perkataannya, kenapa tidak katakan saja bahwa dia terlalu malas untuk mengerjakannya, lagipula apakah mereka sedekat itu hingga harus saling membantu?
"Aku telah mengantarmu ke kelas selama beberapa hari, kamu tahu punggung dan kakiku sakit sekali karena naik turun dari lantai lima."
Diah "…"
"Aku juga menggunakan obat terbaik untuk menyembuhkan cideramu."
Diah "…"
"Aku telah merawatmu cukup baik dan memberimu banyak makanan."
Diah "…"
"Jadi tolong bantu teman sebangkumu ya."
Diah memijat dahinya frustasi saat melihat seringaian licik di bibirnya, dia merasa seperti sudah masuk ke dalam lubang dan dia tidak bisa keluar. Apalagi suara Rifan terdengar seperti keluhan orang yang dirugikan.
Bukankah posisi mereka tertukar?
"Berikan soalmu!" Diah tanpa daya menerima permintaannya.
Seringaian Rifan semakin lebar dan dia memasukan kertas soalnya ke tangan Diah.
Diah membuka buku catatannya yang paling akhir dan mengambil pulpen kemudian menyerahkannya kepada Rifan. "Tulis apa saja!"
Rifan menaikkan sebelah alisnya namun tetap mengikuti arahan Diah, ia menuliskan kata acak pada kertas kemudian menyerahkan tulisan tangannya yang bagaikan ceker ayam dan hampir tidak bisa di baca kepada Diah.
Diah mengigit bibirnya mencoba menahan tawa saat melihat tulisan tangan Rifan yang cukup buruk, ini benar-benar menonjolkan kepribadiannya yang sangat malas, terlihat jelas dari tulisan tangannya bahwa dia jarang menulis.
"Jangan menertawakan tulisan tanganku!" Rifan sedikit malu saat tulisan tangannya bersanding dengan tulisan tangan Diah yang cantik.
Perbedaannya seperti langit dan bumi!
"Lain kali bawalah tas dan buku ke sekolah," ujar Diah kemudian mengeluarkan buku catatan yang baru. "Aku terpaksa menggunakan buku ku untuk mengerjakan tugasmu," katanya dengan sedikit keluhan.
"Besok aku akan menggantinya." Rifan senang karena Diah menuruti permintaannya. Dia harus membeli banyak buku untuk dijadikan album.
Diah tidak menanggapi Rifan lagi dan tengah mengerjakan soalnya, dia tahu bahwa tugas ini akan dikumpulkan minggu depan tetapi dia melakukannya sekarang agar Rifan tidak mengganggunya terus. Lagipula soal ini tidak terlalu sulit baginya dan bisa diselesaikan dengan cepat.
Rifan mendekati Diah untuk melihat pekerjaannya tetapi dahinya berkerut tidak senang saat melihat tulisan tangan Diah ternyata sangat mirip dengan tulisan buruknya. Bahkan dia sebagai pemilik asli kesulitan membedakan yang mana tulisannya sendiri atau tulisan tangan Diah.
Bukankah ini tidak ada bedanya, yang dia inginkan hanya tulisan tangan Diah yang cantik untuk koleksi.
Dia tidak memiliki hobi mengoleksi tulisan tangannya yang buruk!
"Tunggu sebentar kenapa tulisannya sangat mirip denganku?" Rifan segera menghentikan tangan Diah.
Diah mendongakkan kepala dan menjawabnya dengan santai. "Guru akan tahu jika kau menyuruh orang lain mengerjakan tugasmu, jadi aku meniru tulisan tanganmu agar tidak ketahuan."
Rifan mendecakkan lidahnya tidak senang karena itu bukanlah tujuan aslinya. "Tidak apa-apa, lagipula guru tidak akan memperdulikannya. Aku lebih suka tulisan tanganmu," ujarnya bersikukuh.
Diah mencoba melepaskan tangan Rifan. "Tidak bisa, aku tidak ingin menarik perhatian lagi. Lagipula kamu tidak pernah mengerjakan tugas dan ini akan dipandang aneh oleh semua orang. Aku tidak ingin ada yang tahu bahwa aku membantumu." Walaupun dia sudah terlanjur terlibat dengan Rifan dia tetap tidak ingin menarik perhatian yang berlebihan.
Rifan terdiam saat mendengar perkataannya, Diah benar-benar tidak senang berada di dekatnya walaupun dia mencoba bersikap baik. Ia telah membangun dinding tebal di antara mereka sebagai pembatas agar Rifan tidak masuk ke dalam urusannya.
"Lagipula aku sudah terbiasa melakukan ini," lanjutnya dengan suara kecil.
Rifan semakin mengerutkan dahinya saat mendengar hal itu, apa maksudnya, apakah Diah pernah melakkukan hal ini sebelumnya?
Di lihat dari tulisan tangannya dia memang terlihat terbiasa meniru tulisan tangan orang lain, ia bahkan hampir kesulitan membedakannya.
Kemampuan seperti ini hanya terjadi jika dia terus-menerus melakukannya, apakah dia sering di suruh orang lain untuk mengerjakan tugas?
Sepertinya Rifan harus menyelidiki masa lalu Diah.
Apalagi alasannya pindah ke sekolah ini membuat Rifan penasaran.
-TBC-
~Forum Sekolah~
Sub Forum : RIFAN GET OUT!!!
Pengirim : @toohandsome
Topik : Terlalu sombong!
Mentang-mentang punya cewek, sekarang dia mulai sombong dan memperingati semua orang.
Komentar :
@mianmian ini namanya romantis tau!
@bungamawar Rifan adalah orang paling jantan! *malu-malu*
@kembangsepatu kapan sih gue punya pacar kayak gitu
@toohandsome ada yang salah sama pikiran lo pada!
@mianmian huh daripada lo yang tebar pesona!
@bungamawar gue lebih suka orang kayak Rifan daripada lo
@kembangsepatu gue setuju, apa yang bagus sama playboy kelas teri kayak lo
@toohandsome asdfghjkl